Halaman

About

Facebook

Tuesday, October 8, 2019

Goresan Tinta untuk Boy Candra (Bag.6)

Alhamdulillah bangku depan lagi. gak sia-sia bangun pagi-pagi hehe.






Surabaya, 5 Oktober 2019
Pagi ini, adalah pagi yang sudah ditunggu-tunggu. Setelah sebelumnya aku tak bisa mengikuti seminar di Jogja, tapi alhamdulillah bisa bertemu lagi dengan penulis favoritku di Surabaya.
Kali ini, aku datang ke seminar Boy Candra tidak sendirian. Bersama Fira, salah satu sahabatku. Ini akan menjadi pertemuan pertamanya dengan Boy Candra. Sebenarnya tahun 2017 lalu, kami berdua sempat mendaftarkan diri keseminar Boy Candra. Tapi, karena suatu hal, Fira tak bisa datang, sangat disayangkan. Namun akhirnya, setelah sekian lama ia dapat bertemu juga dengan Bang Boy.
Kami berdua berangkat dari Madura pukul enam pagi kurang beberapa menit. Aku sendiri sudah mulai bersiap sejak setengah lima pagi. Rencananya, kami berniat ke Surabaya naik kapal. Tapi ternyata, kapalnya sudah jalan. Sedikit terlambat. Aku tahu, Fira paling tidak suka menuggu, jadi kita putuskan lewat jembatan Suramadu. Lagi pula, kalau harus menunggu kapal datang, akan memakan banyak waktu. Bisa-bisa sampai di Perak jam tujuh lebih. Aku juga gak sabar sih kalau harus menunggu.
Seperti biasa, jika bersama Fira ke Surabaya, andalan kami adalah google maps. Biasanya, jika aku berangkat sendirian ke Surabaya aku selalu naik mang ojek. Kadang walau aku sudah naik mang ojek, aku masih sering melihat map,  jadi sudah terbiasa juga pakai map. Namun walau begitu, kami masih salah ambil jalan, sampai di Gubeng aku sedikit ragu harus ambil jalur yang mana, karena salah terpaksa harus putar balik.
Kami sampai di Lokasi Seminar sekitar pukul 07.20 lebih. Sampai disana, bingung. Banyak anak sekolah. Banner-banner yang ada bertuliskan “olimpiade Matematika”. Kami mencari gedung auditorium tempat seminar akan dilaksankan.
Ketika sudah sampai di depan auditorium masih juga dibingungkan dengan panitia. Kami bingung harus duduk di bawah atau di tribun. Karena takut salah tempat duduk, kami bertanya pada panitia. Kata salah satu panitia, peserta duduk di atas mbak. Sampai di atas diberi tahu lagi, untuk peserta di bawah mbak duduknya. Fira kesal, aku bingung, panitia debat. Hehe. Lucu. Namun pada akhirnya, kami duduk di bawah. Iya, dibawah saja, biar bisa lihat Bang Boy lebih dekat.
Masalah selesai, sekarang tinggal menunggu Bang Boy datang. Meski sering berjumpa dengan laki-laki berdarah minang itu, rasanya masih grogi, bercampur senang, juga tak menyangka. Ternyata datang ke seminar di luar kampus bersama teman asik juga, ada yang bisa diajak ngobrol. Setidaknya, kalau bingung tidak benar-benar terlihat seperti orang hilang.
            Akhirnya, sekitar hampir pukul sebelas siang, Bang Boy datang menyampaikan materi. Kudengar dengan serius, apalagi pada bagian mengelola sosial media dan juga mengenai penerbit. Ya Allah, rasanya pengen banget jadi penulis. Buat Bapak bangga punya anak aku. Setidaknya, aku meninggalkan jejak di muka bumi ini.
