Halaman

About

Facebook

Wednesday, June 19, 2019

(SKRIPSI) Nambah bukan Sesuatu yang Indah, Namun Juga Bukan Sesuatu yang Salah.




Hai apa kabar ? Semoga kalian selalu bahagia. Jangan lupa bersyukur ya. Kepada siapapun pembaca blogku, yang sering kupanggil pembaca ghoib, terimakasih sudah bersedia singgah kerumah sederhana ini. Aku senang kalian mau menjadi bagian dari hidupku, membaca ceritaku meskipun kalian tidak tahu siapa aku. Oh iya, sebelumnya mohon maaf lahir batin yah.
            Kali ini, aku ingin menulis hal yang serius. Bagiku ini serius, serius deh. Ini perihal masa depan yang sering kali aku cemaskan. Dulu, saat aku masih duduk di taman kanak-kanak, mungkin tak banyak yang aku cemaskan, yang aku takutkan hanya tak memiliki teman disekolah, takut bapak telat menjemputku sehingga aku menunggu sendirian disekolahan.
Naik ke Sekolah Dasar, yang aku takutkan kalau-kalau tidak naik kelas. Masuk ke smp, aku percaya akan naik kelas, ketakutanku mulai berubah. Aku takut tidak dapat masuk ke SMA yang kupilih. Memang bukan SMA favorit, namun itu SMA yang paling dekat dengan rumahku. Jika tidak diterima disana, aku akan daftar di Madarasah, kalau tidak masuk juga aku harus daftar ke SMK. Sebenarnya ini bukan perihal SMA, MAN, atau SMK namun tentang dimana letak sekolahnya. Kalau harus masuk SMK aku harus memalui jalanan yang lebih jauh lagi. Namun alhamdulillah pada akhirnya aku lolos masuk SMA.
            Ketakutan yang ku tuliskan tadi memang semuanya perihal pendidikan. Ya, hal yang selalu aku takutkan adalah tak dapat menaklukan pendidikan. Aku bahkan terkadang merasa iri dengan orang-orang yang sudah terlahir pintar, bahkan tidak perlu belajar. Menjadi orang yang tidak begitu pintar sungguh menyedihkan. Penuh dengan ketakutan. Belum lagi saat aku sudah lulus SMA, dulu bagiku ini adalah fase paling berat saat aku mengenyam pendidikan. namun ternyata, masih ada fase yang lebih berat lagi.
            Sekarang aku sudah menjadi mahasiswa, tepatnya mahasiswa akhir. Aku tidak bermaksud menyalahkan siapa-siapa saat menulis ini. aku juga tak ingin menyalahkan diriku sendiri. Aku hanya ingin bercerita. Sungguh, ini sangat berat. Aku tak bisa bercerita kepada manusia. Mereka tak bisa kupercaya. Aku tak bisa bercerita kepada keluarga. Aku tak ingin membuat mereka sedih. Bercerita dengan temankupun bagiku percuma. Mereka justru malah menyalahkanku, meremehkanku, atau bahkan malah bercerita padahal ceritaku belum selesai.
            Sungguh aku tak bermaksud ingin menambah semester. Ya Tuhan, aku selalu iri dengan orang-orang yang dapat menyelesaikan skripsinya tepat waktu. Bahkan kepada mereka yang dapat menyelesaikannya sebelum waktunya. Bagaimana mereka bisa? Sedangkan aku tak bisa?
            Sebenarnya kemampuanku apa? Aku seringkali bertanya-tanya perihal itu. Kadang aku merasa terlalu bodoh. Tapi di dalam hati kecilku aku selalu percaya setiap manusia sudah dibekali bakatnya sendiri-sendiri, sekarang tinggal bagaimana manusia menggali bakat itu.
            Skripsi memang bukan perkara siapa yang paling cepat dan siapa yang paling lambat. Namun, meski begitu kita tetap harus terus berusaha kan? Gak boleh berhenti, gak boleh nyerah, gak boleh iri kalau lihat teman sudah sidang terlebih dulu. Namun itu justru dijadikan motivasi, agar kita lebih terpacu lagi.
            Dan pada akhirnya, walaupun tergolong telat akhirnya aku bisa sempro juga. Semoga dilancarkan.
             
           
           

Sunday, June 16, 2019

Teman Dumay

sumber. Google

Setiap manusia selalu suka memiliki banyak teman, terlebih lagi teman yang bisa punya hobi yang sama dengan kita, juga senantiasa mendengar keluh kesah saat kita merasa resah. Membantu saat butuh bantuan, dan tidak membicarakan kejelekan dari belakang. Aku selalu iri dengan orang semacam itu. Sebab aku tak memiliki banyak teman di bumi. Terkadang aku memang mudah sekali akrab dengan orang baru. Selagi ia baik, aku akan memberikan timbal balik yang baik juga pastinya. Namun untuk benar-benar dekat hanya sedikit, aku cukup membatasi diriku.
Aku tak mau menjadi orang yang munafik, baik di depan namun di belakang menjelekkan. Ya walaupun kadang sering khilaf ikut membicarakan teman yang lain. Namun prinsipku, dari pada berteman dengan orang yang tidak disuka lebih baik jaga jarak saja. Berteman itu seperti menjalin hubungan, harus menerima segala baik buruknya, dan menembunyikan aibnya.
Akhir-akhir ini aku aktif sekali di dunia maya, dari sana aku mengenal beberapa orang dengan karakter yang bermacam-macam. Ada yang pura-pura baik agar terlihat sempurna, ada yang mendekat karena ada maunya, ada yang dekat karena katanya aku idola mereka (padahal bukan artis), ada yang dekat karena satu hobi, ada yang dekat karena tidak sengaja dan tiba-tiba cocok, dan ada pula yang dekat karena akan melalukan aksi modusnya (untung tamengku kuat).
Mereka semua aku temui di akun instagramku. Beberapa DM yang masuk memang selalu kubaca, namun tidak semua kubalas (termasuk yang modus). Terkadanga basa-basi mereka membuatku muak, membicarakan hal yang perlu. Jadi lebih baik tidak perlu direspon. Yasudahlah, dipikir sombong tidak apa.
Orang-orang yang kukenal di dunia maya bermacam-macam sifatnya. Ada yang datang untuk memanfaatkanku, ada yang datang karena hobby yang sama menyatukan kita, ada yang datang dan tidak sengaja tahu-tahu jadi akrab, ada juga yang datang untuk menawarkan masa depan haha. Ada-ada saja. Tapi yang paling penting, ada yang baik sekali, sering menawarkan diri untuk membantu. Aku tidak tau dia memang senang membantu atau bagaimana, tapi dia baik sekali.
Dari sosial media aku belajar banyak hal. Ilmu-ilmu baru kudapatkan dari teman-teman baru. Saling berbagi, yang tidak tahu menjadi tahu dan yang tahu ilmuny jadi bermanfaat. 
Sejujurnya aku senang mendapat teman baru, salah satunya dari media sosial. Mereka semua berasal dari berbagai macam daerah. Dari sabang sampai merauke. Rasanya ingin sekali bertemu dengan mereka semua. Tapi bagaimana caranya? Caranya, adalah dengan selalu menulis. Aku percaya menulis, sama saja seperti membangun jembatan penghubung.
Menulislah, maka dunia tak akan melupakan keberadaanmu. Meski sudah dikandung bumi sekalipun.