Halaman

About

Facebook

Saturday, June 13, 2015

"JOGJA" Story

Ada pepatah jawa mengatakan “witing trisno jalaran soko kulino”. Saya fikir itu hanya terjadi pada sesama manusia saja, ternyata tidak.  10 hari saya disini. Di “Jogja”. Awalnya saya tidak betah, tidur tak nyenyak. Saya di jogja tidak untuk liburan, namun untuk ujian. Ujian masuk perguruan tinggi. Dua hari, tiga hari, saya ingin pulang.hari pertama tidur dikost.an mbak itu “gak betah” mau kekamar kecil gak berani, kekamar kecil itu Cuma pas mau mandi sama ngambil air wudhu. Itu aja ngumpulin mental dulu. -_-
Tapi setelah beberapa hari. Saya mulai betah, meskipun tiap hari ditinggal mbak kuliah dan saya harus tinggal dikostan sendirian. Tidurpun mulai nyenyak. Sampai-sampai gak deger adzan subuh.
Hari pertama dijogja. Saya diajak kekampus sama mbak. Ikut kuliah, padahal belum jadi mahasiswa. Dan sama sekali tidak mahasiswa ugm. Disana bertemu teman-teman mbak. Orangnya lucu-lucu. Tapi saya masih canggung. Secara baru ketemu apalagi umurnya diatas aku semua. Tapi mereka baik. Dan wajah mereka semua gak jauh beda sama yang difoto yang selama ini aku liat.
Tanggal 9 juli. Sudah hari H.  Saya berangkat pukul 08.00WIB. balik di kost mbak sekitar pukul 19.00 WIB. Awalnya saya bertanya-tanya. Kenapa harus kebagian test di UPN sih? Kan jauh, capek. Kenapa gak di UNY? Kan deket sama kostnya mbak. Jadi gak capek. Namun setelah test usai. Saya mulai mengerti. Jika saya kebagian test di UNY, saya gak bakal naik trans jogja.paling-paling jalan kaki. Saya juga gak bakal ngerasain berdesak-desakan di bus trans jogja pas pulang dari test. Selesai test usai, rasanya berkecamuk. Gimana enggak. Semua yang satu ruangan sama aku ngisi soalnya pada penuh-penuh. Jadi ketir-ketir, Apalagi pas mau pulang, naik TJ lagunya galau, aduh makin nyesek kalau mikir test tadi. Apalagi suasana sore yang mendung-mendung gitu. Duh, mendukung banget. Jadi makin sedih rasanya.
Selesai test, mbak dapet undangan makan. Dirumah temennya, ada masa aceh katanya. Alhasil mampir dulu. Pulang pukul 19.00WIB di perjalanan pulang beli es krim, dimakan sambil jalan. Sampek rumah tepar. Gile, seharian penuh coyy, gimana gak tepar coba. Apalagi, saya itu anak rumahan yang kalo keluar itu pas mau sekolah doang, jadi sekalinya keluar pasti capek.
10 hari di jogja. Padahal testnya Cuma 1 hari, ngapain aja 10hari itu? Pasti jalan-jalan terus. Jawabannya “tidak” saya keluar dari kost Cuma 3kali. Diajak kekampus, pas mau test, sama pas diajak ke malioboro. Itu aja Cuma beli rok atu doang, soalnya gak ada duit. Selebihnya saya habiskan waktu di kostan. Sendirian (karena mbak kuliah) ditempat yang masih asing.dengan orang-orang yang belum saya kenal. Dan saya harus cuci baju dan piring. Meskipun hari-hari Cuma dihabiskan di kost, dan cuci baju dan piring . tapi gak ngebosenin amat kok. Disana mbak nya baik-baik dan ramah.
“JOGJA” seumur hidup saya, saya gak pernah ngebayangin akan ujian masuk universitas disini dan nginep di kostnya mbak yang kuliah di UGM. Awalnya gak betah, namun lama kelamaan saya mulai seneng disini dan malah gak mau pulang kerumah.