Dengan karyaku, dunia tau, bahwa aku ada di sini. Bahwa aku pernah tinggal di sini. Melihat namaku tercantum di sampul buku milikku. Melihat bukuku ikut berjejer di rak buku bersama dengan penulis-penulis lain. Rasa manis, walau masih belum menjadi nyata.
            Waktu berjalan, rasanya baru sebentar mendengar penulis itu berbicara, tau-tau sudah selesai saja. Sebenarnya aku ingin bertanya pada saat sesi tanya jawab, tapi takut. Aku takut pertanyaanku tidak penting. Penyakit ini memang selalu saja membuatku tidak percaya diri.
            Setelah semuanya selesai, akhirnya sesi yang ditunggu-tunggu datang juga. Sesi tanda tangan dan foto. Panas dingin. Ini yang selalu membuatku gugup. Namun, kali ini antrenya tak begitu panjang, bagiku tidak seperti biasanya. Namun sedikit kecewa dengan adik panitia. Ya,, aku tahu mungkin waktunya sudah mepet. Tapi tolonglah jangan korbankan pesertanya. Tadi bagaimana loh mengatur waktu acaranya? Aku juga pernah jadi panitia. Fotonya kayak gak ikhlas pula, belum siap udah dicekrek.
            Tapi terlepas dari itu semua, tetep seneng bisa ketemu Bang Boy. Tetap terima kasih untuk teman-teman UINSA. Alhamdulillah. Aku gak sangka, ternyata Bang Boy ingat namaku ehe. Saat kukasihkan buku untuk ditanda tangani, Bang Boy bilang, “Ria ya?” seneng banget. Alhamdulillah.
            Bagian dari setiap acara Bang Boy yang paling aku suka adalah saat minta tanda tangan, bisa mengobrol walau hanya sebentar.  
Alhamdulillah tahun ini aku sudah ada draff buku. Aku masih ingat, tahun lalu saat tour Malik dan Elsa, waktu Bang Boy tanda tangan di topiku yang bertuliskan “penulis” Bang Boy bertanya padaku, “sudah nulis?” kujawab masih sedikit. Alhamdulillah juga tahun ini ada kemajuan saat Bang Boy bertanya padaku sudah menulis atau belum. Aku sudah menulis, Bang, tulisanku sudah kukirim ke penerbit meskipun aku belum tahu lolos atau tidak. Jadi, begini percakapan kami saat itu.
            “Ria, ya?” adek panitia memberikan buku ku pada Bang Boy.
         “Iya, Bang. Dikasih kata-kata aja.” Ya, aku memang selalu begitu. Bukuku sudah bertanda tangan, jadi aku lebih sering minta tolong diberi kata-kata saja.
            “gimana udah nulis?” tanya Bang Boy sembari menulis kata-kata di bukuku.
            “U..dah, Bang,” jawabku dengan agak grogi dikit hehe.
            “Udah dikirim penerbit?”
            “iya udah juga, Bang.”
            “Kirim ke penerbit mana?” aku mengingat ingat nama penerbit yang kukirimkan naskahnya, namanya bahasa inggris susah dibaca, akhirnya aku menjawab, “ke penerbit bang hehe”
            “Iya, nama penerbitnya apa?”
            “Ke .......... Bang,”
            “Oh ..... kenapa gak dikirim ke .....” tanya bang Boy sembari memberi buku lalu kita foto.
        “gak pede, Bang,” jawabku sembari berjabat tangan dengan Bang Boy. Kali ini punggung tangannya kutempelkan di dahiku. Terbawa suasana, lagipula wajar untuk menghormati yang lebih tua.
            Percakapan kami selesai sampai di situ. Singkat, namun istimewa. Justru yang sebentar itu rasanya susah sekali dilupakan. Terima kasih ya, Bang Boy.
            Pulang dari Surabaya, aku dan Fira pakai maps seperti biasa, salah ambil jalan lagi hehe. Tapi gak nyasar kok. Tetap sampai ke Suramadu. Alhamduliillah.

