Halaman

About

Facebook

Wednesday, March 27, 2019

Tugas Akhir



            Setiap mahasiswa pasti akan melewati fase ini. mengerjakan skripsi. Mencari referensi, menunggu dosen pembimbing, dan mengerjakan revisi.
Hingga saat ini masih belum bisa dipercaya aku memasuki fase ini. setelah menjadi seorang mahasiswa pertengahan tahun 2015 lalu kini aku harus berjuang kembali untuk melepaskan status menjadi mahasiswa dan kemudian berganti menjadi sarjana. Aku menulis ini karena aku sedang bingung. Dari hari jumat sampai minggu ini aku lebih sering tiduran, bukan tanpa alasan namun memang karena aku sedang tidak enak badan. Mungkin sebab kecapekan. Padahal rasanya tak begitu melelahkan hari-hariku belakangan ini. Aneh.
Bicara tentang tugas akhir, rabu lalu teman-temanku banyak sekali yang sudah ujian sempro. Hmmm.... sepertinya mereka akan lulus tepat waktu. Rabu ini tanggal 27 maret juga ada lagi yang ujian sempro. Dan sekarang aku bingung. Aku masih bab 2 dong ;( itupun baru 6 halaman. Sedih banget rasanya, buku juga belum lengkap. Tiap kali melihat progres teman-teman aku merasa jauh sekali tertinggal. Walaupun memang, yang belum sempro lebih banyak tapi tetap saja aku gelisah.
Beberapa teman sering berkata padaku, “kamu lo Ri, suka nulis pasti nulis skripsi ya malah gampang banget.” haduuuuhhh, tak semudah itu verguso. Akutuh bingung nyusunnya. Mana aku gak pinter akademik, gak rajin. Mana kuliah beasiswa juga. Hadeehh.
Kadang sering heran melihat teman-teman. Kenapa mereka bisa mengerjakan skripsi dengan cepat ya? Kenapa aku enggak? ;( kadang juga iri melihat teman-teman yang skripsinya dibantu pacarnya. Tapi aku ingat lagi, pacaran kan dosa. Jadi gak boleh iri. Dan aku juga heran, kalau nulis blog rasanya lancar banget jari-jari ini ngetiknya, tapi kenapa kalau nulis skripsi susah banget?
Oh iya, hari ini aku ditemani temanku fira mencari buku di jalan semarang. Berharap buku yang kita cari lengkap ada semua. Tapi rupanya tidak. Kami mengunjungi tiap toko. Masuk, kemudian bertanya. Namun jawabanya tetap sama. Tidak ada. Katanya buku PAUD susah. Aihhh. Alhasil kami pulang hanya membawa beberapa buku saja.
Hari terus berjalan dan skripsiku masih belum kunjung selesai. Bulan Mey nanti sekolah sudah libur, otomati aku tidak bisa ambil data dibulan itu. Dan aku harap bisa sempro April ya rabb ;( Ya Allah rasanya tuh bingung banget. Aku gak sanggup wisuda sendirian. Aku gak sanggup ngerepotin mak lebih lama lagi. Dan juga aku gak sanggup dimadura lama-lama.
Aku tuh bingung tiap buka labtop dan ngerjain skripsinya. Bingung mau ditulis apa, mau di isi apa. Haduhhhh. Ya Allah mau ngeluh tapi kurasa ini belum seberapa. Ah andai boleh berandai-andai, mungkin aku tak akan sebingung ini. aku takut kalau nanti di cap gimana-gimana kalau aku lama wisudanya ;(
Ya. Aku selalu mikir apa kata orang. Andai bisa melihat masa depan. Ah aku ingin sekali bisa melakukannya. Andai bisa. Apapun yang terjadi, Ya Allah bantulah aku menyelesaikan tugas akhir. ;(