Tapi, besok saya sudah harus pulang, balik kekampung halaman. “padangan”.  Tempat saya dilahirkan. Tapi saya berharap dapat kembali kemari. Ke “jogja” namun tidak sebagai wisatawan atau seorang pelajar yang sedang mengikuti ujian masuk universitas. Melainkan sebagai mahasiswa. YA!!! Seorang mahasiswa “Universitas Negeri Yogyakarta”

Thursday, June 11, 2015

haruskah kalau cinta pacaran?

gak tau kenapa tiba-tiba pengen posting tentang cinta dan pacaran.terkadang saya bingung dengan mereka yang saat ini sedang memiliki seorang kekasih. atau bisa dibilang sedang berpacaran. mereka memutuskan untuk berpacaran karena mereka mencintai seorang lawan jenis, dan ingin memiliki orang yang dicintainya seutuhnya. tapi, banyak dari mereka yang justru ketika sudah memiliki seorang kekasih, tapi malah menduakan kekasihnya dengan orang lain. mereka seolah-olah lupa, bagaimana perjuangan mereka saat ingin mendapatkan orang yang mereka cinta.kata orang, kita sudah bisa dikatakan dewasa kalu kita punya pacar. kalau kita sudah mengenal apa itu cinta. tapi? apa orang yang sudah memiliki seorang pacar itu sudah mengenal cinta? apa seorang yang sudah mengenal cinta itu telah dewasa?sebenarnya, kedewasaan orang tidak diukur dengan cinta kepada lawan jenis saja. banyak mereka yang sudah punya pacar atau kekasih, tapi masih selingkuh. apa itu bisa diartikan sebagai cinta? apa mereka betul sudah tau arti cinta? kalau mereka tau arti cinta, mengapa mereka harus berselingkuh? seharusnya mereka lebih setia, dan dapat menjaga pasangannya. mungkin, karena banyak dari mereka yang pernah diselingkuhi oleh kekasihnya. kini cinta berubah arti. banyak pasangan kekasih yang mencurigai kekasihnya saat pacar mereka tidak mengangkat telp. atau lama membalas pesan. alhasil, sang pacar curiga. mungkinkah pacarnya sedang berselingkuh?heii...bukankah pacaran itu adalah saling percaya?? bukan saling curiga.PACARAN!!!apa itu perlu untuk menunjukkan tingkat kedewasaan seseorang? banyak teman saya mengatakan. ria, kamu kapan dewasa kalau kamu belum kenal cinta. kalau kamu belum punya pacar! Heyy.. aku fikir perkataan temanku salah besarrrrr, aku tidak menyukai kata-katanya. dia berfikir bahwa dia lebih dewasa dibanding aku karena ia telah memiliki kekasih. telah memiliki banyak mantan. oh my god, benar-benar remaja sekarang, mereka lebih bangga ketika mereka memiliki banyak mantan. ketika mereka memiliki seorang pacar. pernah dengar istilah "cinta monyet"?? ya, katanya cinta monyet itu cinta pada waktu kita masih pubertas, atau sejenisnya. saya sebetulnya kurang tau tentang cinta monyet.TAPI??? bukankah jika difikirkan lagi, cinta monyet itu tidak beda jauh dengan cinta mereka yang memiliki banyak mantan. mereka bergonta-ganti pasangan. dengan cepat mereka melupakan seseorang yang dulu pernah mengisi relung hatinya. dengan cepat mereka mendapat pengganti.Apa cinta itu bisa hanya terjadi sebentar??"aku mau putus, kita udah gak cocok lagi""kita putus, aku udah gak suka sama kamu""lebih baik kita putus, aku gak suka kalau kamu gitu terus"" jadi kamu selingkuh? kita putus aja"heyy...begitu mudahnya mereka berkata putus. hati seseorang bukan mainan. cinta itu menyatukan dua sifat yang berbeda. jadi sebetulnya sejak awal mereka tidak cocok. tapi karena cinta mereka jadi cocok. karena cinta sifat seseorang yang sebetulnya buruk, terlihat baik saat kita mencintai seseorang.Putus, karena udah gak cinta. sama aja kayak cinta monyet dong. bentar banget jatuh cinta nya? apa bener yang dirasain sebelumnya itu cinta? apa bener udah kenal cinta. cinta itu harusnya selamanya. terus kalau udah bersuami istri gimana. "aku udah bosen sama kamu, tiap hari ketemu aku mau kita cerai aja!" NAH LOO?? ya kali kalau gak punya anak gak masalah. kalau punyak anak? gimana tuh nasipnya?"mereka yang belum punya pacar itu belum kenal cinta. mereka yang mencintai dalam diam itu payah"heyyy... justru mereka yang mencintai dalam diam itu hebat. mereka gak ingin punya banyak dosa. mereka itu lebih setia dibanding mereka-mereka yang punya banyak mantan.seharusnya kalau kalian seorang  muslimah yang baik, jangan pacaran. karena pacaran cuma membawa kita pada dosa. cinta memang gak bisa dihindari. tanpa cinta hidup kita hampa. tapi cinta itu gak musti sama lawan jenis. sama keluarga, sama temen. dan yang pasti cinta sama Allah dan Rasul-Rasulnya.percayalah, kalau emang kita suka sama seseorang, dan kalau memang orang yang kita suka itu jodoh kita. kita gak perlu takut, kalau orang yang kita suka keburu diambil orang. kan jodoh gak bakal kemana. kalau emang dia jodohmu dia pasti menghampiri kamu kok. kalau dia gak menghampiri kamu. berarti dia bukan jodohmu. dan percayalah setiap makhlukdimuka bumi ini diciptakan berpasang-pasangan.okeee..semoga postingan saya kali ini bermanfaat untuk kalian semua. satu pesan saya. jangan pernah takut jika kamu gak punya punya pacar. harusnya kamu bersyukur. karena kamu gak dapat dosa. Dan allah masih melindungimu. see you.. ^_^

Wednesday, June 10, 2015

Hanyalah

Oleh. Ria Dwi Anggarawati

Tak kan kujumpai,
Senyuman untukku,
Hanya raut datar,
Tak ada perasaan,

Bukan teman,
Bukan pula saudara,
Bukan apa-apa,

Hanya debu,
Yang hilang tertiup angin,
Hanya daun,
Yang akan jatuh bila sudah kering,
Hanya obat,
Yang menyebuhkan sakit,

Bukan permata,
Bukan pula cincin berlian,


Puisi Kontemporer


Oleh. Ria Dwi Anggarawati

Mengagumi
Ungkapan yang tak pasti
Harapan yang mungkin hanya mimpi
Tak ada ungkapan hanya kan menghantui
Jujur adalah yang terbaik bagi diri
Namun tak ada nyali

Mengagumi

SEHARUSNYA


Oleh. Ria Dwi Anggarawati

Ia yang memperkenalkan,
Ia pula yang melepaskan,
Hanya satu,
Harusnya dua,
Entah, mungkin hanya firasat,
Takdir,
Dimana ia berada?
Harusnya beri petunjuk,
Pengalaman yang tak seberapa,
Menjebak,
Atau,
Bukan pengalaman,
Mungkin ia,
Atau,
Bisa saja aku,

Ya,,,
Itu biasa,
Bukan ia yang  jahat,
Bukan ia yang mempermainkan,
Juga bukan ia yang memberi harapan palsu,
Hanya salah pengertian,
Harusnya dicerna,
Atau,
Harusnya lebih paham,
Isyarat yang belum tentu adanya,

Hari hari tlah berisikan dirinya,
Ia,
Harusnya ia tau,
Tak apa,
Jika tak dapat bersatu,
Asal,
Dapat bertemu,
Bercakap,

Harusnya tak salah paham,
Jika ada pernyataan,


Terjadi


Oleh. Ria Dwi Anggarawati


Kisah yang penuh pilu,
Terjadi,
Hati yang penuh debaran,
Timbunan harapan kembali nampak,
Diantara dua hati yang telah bersatu,
Niatan  yang begitu memaksa,
Keluar dari belukar hati yang kosong,

Terjadi lagi,
Rasa sesak yang menyiksa,
Rasa ikhlas yang terpaksa,
Harapan hanyalah angan,
Takdir pun sudah ditangan,
Sepasang merpati telah bertemu,
Tak kan dapat  digantikan,

Angan-angan hanyalah  kelabu,

Ilusi


Oleh. Ria Dwi Anggarawati

Tak kan penah kujumpai,
Hatinya yang sendiri,
Senyumnya  telah dimiliki,
Matanya telah menatap takdir,
Bibir pula berucap janji,
Satu detikpun,
Tak kan ada ingkar diantaranya,
Genggaman itu semakin erat,
Tak kan bisa ku lepas,
Karena...

