Barang pemberian adalah sebuah tabungan akan kenangan.
Saat ia yang memberikan tak lagi dapat disisi, pemberian akan senantiasa
mengantikan posisinya dihati. Setiap kali kau memberikan sebuah benda padaku,
kadang aku berfikir apa jadinya dengan benda itu saat kita tak lagi bisa
bersama. Saat kau tak lagi menyapaku dalam kesedirian. Saat kau, bukan lagi menjadi
tempat segala resah yang kutuangkan. Kadang aku sering membayangkan hal-hal
semacam itu. Tidak penting memang, namun entah mengapa aku melakukannya.
Barangkali aku terlalu takut kehilanganmu, itulah sebabnya aku selalu
menciptakan kamu dalam hayalku.
Mungkin untuk saat ini bahagia masih menghiasi ku saat
menatap benda pemberianmu. Memeluknya erat pada malam saat dingin mulai mengusik
tubuhku. Menatapnya saat aku merindukan wajah seseorang yang kusayang. Iya,
saat aku merindukan kamu, entah mengapa segala hal yang berkaitan denganmu
seolah bisa menyembuhkan rinduku. Aku sering tersenyum sendiri. Mengatakan
kepadanya tentang hal-hal yang tak bisa kukatakan padamu. Ia sudah seperti
sosok penggantimu. Ia adalah benda pemberianmu.
Katamu, boneka itu bisa melepaskan rindu. Dapat kupeluk
sebagai pengganti tubuhmu. Boneka dengan aroma yang sama sepertimu. Kamu memang
pintar. Seolah dapat menghipnotisku untuk percaya akan katamu. Mempercayai
bahwa boneka itu memang benar dapat melepaskan rindu. Mepercayai bahwa
memeluknya akan terasa layaknya aku memelukmu.
Entah aku yang bodoh atau kamu yang pintar. Apakah cinta
memang seperti itu? Dapat membuat sesorang tiba-tiba menjadi pintar atau
tiba-tiba menjadi bodoh. Katamu, itu akan membuatku semakin mencintaimu.
Semakin menghilangkan banyak rindu saat temu sedang tak bersahabat dengan kita.
Menghilangkan sedihku saat bahumu tak dapat menguatkanku. Katamu ia akan
menjadi sahabat baruku. Namun nyatanya kamu berbohong.
Kini, saat aku memeluknya semua terasa menyakitkan. Saat
aku menatapnya aku merasa ingin menamparnya. Membuang jauh-jauh dari hadapanku.
Sekarang aku mulai bimbang harus bagaimana. Apa yang harus kulakukan. Kini kamu
sudah menjauh, meninggalkan perasaanku yang masih utuh dan meninggalkan sosokmu
yang terlanjur melekat pada boneka pemberianmu.
Kamu bohong, katamu ia tak akan membuatku menangis.
Katamu ia akan menjadi sahabatku saat aku bersedih. Katamu dia dapat menghilangkan
rindu ku padamu. Namun nyatanya, kini saat aku melihatnya ia malah membuat
tangisanku semakin keras, aku juga semakin merindukanmu. Dan yang kutakutkan
akhirnya terjadi juga. Kamu pergi, dan hal-hal yang sebelumnya terasa indah,
kini membuat sesak dadaku.
Bodohnya aku yang telah menciptakan sosokmu pada benda
yang kau berikan. Kini, sakit yang kurasakan seolah berlipat ganda.







0 comments:
Post a Comment