            Oh iya, aku ingin menulis sesuatu untuk Uda Boy Candra. Beliau adalah penulis pertama yang benar-benar aku sukai karyanya. Terimasih Uda sudah membuatku semakin senang membaca dan menulis. Dan lagi, kata temanku, harus sopan kalau sama Uda Boy Candra. Bahasa jangan kayak ke temen sendiri. Soalnya Uda Boy sudah punya istri, juga bukan teman sebayaku. Baiklah, sepertinya selama ini aku kurang sopan.


Teruntuk Boy Candra, tetaplah memberi napas untuk tulisanku dengan karyamu.

Teruntuk Uda Boy, semoga selalu baik.

Ternyata sudah berjalan empat tahun sejak aku menemukan karya seorang penulis berdarah minang itu. Boy Candra, penulis pertama yang benar-benar aku sukai karyanya. Aku bahkan tak menyangka, akan membeli buku karangan beliau tiap kali terbit. Padahal, aku termasuk anak yang sayang sekali untuk beli buku. Lebih baik pinjam. Dari pada harus mengeluarkan uang untuk sebuah buku yang hanya bisa dibaca satu kali.
Kalau Uda membaca tulisanku di awal 2017 lalu, tentu Uda tahu bagaimana aku menemukan karya Uda. Benar-benar tidak disengaja.
Uda, terima kasih sudah ramah pada pembacamu. Terima kasih untuk ilmu yang kau berikan, untuk motivasi yang kau tuliskan di media sosialmu. Untuk semua karyamu, juga terima kasih. Aku beruntung bisa menemukan mereka.
Sampai sekarang, masih tidak bisa berhenti bersyukur karena bisa bertemu dengan Uda. Diingat namanya, dan bisa berbincang meski hanya sebentar.
Uda, minta doanya untuk teman tumbuhmu ini ya. Semoga bisa lekas menerbitkan buku. Tidak harus menjadi seperti Uda, kurasa itu terlalu muluk-muluk. Tahun ini, aku memberanikan diri mengirimkan karyaku yang tidak seberapa ke salah satu penerbit. Awalnya aku ragu, namun seorang teman meyakinkanku. Dia sudah menerbitkan buku juga, sekarang ia menuntut ilmu di Sumatra Barat.
Uda, aku ini bukan seseorang yang penuh percaya diri. Aku gadis yang terlahir dengan begitu banyak ketakutan. Namun, meski begitu aku selalu mencoba untuk memberanikan diri.
Uda, dari dulu aku sudah senang sekali menulis. Walaupun menulis hal-hal yang tidak begitu penting. Tapi, aku tak berani membagikannya ke orang lain. Aku takut dikira galau, aku takut dikasihani. Tapi sekarang, aku sudah mulai memberanikan diri membagikan tulisanku. Namun, ketakutannya berubah. Tidak lagi takut dikira curhat, tidak takut dikasihani. Tapi aku takut tulisanku dinilai jelek oleh orang lain. Meski begitu, aku tetap menulis. Hingga kemarin, aku ingat Uda mengatakan, “Menuliskan seolah-olah kamu sedang menulis untuk satu orang. Jadi tidak perlu takut jika tulisanmu tidak disukai beberapa orang.”
Sejak tahun 2015 lalu, aku mulai menulis di blog ini, sekadar cerita biasa. Curahan hati. Namun aku senang, sebab melalui tulisan aku bisa bercerita apa saja. Aku menulis juga agar saat ingatanku sudah terbatas, aku bisa membaca tulisanku kembali dan meruncingkan ingatanku lagi.
Terima kasih Uda. Doa baik untukmu. Semoga sehat selalu. Salam dari pembacamu.


Sunday, September 22, 2019

Jogja Story Bag. 8 (Pertemuan)




Aku rasa, semua orang senang saat dapat pergi keluar kota. Melepas penat dengan jalan-jalan, pergi ke pantai, gunung, atau tempat wisata lainnya. Termasuk aku. Namun bagiku, jalan-jalan tak harus ke tempat yang mahal dan mengeluarkan banyak biaya. Cukup keluar dari rumah beberapa hari sudah dapat menyenangkan hati.

Kali ini, seperti biasa aku akan melanjutkan ceritaku. Perjalanan di Jogja. Ya, tahun ini rupanya masih diberi kesempatan untuk berkunjung ke jogja lagi. Dengan tujuan yang sama seperti kunjungan sebelumnya. Tanggal 28 aku dan Ibuku berangkat. Travel yang dipesan kali ini tidak begitu lama datangnya. Perjalanan kami sekitar enam jam untuk bisa sampai ke tujuan. Beberapa hari kedepan kami menginap di rumah singgah.
Jogja menyambutku hari rabu, sesampainya di sana kami istirahat. Jadwal checkup ibuku hari jumat, masih lama, jadi bisa istirahat dulu. Seperti biasa, jogja selalu ramah untuk dikunjungi. Meninggalkannya membuatku selalu ingin datang kembali.
Kamis pagi, aku berencana untuk main sebentar. Tidak ada jadwal hari ini. Dari pada berdiam diri di rumah, kuputuskan untuk keluar. Pergi ke Toko merah. Awalnya sebenarnya tidak akan pergi kesana. Aku berencana pergi nonton film. Tapi, aku juga ingin beli buku catatan. Buku catatanku sebelumnya sudah habis. Aku senang sekali menulis puisi di buku. Entah sudah berapa buku kuhabiskan untuk menulis. Meskipun tulisanku jelek dan tidak enak dibaca. Jujur selain ingin membeli buku, rencana main ke toko merah supaya ongkos ojek bisa lebih murah hehe.
Aku berangkat sekitar pukul setengah sebelas. Karena jarak dari rumah menuju lokasi agak jauh, dan takut macet maka kuputuskan berangkat lebih awal, walau film yang akan ku tonton tayang pukul satu siang. Tapi karena aku juga harus mampir dulu ke toko merah di Gejayan jadi berangkat lebih awal saja biar aman. Apalagi aku biasanya cukup lama saat memilih buku.
Siang itu aku pergi nonton sendirian, tak jadi masalah bagiku. Lagi pula di dalam bioskop saat film diputar juga tidak akan mengobrol bersama teman, kan? Belum selesai menonton, rupanya ada seseorang teman yang juga berada di jogja. Dia menawarkan untuk menonton film lagi. Aku berpikir panjang. Tak langsung menerima tawarannya.
Sebetulnya temanku itu memang kuliah di Jogja. Tepatnya, di Universitas Negeri Yogyakarta. Kami sudah lama saling kenal. Tapi hanya sebatas maya. Kira-kira tahun 2015 lalu, saat akan masuk ke Universitas. Kami berdua tak begitu intens berkirim pesan sebelumnya, jadi kupikir pertemanan ini akan tak akan berlanjut kopi darat. Meski setiap kali saat aku berkunjung ke Jogja dia terkadang menawari untuk berjumpa.
Dan hari itu, dia mengajak lagi. Tapi kali ini berbeda dari sebelumnya, ada tujuan dimana bertemunya. Aku masih ingat, beberapa bulan lalu dia juga mengajak bertemu, tapi tidak jelas akan pergi kemana. Jadi kutolak saja. Sejujurnya aku takut. Karena sebelumnya tak pernah meetup dengan teman laki-laki.
Sekitar pukul setengah satu dia mengirim pesan chat, mengomentari status whatsappku. Tapi karena filmku main pukul satu, aku belum bisa menjawab ajakannya. Apalagi film yang ditawarinya berdurasi 2jam. Jujur, takut capek kalau harus keluar lagi. Tapi waktu kita hanya hari ini. Besok ia mempersiapkan untuk wisuda pada hari sabtu.
Aku meminta izin dulu ke mbakku, tentu saja. Kupikir tidak di izinkan dengan alasan, “oalah tom enek-enek ae, mau lak wis nonton leh.”  Iya, aku kira akan begitu jawabannya, ternyata tidak. Justru disilahkan dengan senang hati.
Awalnya, kami berencana nonton sekitar pukul empat. Tapi karena bangkunya penuh, tidak jadi. Beruntung juga, karena aku masih pegal. Aku baru pulang kerumah sekitar pukul tiga, kalau harus kembali lagi pukul empat, capek cuuy. Sepertinya ini akan jadi cerita yang panjang hehe.
Awalnya jujur, aku sedikit ragu nonton film ini. Aku tak pernah nonton film pukul-pukulan sebelumnya. Hari ini, film itu baru dirilis, karenanya bangku bioskop cepat penuh, maka kita putuskan nonton jam tujuh saja. Ini pertama kalinya aku keluar malam di jogja. Bersama orang lain hehe. Kalau bersama mbak Tika sering. Apalagi dulu, entah jogja story bagian berapa, aku pernah cerita. Saat jualan di gor uny, juga saat jualan di jcm.
Ini juga untuk pertama kalinya aku nonton dengan orang yang baru kutemui sekali. Duh, laki-laki pula. Kayak anak nakal gak sih hehe. Sebelumnya aku pernah nonton film bersama laki-laki tapi ya hanya baktiar, tak ada lagi selain itu.
Kami janji bertemu sekitar pukul setengah tujuh. Rupa-rupanya dia lebih dulu sampai, padahal aku baru akan berangkat. Karena jarak dari rumah ke mall dekat, jadi aku berangkatnya santai.
Sebentar, aku cerita terlalu detail ya sepertinya.
Sebetulnya, meski kami belum pernah berjumpa, aku sudah tau wajah temanku ini. Jadi tidak sulit menemukannya di antara keramaian. Tapi aku tidak tau, dia juga sama sepertiku atau tidak.
            Kami berbincang ringan sambil menunggu studio dibuka. Benar-benar ringan, perbincangan seputar kuliah. Cukup menarik dan tidak begitu membosankan.
            Lepas menonton kami langsung pulang. Lagipula sudah malam. Dia mengantarkanku menuju rumah. Sebenarnya gak enak juga. Eum, gimana ya. Maaf ya mas kalau aku berat, hehe. Tapi terimakasih. Filmnya seru. Aku suka.
            Hari jumat, aku bersiap pergi ke rumah sakit. Mengantar ibuku. Pukul delapan kurang beberapa menit kami berangkat. Mbak Tika menyusul, jadi aku yang harus mengurus pendaftaran dan lain sebagainya. Aku tidak begitu paham. Apalagi aku jarang sekali ke rumah sakit. Tidak begitu lama kami menunggu, sebelum jam dua belas siang ibu sudah selesai diperiksa. Masih belum bisa operasi. Tapi sekarang checkupnya tiga bulan sekali. Doakan ibuku lekas membaik yah.
Hari Sabtu, tidak ada jadwal kemana-mana. Sebenarnya hari ini temanku diwisuda, seorang teman yang kemarin meetup. Ingin datang, tapi aku ragu. Setelah kupikir juga, pasti uny nanti ramai. Apalagi harus naik ojek. Jadi maaf ya teruntuk masnya aku gak bisa datang hehe.
            Dari pada tidak pergi kemana-mana, alhasil aku ikut mbak Tika saja berbelanja. Karena pembersihku juga abis, aku sekalian saja pergi ke gerai salah satu merk pembersihku. Tidak tahu harus bangga atau sedih ya. Saat beli dipanggil dek sama mbaknya.
“udah, dek? Ini aja?” Aku merasa kayak anak bocah yang baru belajar pakai skincare.
Sebenarnya hari-hari di Jogja ya memang begitu-begitu saja, sisanya dihabiskan di rumah singgah. Mengerjakan pesanan undangan pernikahan dan yang pasti mendengarkan radio. Dari dulu aku suka sekali mendengarkan radio jogja.
Hari minggu tiba. Yay, sunmor. Padahal sebetulnya aku ingin jalan-jalan di sunmor, cari bros lucu-lucu atau yang lainnya. Tapi malah dimintai menggantikan teman mbak Tika berjualan. Tidak apa, aku juga senang sih berjualan. Lagi pula sudah sering juga. Aku dan mbak Tika berangkat sebelum pukul lima pagi. Sebetulnya kami berniat ingin naik motor berdua. Tapi rupanya motor milik mbak Tika tak bisa, yasudah naik abang ojek.
Selesai berjualan di sunmor sekitar pukul dua belas siang. Sorenya aku harus langsung pulang. Sudah agak lama juga di Jogja. Tidak terlalu lama menunggu travel. Akhirnya harus meninggalkan Jogja.
Sebenarnya ada satu keinginan yang dari dulu ingin kulakukan saat di Jogja, pengen main ke maliboro malem-malem Ya Allah, sederhana tapi susah banget terwujudnya. Masalahnya kalau main sendirian malam-malam juga gak mungkin. Sudahlah semoga trip selanjutnya sama temen yah.
Sampai jumpa kapan-kapan. Sepertinya setelah ini aku akan menulis cerita perihal boy candra, hehe. 2 minggu lagi. Semangatt. Doakan skripsiku cepat selesai juga yah. Aku ingin cepat-cepat punya pekerjaan dan fokus menulis dan fokus di ria project dan fokus melakukan hal lainnya. Aku pengen bisnis. Supaya bisa kerja di rumah. Soalnya gampang capek. Byeeee, terimakasih sudah membaca. Beri komentar yah. Atau komen via whatsapp juga gapapa.
           

Tuesday, July 2, 2019

Hari ke-2 bulan Juli.

Noh Revisian ku :D



Setiap soal ada jawabannya.
Setiap rumah memiliki pintu keluarnya.
Setiap doa akan turun menjadi keajaiban.
Dan setiap usaha akan senantiasa menciptakan hasilnya.

Hari ke-dua di bulan Juli. Semua perasaan tumpah menjadi air mata. Gelisah, sedih, bingung, hancur, dan bahagia campur menjadi satu. Jauh sebelum hari ini datang, bahkan bertahun-tahun yang lalu aku masih tidak percaya aku bisa berada di posisi ini. Mengalahkan berbagai macam hal dalam diriku. Mengalahkan malas, melawan takut, dan bekerja sama dengan diriku sendiri untuk mencoba sesuatu hal yang baru. Untuk diriku, aku salut padamu. Maaf jarang memuji, maaf karena aku beberapa kali kerap menyalahkanmu, bukan memujimu. Tapi mulai sekarang, aku akan belajar mencintaimu. Mari saling bekerjasama untuk masa depan kita.
Hari ke-dua di bulan Juli. Sebelum hari ini datang, ada banyak ketakukan yang sudah mengakar pada diriku. Bahkan mungkin ia sudah menjalar. Mengusai seluruh pikiran. Dan yang bisa mematahkan itu semua adalah doa-doa yang diterbangkan kelangit. Doa dari semuanya. Bapak, Ibu, Mbak, Sahabat, beserta Teman-Teman dan Adik tingkat yang turut mendoakan. Semuanya, terimakasih banyak yah. Berkat kalian, aku sedikit tenang. Untuk ucapan semangat, baik secara langsung maupun tidak, aku sungguh berterimakasih.
Hari ke-dua di bulan Juli. Mungkin bagi orang lain ini terlalu berlebihan jika harus dicemaskan, namun bagiku tetap saja tak bisa diremehkan. Satu hari sebelum hari H, aku menelfon ibuku 2 kali. Benar-benar tak bisa tenang. Benar-benar butuh penenang.
Hari ke-dua bulan Juli. Akhirnya, hari ini terlewati. Setelah menunggu jadwal hampir seminggu lebih. Tak ada kegiatan, kuhabiskan waktuku untuk sekadar membaca buku, mengisi blog, membuat puisi, membuat video, atau menemui teman-temanku yang sudah sidang dan hampir menyelesaikan perkuliahannya. Tak ada skripsi.
Hari ke-dua bulan Juli. