Hai, apakabar kalian? Pembaca yang tak pernah kuketahui
siapa namanya dan mengapa kalian membaca blogku ini. Blog ini memang sengaja
kuciptakan untuk diriku sendiri, untuk aku dimasa depan, untuk keturunanku
dimasa depan. Banyak kisah yang ku tuliskan disini, banyak ingatan yang
kusimpan disini. Ya, sebenarnya blog ini bukan diciptakan untuk bisa dinikmati
banyak orang. Cukup aku saja yang menikmati, aku juga jarang mempromosikannya.
Hanya beberapa judul tulisan saja yang menurutku layak untuk dibagikan dan
dibaca banyak orang.
Pasti kalian bertanya-tanya, sebenarnya ingin menceritakan
apa aku kali ini ? Seperti yang tertera di judul, aku akan bercerita tentang Blekie,
kisah sebelum dan sesudah aku bertemu dengannya. Nama itu kuberikan untuk
labtopku. Lbtop berwarna hitam yang diberikan pada ku pada tahun 2017 lalu. Barangkali
banyak orang yang menganggap aku aneh, ini cuma labtop ngapain dikasih nama.
Benda mati seharusnya tak perlu di istimewakan layaknya sesuatu yang bernyawa.
Tidak. Aku tak ingin seperti itu, aku ingin menyangangi Blekie
layaknya menyayangi benda hidup. Merawatnya dan tidak berbuat kasar padanya.
Karena Blakie banyak membantu selama aku hidup menjadi seorang mahasiswa. Ia
membantuku mengerjakan tugas kuliah, membantuku untuk mengerjakan tugas ukm,
membantuku untuk menulis cerpen yang akan kukirimkan untuk perlombaan. Blekie
banyak membantuku.
Aku senang sekali menulis dilaptop, oleh sebab itu aku
bahagia sekali saat dibelikan Blekie. Alay ya? Ya inilah aku, kadang suka
berlebihan.
Sebelum memiliki Blakie, aku juga sudah sering menulis,
namun kurasa lebih sering dulu hehe. Saat masih semester satu di bangku
perkuliahan aku gemar sekali menulis blog. Tak ada laptop tak pernah menjadi
penghalang untuk tidak menulis. Terkadang aku menulis dirumah, saat kakak
perempuanku pulang aku meminjam laptopnya. Menulis cerpen atau menulis catatan
harian untuk di posting ke blog.
Untuk menulis cerpen, sebelum aku menuliskannya aku sudah
memiliki ide dan pokok-pokok cerita yang akan dituliskan. Jadi saat berhadapan
dengan laptop tinggal menyusunnya kemudian mengembangkannya. Oleh sebab itu,
dulu aku sering sekali mengikuti lomba cerpen yang temanya bebas. Aku
mengirimkan cerpen yang dulu sudah kutuliskan, tinggal di edit sedikit-sedikit.
Dibangku perkuliahan, tidak memiliki labtop kadang
membuatku kesusahan. Beberapa tugas harus diketik dan diselesaikan dengan
menggunakan labtop. Tugas ukm juga sama. Aku mengikuti ukm jurnalistik di
kampus, yang mengharuskanku untuk menulis, dan membaca.
Tapi, terlepas dari itu semua aku selalu bersyukur karena
Tuhan berbaik hati mengirimkan teman-teman yang mau menolongku. Di indekostku
yang dulu, kakak tingkat sering kali menitipkan laptopnya padaku saat ia pulang
kerumah. Ia sering pulang pada sabtu dan minggu, dan hari itu juga labtopnya
kupegang. Ini kesempatan yang tidak boleh disia-siakan. Sabtu minggu aku
menulis di laptop kakak tingkatku itu. Menulis apa saja, apapun yang aku suka.
Jika ada tugas, aku mengerjakan tugasku terlebih dulu. Jadi aku mengerjakan
tugas tiap hari sabtu dan minggu. Namun ia tidak setia minggu pulang, mungkin
sebulan 2 kali atau sebualan sekali. Oh iya, kakak tingkatku bernama Mbak
Mariama. Anaknya kecil, manis, tapi banyak tidak begitu suka dengannya.
Entahlah aku juga tidak tahu kenapa, tapi bagiku dia baik meski banyak penghuni
indekost yang tidak menyukainya.
Selain Mbak Mariama, ada juga Lia. Lia teman sejurusanku,
kami satu angkatan. Saat masih tinggal di indekostku yang dulu aku juga sering
sekali meminjam labtop Lia untuk mengerjakan tugas. Lia baik, aku kadang sering
bingung kenapa Tuhan selalu mengirimkan orang-orang baik untukku. Saat labtop
Mbak Mariama sedang tak bisa dipinjam aku meminjam labtop Lia untuk mengerjakan
tugas. Kalau ingat masa itu, rasanya aku masih semangat sekali menulis dan
menyelesaikan tugas kuliah meski tak memiliki labtop.
Satu lagi yang hampir terlupa, Mbak Ummah. Mbak Ummah
adalah teman sekelasku, aku juga sering meminjam labtopnya. Tapi untuk mbak
Ummah aku meminjam laptopnya bukan untuk menulis atau mengerjakan tugas, namun
untuk mengikuti pelatihan-pelatihan. Selain menulis aku juga senang sekali
belajar IT. Karena labtop Mbak Ummah sangat cocok digunakan untuk
pelatihan-pelatihan semacam itu. Indekost Mbak Ummah tidak begitu jauh dari
kost ku, jadi tidak begitu jauh bila akan meminjam labopnya.
Beberapa teman juga sering sekali tidak mau meminjamkan
labtopnya padaku. Aku memakluminya, wajar laptop kan harganya tidak murah. Aku
tidak bisa memaksa mereka.
Sebelum ada Blekie aku gemar sekali menulis, meskipun
caranya tidak mudah. Namun saat Tuhan mengirimkan Blekie untukku aku malah
sering menyiakan dia. Kubiakan ia tidur diatas meja, tak terbuka. Atau malah
kugunakan untuk menonton drama. Ah rupanya aku sudah lupa bahwa dulu aku sangat
menunggu-nunggu kehadiran Blekie. Padahal dulu sering sekali aku bergumam dalam
hati, saat melihat beberapa labtop teman didiamkan di kamar dan tak digunakan,
aku sering berfikir “kalau aku punya
labtop pasti sudah kugunakan tiap hari untuk menulis.”
Tentang mbak Mariama, Lia, dan Mbak Ummah, sejak aku
pindah kost di semester 3 aku sudah tak bisa lagi meminjam labtop mereka. Namun,
ternyata Tuhan masih mengirimkan teman
yang lain lagi. Yang baik, yang ramah, yang gak pelit dan selalu sabar
menghadapiku. Namanya Fira, dia juga baru pindah indekost dan kebetulan satu
kost denganku. Tapi dia dilantai 1 aku dilantai 2. Sejak dikostku yang baru aku
sering sekali meminjam labtopnya, dan ia dengan senang hati meminjamkan
labtopnya. Selain fira, ada juga desi ia juga sering meminjamkan labtopnya
padaku. Tuhan memang selalu baik padaku.
Kemudian, menginjak semester 4 Blekie datang padaku.
Entah angin apa yang membuat orang tuaku membelikan laptop. Aku tidak pernah
berani meminta pada orang tuaku agar dibelikan laptop. Karena aku hanyalah
seorang anak yang terlahir dari keluarga sederhana. Aku hanya berani meminta
kepada Tuhanku, hingga pada akhirnya Ia mengabulkan doaku.
Semenjak Blakie datang aku memang makin gemar menulis.
Menulis apa saja. Aku juga sering mengikuti pelatihan, meski berangkat
sendirian dan kali ini menggunakan laptopku sendiri. Aku bebas ingin
mengerjakan tugas kapan saja. aku bebas menonton drama sampai kapanpun.
Kehadiran Blakie, membuat gerbang menuju mimpi terbuka
lebar. Aku sering mencoba hal baru bersama Blakie. Selain menulis aku belajar
mengedit foto, belajar corel dan aplikasi lainnya. Sebelumnya, meski aku tak
punya labtop aku tak begitu gaptek. Dimasa SMA aku mengikuti les komputer
bersama teman-temanku. Jadi dasar-dasar memakai aplikasi editing aku tidak
begitu buta. Ah, andai bisa aku ingin masuk SMK saja hehe.
Dan sekarang aku sudah jarang sekali menulis. Entahlah, entah
karena malas atau apa aku juga tak tahu. Sekarang aku dan Blekie sedang
berusaha menyelesaikan tugas akhir. Semoga dapat selesai, lebih-lebih bisa
selesai tepat waktu. Aamiin.
Kalau boleh jujur, aku senang terlahir dari keluarga
sederhana. Aku dapat memaknai arti hidup, arti sabar, dan arti bekerja keras.
Aku juga lebih bisa menghargai sesuatu hal.
Sebenarnya banyak sekali hal yang ingin aku tuliskan,
sebelum ingatanku hilang. Menulis tentang apasaja. Namun masih banyak
pikiran-pikiran yang kadang menghambat untuk menulis.
Tulisan ini kudedikasikan untuk anak ku kelak. Nak, kamu
harus bisa menghargai barang yah. Jangan mudah meminta sesuatu pada ayah dan
ibumu kelak. Kami bukannya pelit. Sabar dulu, Tuhan pasti akan memberikannya
bila kamu benar membutuhkannya.
Aku menulis ini diruang kamar indekost. Awalnya aku
berniat untuk pergi keperpustakaan bersama temanku, namun ibunya sakit.
Akhirnya gagal. Dan aku memutuskan untuk menulis saja. Sampai jumpa aku dimasa
depan. Tunggu tulisan selanjutnya.