Hai apa kabar ? Semoga kalian selalu bahagia. Jangan lupa
bersyukur ya. Kepada siapapun pembaca blogku, yang sering kupanggil pembaca
ghoib, terimakasih sudah bersedia singgah kerumah sederhana ini. Aku senang
kalian mau menjadi bagian dari hidupku, membaca ceritaku meskipun kalian tidak
tahu siapa aku. Oh iya, sebelumnya mohon maaf lahir batin yah.
Kali
ini, aku ingin menulis hal yang serius. Bagiku ini serius, serius deh. Ini
perihal masa depan yang sering kali aku cemaskan. Dulu, saat aku masih duduk di
taman kanak-kanak, mungkin tak banyak yang aku cemaskan, yang aku takutkan
hanya tak memiliki teman disekolah, takut bapak telat menjemputku sehingga aku
menunggu sendirian disekolahan.
Naik ke Sekolah Dasar, yang aku takutkan kalau-kalau tidak
naik kelas. Masuk ke smp, aku percaya akan naik kelas, ketakutanku mulai
berubah. Aku takut tidak dapat masuk ke SMA yang kupilih. Memang bukan SMA favorit,
namun itu SMA yang paling dekat dengan rumahku. Jika tidak diterima disana, aku
akan daftar di Madarasah, kalau tidak masuk juga aku harus daftar ke SMK.
Sebenarnya ini bukan perihal SMA, MAN, atau SMK namun tentang dimana letak
sekolahnya. Kalau harus masuk SMK aku harus memalui jalanan yang lebih jauh
lagi. Namun alhamdulillah pada akhirnya aku lolos masuk SMA.
Ketakutan
yang ku tuliskan tadi memang semuanya perihal pendidikan. Ya, hal yang selalu
aku takutkan adalah tak dapat menaklukan pendidikan. Aku bahkan terkadang merasa
iri dengan orang-orang yang sudah terlahir pintar, bahkan tidak perlu belajar.
Menjadi orang yang tidak begitu pintar sungguh menyedihkan. Penuh dengan
ketakutan. Belum lagi saat aku sudah lulus SMA, dulu bagiku ini adalah fase
paling berat saat aku mengenyam pendidikan. namun ternyata, masih ada fase yang
lebih berat lagi.
Sekarang
aku sudah menjadi mahasiswa, tepatnya mahasiswa akhir. Aku tidak bermaksud
menyalahkan siapa-siapa saat menulis ini. aku juga tak ingin menyalahkan diriku
sendiri. Aku hanya ingin bercerita. Sungguh, ini sangat berat. Aku tak bisa
bercerita kepada manusia. Mereka tak bisa kupercaya. Aku tak bisa bercerita
kepada keluarga. Aku tak ingin membuat mereka sedih. Bercerita dengan
temankupun bagiku percuma. Mereka justru malah menyalahkanku, meremehkanku,
atau bahkan malah bercerita padahal ceritaku belum selesai.
Sungguh
aku tak bermaksud ingin menambah semester. Ya Tuhan, aku selalu iri dengan
orang-orang yang dapat menyelesaikan skripsinya tepat waktu. Bahkan kepada
mereka yang dapat menyelesaikannya sebelum waktunya. Bagaimana mereka bisa?
Sedangkan aku tak bisa?
Sebenarnya
kemampuanku apa? Aku seringkali bertanya-tanya perihal itu. Kadang aku merasa
terlalu bodoh. Tapi di dalam hati kecilku aku selalu percaya setiap manusia
sudah dibekali bakatnya sendiri-sendiri, sekarang tinggal bagaimana manusia menggali
bakat itu.
Skripsi
memang bukan perkara siapa yang paling cepat dan siapa yang paling lambat. Namun,
meski begitu kita tetap harus terus berusaha kan? Gak boleh berhenti, gak boleh
nyerah, gak boleh iri kalau lihat teman sudah sidang terlebih dulu. Namun itu
justru dijadikan motivasi, agar kita lebih terpacu lagi.
Dan pada
akhirnya, walaupun tergolong telat akhirnya aku bisa sempro juga. Semoga
dilancarkan.








