Halaman

About

Facebook

Monday, June 4, 2018

Jangan Biarkan Obat Tidur Dari Mereka Melenyapkan Mimpimu.



Mengkonsumsi ejekan orang bagiku sama seperti mengkonsumsi obat tidur. Apalagi jika perkataan itu sama sekali tak membangunmu untuk lebih baik lagi. Seperti halnya obat tidur, hal itu akan membuatmu tertelap dalam kegelapan. Kamu akan sulit untuk mengembangkan diri. Tiap kali berfikir untuk bangkit kau akan semakin dihantui ketakukan dengan komentar orang lain.
Dunia memang berisi orang-orang yang terlalu peduli dengan pencapaian orang lain.  Namun sedikit yang merasa ingin mengembangkan diri.  Adakalanya bersikap acuh itu perlu. Tidak mempedulikan orang yang tak penting adalah sesuatu yang penting. Mereka hanya terlalu iri padamu. Mereka hanya ingin menjadi sepertimu, namun tak tahu harus mengawali dari mana. Teruslah berjalan, jangan biarkan mereka menjadi pembatas jalanmu menuju kesuksesan. Memang berat, namun kau harus kuat. Tidak ada orang sukses yang lahir tanpa sebuah kegagalan atau sebuah ejekan.
Bayangkan saja, perkataan mereka seperti batu bata. Tangkap, namun jangan sesekali kamu makan. Kau bisa menggunakan batu bata dari mereka untuk membuat benteng pertahanan. Maka semakin banyak batu bata yang kau dapat, bentengmu akan semakin tinggi menjulang ke langit. Hingga batu bata yang mereka lempar tak dapat menyakitimu lagi. Sabar adalah kunci utama. Bangun mimpimu menjadi sebuah kenyataan. Tak ada kesuksesan yang lahir dengan cara instan.


Friday, June 1, 2018

Menciptakan Kamu dalam Hayalku



Barang pemberian adalah sebuah tabungan akan kenangan. Saat ia yang memberikan tak lagi dapat disisi, pemberian akan senantiasa mengantikan posisinya dihati. Setiap kali kau memberikan sebuah benda padaku, kadang aku berfikir apa jadinya dengan benda itu saat kita tak lagi bisa bersama. Saat kau tak lagi menyapaku dalam kesedirian. Saat kau, bukan lagi menjadi tempat segala resah yang kutuangkan. Kadang aku sering membayangkan hal-hal semacam itu. Tidak penting memang, namun entah mengapa aku melakukannya. Barangkali aku terlalu takut kehilanganmu, itulah sebabnya aku selalu menciptakan kamu dalam hayalku.
Mungkin untuk saat ini bahagia masih menghiasi ku saat menatap benda pemberianmu. Memeluknya erat pada malam saat dingin mulai mengusik tubuhku. Menatapnya saat aku merindukan wajah seseorang yang kusayang. Iya, saat aku merindukan kamu, entah mengapa segala hal yang berkaitan denganmu seolah bisa menyembuhkan rinduku. Aku sering tersenyum sendiri. Mengatakan kepadanya tentang hal-hal yang tak bisa kukatakan padamu. Ia sudah seperti sosok penggantimu. Ia adalah benda pemberianmu.
Katamu, boneka itu bisa melepaskan rindu. Dapat kupeluk sebagai pengganti tubuhmu. Boneka dengan aroma yang sama sepertimu. Kamu memang pintar. Seolah dapat menghipnotisku untuk percaya akan katamu. Mempercayai bahwa boneka itu memang benar dapat melepaskan rindu. Mepercayai bahwa memeluknya akan terasa layaknya aku memelukmu.
Entah aku yang bodoh atau kamu yang pintar. Apakah cinta memang seperti itu? Dapat membuat sesorang tiba-tiba menjadi pintar atau tiba-tiba menjadi bodoh. Katamu, itu akan membuatku semakin mencintaimu. Semakin menghilangkan banyak rindu saat temu sedang tak bersahabat dengan kita. Menghilangkan sedihku saat bahumu tak dapat menguatkanku. Katamu ia akan menjadi sahabat baruku. Namun nyatanya kamu berbohong.
Kini, saat aku memeluknya semua terasa menyakitkan. Saat aku menatapnya aku merasa ingin menamparnya. Membuang jauh-jauh dari hadapanku. Sekarang aku mulai bimbang harus bagaimana. Apa yang harus kulakukan. Kini kamu sudah menjauh, meninggalkan perasaanku yang masih utuh dan meninggalkan sosokmu yang terlanjur melekat pada boneka pemberianmu.
Kamu bohong, katamu ia tak akan membuatku menangis. Katamu ia akan menjadi sahabatku saat aku bersedih. Katamu dia dapat menghilangkan rindu ku padamu. Namun nyatanya, kini saat aku melihatnya ia malah membuat tangisanku semakin keras, aku juga semakin merindukanmu. Dan yang kutakutkan akhirnya terjadi juga. Kamu pergi, dan hal-hal yang sebelumnya terasa indah, kini membuat sesak dadaku.
Bodohnya aku yang telah menciptakan sosokmu pada benda yang kau berikan. Kini, sakit yang kurasakan seolah berlipat ganda.