Sepasang merpati itu tlah bertemu,

Di Ujung Senja Yang Kelam

Di Ujung Senja Yang Kelam



Aku masih tetap pada posisi semula, duduk di bangku halte menunggu bus. Entah kenapa hari ini bus datang bengitu lama, tak seperti biasanya. Aku telah lama duduk disini, mungkin bangku halte yang kududuki sudah terasa panas. Juga uang seribu rupiah, yang kini mulai basah oleh kringat karena terlalu lama kugenggam. Rasa jenuh dan bosan mulai mengahampiri. Karena tak ada Huda. Dialah yang biasanya menemaniku menunggu bus. namun semenjak pagi tak terlihat batang hidungnya Aku mengenal Huda saat pertama masuk SMA. Kareka aku sekelas dengannya, rumah kita juga searah, membuat aku dan Huda saling mengenal. Sepulang sekolah kami selalu menghabiskan waktu di halte dekat sekolah. Menunggu datangnya bus. Walau bus yang datang terkadang begitu lama, juga Hujan dan teriknya matahari membuat kita sebal. Namun pada akhirnya kejadian-kejadian itu menumbuhkan benih-benih cinta diantara kita. Beberapa hari yang lalu Huda menyatakaan perasaan cintanya padaku dan bertanya apakah perasaanku sama dengan atau tidak. Namun aku  tak menjawabnya, walaupun sebenarnya aku juga mencintainya. Itu karena aku belum siap mengatakan padanya, aku butuh waktu dan Huda pun mengerti akan hal itu. Tapi, suatu saat nanti aku pasti akan mengatakan padanya. Pada waktu yang tepat.
Hari ini aku berniat untuk pergi kerumahnya, memasktikan. Apakah dia sakit? Apakah dia sedang ada urusan keluarga? Atau jangan-jangan dia membolos? Karena dia tak membawa surat izin hari ini. Kemarin dia bercerita padaku, katanya dia sudah bosan bersekolah. Dia ingin segera lulus. Namun karena hari ini bus datang begitu lama, akhirnya aku memutuskan untuk  mengurungkan niatku. Aku takut pulang kerumah terlalu sore.
 Aku memalingkan wajah, ternyata dari arah barat telah tampak sebuah bus, aku segera bersiap dan menaiki bus itu. Hari ini bus begitu ramai. Sampai-sampai aku tak dapat menggerakkan tubuhku. Beberapa menit kemudian bus telah sampai pada pemberhentian pertama. Huda juga biasa turun di sini. Ternyata banyak sekali yang turun. Rata-rata dari mereka memakai baju gelap dan membawa ember berisi beras. Ternyata itu adalah rombongan pelayat.
              Sekitar 10  menit aku berada dalam bus, aku turun pada pemberhentian kedua.  Kuaarahkan mataku metatap langit. Hari ini matahari begitu terik. Kurogoh ponsel di saku bajuku. Pukul 03.00 ternyata sudah sore, tapi matahari hari tetap saja masih semangat memancarkan sinarnya. Aku mampir kewarung dekat aku turun dari bus tadi sebentar. Duduk sembari mengistirahatkan tubuh dan mendinginkan tenggorokanku.  Karena setelah ini aku harus berjalan lagi sekitar 1km menuju rumahku.
“sore bulek” begitu sapaanku kepada si penjual di warung itu.
“eh Ningrum, mau pesan apa?”
“kayak biasa aja bulek Es blewah”
 “eh, sama gorengannya ya bulek, laper ni” tambahku.
“iya. Ngomong-ngomong kok jam segeni baru pulang?”
“iya bulek, tadi busnya lama, jadinya agak sedikit telat pulangnya.” Jawabku sambil melahab gorengan buatan bulek.
“lah kenapa bus nya lama?”
“katanya sih tadi ada orang yang meninggal di gang dua, terus  bus yang di pakai ngelayat mogok. Jadi dialihin ke bus berikutnya. Makanya lama.” Jelasku “tahu isi gak ada bulek?” tanyaku.
“gak ada udah habus diborong  sama kuli bangunan yang di rumahnya Bu.Desi”
“Bu.Desi jadi bangun rumah disamping  kuburan bulek?”
“iya jadi. Katanya dia sih gak masalah, mau rumah deket kuburan”
“apa gak takut bulek? Kan bu.desi janda? Tinggal dirumah sendirian lagi?”
“ya udahlah lah terserah dia. Oh ya tadi kok ada yang nggali kuburan ya? Yang meninggal siapa? Kok bulek gak tau?”
“em, mungkin tadi yang meninggal di gang dua dikubur disini kali bulek”
“ya kali ya”  tak terasa sudah setengah jam aku berbincang-bincang dengan bulek Tutik. Aku segera pulang kerumah takut kalau nanti aku pulang terlalu sore apalagi aku juga belum sholat ashar.
                                                                        ***
              “Assalamu’alaikum...”
              “Waalaikumsalam.. baru pulang rum?”
              “iya bu” jawabku sambil melepas sepatu.
              “Ya udah, kamu mandi dulu sana, abis mandi sholat. Kamu belum sholat kan? Selesai solat makan, ibu udah masak enak buat kamu.”
              “iya bu. Oh ya, Bapak sama mas Anggar kemana?” aku menengok keruang tengah. “bapak belum pulang ya bu? Biasanya jam segini udah nonton berita bapak.” Lanjutku. Hari ini tatapan mata ibu aneh, seakan-akan suatu kejadian yang buruk telah terjadi. Namun aku tak mau berprasangka buruk terkebih dahulu. Mungkin itu hanya persaanku saja.
              Selesai makan ibu menghampiri ku. Aku benar-benar penasaran, ada apa? Kenapa bapak dan mas Anggar tak ada?
              “Ningrum, dengarkan ibu baik-baik  ya nak” ibu terlihat mulai serius. Aku semakin penasan, apa yang ingin ibu ceritakan. Ibu tak pernah terlihat seserius ini sebelumnya. “Huda nak”
              “Huda? Ada apa sama Huda bu? Kenapa tiba-tiba ngomongin Huda? Tadi Huda gak masuk sekolah soalnya”
              “Huda meninggal dunia” mataku terbelalak mendengar perkataan ibu barusan.
              “Tadi pagi waktu dia berangkat kesekolah dia disrempet motor, dan dari arah yang berlawanan ada mobil yang melaju dengan kencang. Dan saat itu juga ia langsung dilarikan kerumah sakit. Tapi setelah beberapa jam dirumah sakit, tepatnya pukul dua siang. Dia meninggal dunia karena terlalu banyak mengeluarkan darah” aku terdiam mendengar penjelasan ibu, aku sungguh tak percaya dengan perkataan ibu barusan.
              “Ningrum?”
              “Tapi tadi Huda sempet ngirim sms ke aku bu? Tadi dia bilang bakal berangkat” perlahan butir-butir air mataku mulai jatuh membasahi pipiku.
              “Mungkin ini sudah jalannya nak, kamu yang sabar aja” ibu mencoba menghiburku. Tapi itu tak membuat hatiku tenang. Aku semakin terisak mendengar perkataan ibu.. Akhirnya dengan perasaan campur aduk akupun pergi kerumah duka dengan ditemani ibu. Meski sudah senja dan sebentar lagi magrib. Keluarga Huda tetap menguburkan Huda hari ini juga. Mungkin, senja ini akan menjadi senja yang kelam dalam hidupku. Ditinggalkan oleh sahabat yang sangat aku sayangi. Sebenarnya aku tak ingin pergi ke pemakaman Huda. Karena aku takut jikalau nantinya aku tak sanggup melihat jasad Huda dimasukkan keliang lahad. Namun, bagaimanapun Huda adalah teman ku. Teman terbaikku. Aku ingin mengantarkannya keperistirahatan terakhir.
              Air mataku tak sanggup lagi kubendung ketika melihat jasad Huda dimasukkan ke liang lahat dan kemudian di timbun oleh tanah merah yang kemudian ditaburi bunga-bunga. Pipi tirusku kini mulai basah oleh air mata kesedihan. Tak berselang lama, tiba-tiba mataku menjadi gelap. Dan akupun hilang kesadaran.

***