Friday, March 22, 2019

Jogja Story Bag.7




Usai kunjungan ke Jogja September lalu, ternyata di tahun 2019 bisa berkunjung ke jogja kembali. Lagi-lagi bukan untuk liburan. Jadi kalau gak banyak jalan-jalan ya jangan komentar. Kan tujuannya bukan untuk jalan-jalan. Hehe.
Kali ini aku pergi ke jogja bersama ibuku, mengantarkan beliau checkup pada salah satu rumah sakit di Jogja. Sudah tiga kali beliau kesana, yang pertama bersama bapak, yang kedua dijemput mbak, dan yang ketiga ini bersama denganku.
Kami berangkat pukul tujuh pagi, dengan travel yang sudah dipesankan mbak Tika. Perjalanan sekitar 6 jam. Sampai dijogja kami disambut dengan hujan. Deras sekali. Padahal sudah akan sampai. Kira-kira pukul satu kami sampai di rumah yang ditinggali mbak Tika.
Tempat tinggal mbak tika kali ini berbeda. Baru pindah awal Februari lalu. Sudah tidak di Sendowo lagi. Jadi ya, masih belum tahu rumahnya seperti apa. Namun tak begitu sulit mencari rumah yang ditempati mbak Tika.
Sampai di Jogja kami beristirahat. Hari sabtu kami tiba di Jogja. Sedangkan checkup masih hari senin esok. Hujan tak kunjung berhenti.  Jogja memang beda dengan tempatku merantau, yang panas, yang kalau hujan tak selama di sini.
Hari minggu pagi, kami berkunjung ke sunmor. Belanja sedikit. Maklum perempuan. Aku selalu senang saat ke Jogja mengunjungi sunmor. Seperti pasar kaget yang hanya diadakan setiap hari minggu. Belanja barang-barang disana murah. Harganya benar-benar terjangkau. Asal bisa nawar, malah dapat yang terjangkau lagi. Ah, Jogja memang tempat istimewa untuk berbelanja.
Usai dari sunmor kami pergi ke togamas, ada diskon disana. Alhasil terbelilah buku, aku membeli satu buku. Buku yang sebenarnya sudah ingin kumiliki sejak dulu. Buku milik Kang Abay. Kapan ya punya buku sendiri? Yang dicari oleh orang-orang setiap pergi ke toko buku. Yang ada namaku di sampulnya. Mungkinkah itu hanya khayalan yang tak akan terjadi?
Hari-hari di Jogja berjalan seperti biasanya. Pada hari selasa aku berniat untuk pergi ke toko merah. Ini adalah toko favoritku saat berkunjung ke jogja. Banyak note disana, dengan berbagai pilihan model. Sore saat aku akan berangkat memang sudah terlihat mendung. Namun aku tak menghiraukan, aku tetap berangkat. Sendirian. Hehe.
Sebenarnya rencanaku selesai ke toko merah yang berada di gejayan aku ingin pergi ke malioboro. Menimati sore hingga malam disana. Tapi sayangnya hujan dongg. Gagal lagi menikmati malioboro malam hari. Aku menunggu hujan reda didepan toko. Ditemani para pengunjung yang lain. Namun hujan tak kunjung reda. Dan sepertinya tak akan reda,
Beruntungnya ovo ku belum pernah terpakai. Jadi setidaknya bisa pesan grab car dengan biaya 1rupiah.
Diperjalanan driver banyak tanya. Difikirnya aku masih sekolah, hadeh. Dan lama kelamaan tanya skripsi. Okedeh dapat nasihat.
Pulang dari jogja hari rabu pagi. Suasana masih mendung. Akhir-akhir ini selama disana jogja memang jarang menunjukkan matahari. Cuma itu yang bisa diceritakan. Next time semoga bisa kejogja lagi yah. Kalau bisa sih sama temen-temen. Biar gak sendirian. See you.


Tuesday, March 12, 2019

Blekie (Sebelum dan Sesudah Ia Dikirimkan Untukku)





Hai, apakabar kalian? Pembaca yang tak pernah kuketahui siapa namanya dan mengapa kalian membaca blogku ini. Blog ini memang sengaja kuciptakan untuk diriku sendiri, untuk aku dimasa depan, untuk keturunanku dimasa depan. Banyak kisah yang ku tuliskan disini, banyak ingatan yang kusimpan disini. Ya, sebenarnya blog ini bukan diciptakan untuk bisa dinikmati banyak orang. Cukup aku saja yang menikmati, aku juga jarang mempromosikannya. Hanya beberapa judul tulisan saja yang menurutku layak untuk dibagikan dan dibaca banyak orang.
Pasti kalian bertanya-tanya, sebenarnya ingin menceritakan apa aku kali ini ? Seperti yang tertera di judul, aku akan bercerita tentang Blekie, kisah sebelum dan sesudah aku bertemu dengannya. Nama itu kuberikan untuk labtopku. Lbtop berwarna hitam yang diberikan pada ku pada tahun 2017 lalu. Barangkali banyak orang yang menganggap aku aneh, ini cuma labtop ngapain dikasih nama. Benda mati seharusnya tak perlu di istimewakan layaknya sesuatu yang bernyawa.
Tidak. Aku tak ingin seperti itu, aku ingin menyangangi Blekie layaknya menyayangi benda hidup. Merawatnya dan tidak berbuat kasar padanya. Karena Blakie banyak membantu selama aku hidup menjadi seorang mahasiswa. Ia membantuku mengerjakan tugas kuliah, membantuku untuk mengerjakan tugas ukm, membantuku untuk menulis cerpen yang akan kukirimkan untuk perlombaan. Blekie banyak membantuku.
Aku senang sekali menulis dilaptop, oleh sebab itu aku bahagia sekali saat dibelikan Blekie. Alay ya? Ya inilah aku, kadang suka berlebihan.
Sebelum memiliki Blakie, aku juga sudah sering menulis, namun kurasa lebih sering dulu hehe. Saat masih semester satu di bangku perkuliahan aku gemar sekali menulis blog. Tak ada laptop tak pernah menjadi penghalang untuk tidak menulis. Terkadang aku menulis dirumah, saat kakak perempuanku pulang aku meminjam laptopnya. Menulis cerpen atau menulis catatan harian untuk di posting ke blog.
Untuk menulis cerpen, sebelum aku menuliskannya aku sudah memiliki ide dan pokok-pokok cerita yang akan dituliskan. Jadi saat berhadapan dengan laptop tinggal menyusunnya kemudian mengembangkannya. Oleh sebab itu, dulu aku sering sekali mengikuti lomba cerpen yang temanya bebas. Aku mengirimkan cerpen yang dulu sudah kutuliskan, tinggal di edit sedikit-sedikit.
Dibangku perkuliahan, tidak memiliki labtop kadang membuatku kesusahan. Beberapa tugas harus diketik dan diselesaikan dengan menggunakan labtop. Tugas ukm juga sama. Aku mengikuti ukm jurnalistik di kampus, yang mengharuskanku untuk menulis, dan membaca.
Tapi, terlepas dari itu semua aku selalu bersyukur karena Tuhan berbaik hati mengirimkan teman-teman yang mau menolongku. Di indekostku yang dulu, kakak tingkat sering kali menitipkan laptopnya padaku saat ia pulang kerumah. Ia sering pulang pada sabtu dan minggu, dan hari itu juga labtopnya kupegang. Ini kesempatan yang tidak boleh disia-siakan. Sabtu minggu aku menulis di laptop kakak tingkatku itu. Menulis apa saja, apapun yang aku suka. Jika ada tugas, aku mengerjakan tugasku terlebih dulu. Jadi aku mengerjakan tugas tiap hari sabtu dan minggu. Namun ia tidak setia minggu pulang, mungkin sebulan 2 kali atau sebualan sekali. Oh iya, kakak tingkatku bernama Mbak Mariama. Anaknya kecil, manis, tapi banyak tidak begitu suka dengannya. Entahlah aku juga tidak tahu kenapa, tapi bagiku dia baik meski banyak penghuni indekost yang tidak menyukainya.
Selain Mbak Mariama, ada juga Lia. Lia teman sejurusanku, kami satu angkatan. Saat masih tinggal di indekostku yang dulu aku juga sering sekali meminjam labtop Lia untuk mengerjakan tugas. Lia baik, aku kadang sering bingung kenapa Tuhan selalu mengirimkan orang-orang baik untukku. Saat labtop Mbak Mariama sedang tak bisa dipinjam aku meminjam labtop Lia untuk mengerjakan tugas. Kalau ingat masa itu, rasanya aku masih semangat sekali menulis dan menyelesaikan tugas kuliah meski tak memiliki labtop.
Satu lagi yang hampir terlupa, Mbak Ummah. Mbak Ummah adalah teman sekelasku, aku juga sering meminjam labtopnya. Tapi untuk mbak Ummah aku meminjam laptopnya bukan untuk menulis atau mengerjakan tugas, namun untuk mengikuti pelatihan-pelatihan. Selain menulis aku juga senang sekali belajar IT. Karena labtop Mbak Ummah sangat cocok digunakan untuk pelatihan-pelatihan semacam itu. Indekost Mbak Ummah tidak begitu jauh dari kost ku, jadi tidak begitu jauh bila akan meminjam labopnya.
Beberapa teman juga sering sekali tidak mau meminjamkan labtopnya padaku. Aku memakluminya, wajar laptop kan harganya tidak murah. Aku tidak bisa memaksa mereka.
Sebelum ada Blekie aku gemar sekali menulis, meskipun caranya tidak mudah. Namun saat Tuhan mengirimkan Blekie untukku aku malah sering menyiakan dia. Kubiakan ia tidur diatas meja, tak terbuka. Atau malah kugunakan untuk menonton drama. Ah rupanya aku sudah lupa bahwa dulu aku sangat menunggu-nunggu kehadiran Blekie. Padahal dulu sering sekali aku bergumam dalam hati, saat melihat beberapa labtop teman didiamkan di kamar dan tak digunakan, aku sering berfikir “kalau aku punya labtop pasti sudah kugunakan tiap hari untuk menulis.”
Tentang mbak Mariama, Lia, dan Mbak Ummah, sejak aku pindah kost di semester 3 aku sudah tak bisa lagi meminjam labtop mereka. Namun, ternyata Tuhan masih mengirimkan teman  yang lain lagi. Yang baik, yang ramah, yang gak pelit dan selalu sabar menghadapiku. Namanya Fira, dia juga baru pindah indekost dan kebetulan satu kost denganku. Tapi dia dilantai 1 aku dilantai 2. Sejak dikostku yang baru aku sering sekali meminjam labtopnya, dan ia dengan senang hati meminjamkan labtopnya. Selain fira, ada juga desi ia juga sering meminjamkan labtopnya padaku. Tuhan memang selalu baik padaku.
Kemudian, menginjak semester 4 Blekie datang padaku. Entah angin apa yang membuat orang tuaku membelikan laptop. Aku tidak pernah berani meminta pada orang tuaku agar dibelikan laptop. Karena aku hanyalah seorang anak yang terlahir dari keluarga sederhana. Aku hanya berani meminta kepada Tuhanku, hingga pada akhirnya Ia mengabulkan doaku.
Semenjak Blakie datang aku memang makin gemar menulis. Menulis apa saja. Aku juga sering mengikuti pelatihan, meski berangkat sendirian dan kali ini menggunakan laptopku sendiri. Aku bebas ingin mengerjakan tugas kapan saja. aku bebas menonton drama sampai kapanpun.
Kehadiran Blakie, membuat gerbang menuju mimpi terbuka lebar. Aku sering mencoba hal baru bersama Blakie. Selain menulis aku belajar mengedit foto, belajar corel dan aplikasi lainnya. Sebelumnya, meski aku tak punya labtop aku tak begitu gaptek. Dimasa SMA aku mengikuti les komputer bersama teman-temanku. Jadi dasar-dasar memakai aplikasi editing aku tidak begitu buta. Ah, andai bisa aku ingin masuk SMK saja hehe.
Dan sekarang aku sudah jarang sekali menulis. Entahlah, entah karena malas atau apa aku juga tak tahu. Sekarang aku dan Blekie sedang berusaha menyelesaikan tugas akhir. Semoga dapat selesai, lebih-lebih bisa selesai tepat waktu. Aamiin.
Kalau boleh jujur, aku senang terlahir dari keluarga sederhana. Aku dapat memaknai arti hidup, arti sabar, dan arti bekerja keras. Aku juga lebih bisa menghargai sesuatu hal.
Sebenarnya banyak sekali hal yang ingin aku tuliskan, sebelum ingatanku hilang. Menulis tentang apasaja. Namun masih banyak pikiran-pikiran yang kadang menghambat untuk menulis.
Tulisan ini kudedikasikan untuk anak ku kelak. Nak, kamu harus bisa menghargai barang yah. Jangan mudah meminta sesuatu pada ayah dan ibumu kelak. Kami bukannya pelit. Sabar dulu, Tuhan pasti akan memberikannya bila kamu benar membutuhkannya.
Aku menulis ini diruang kamar indekost. Awalnya aku berniat untuk pergi keperpustakaan bersama temanku, namun ibunya sakit. Akhirnya gagal. Dan aku memutuskan untuk menulis saja. Sampai jumpa aku dimasa depan. Tunggu tulisan selanjutnya.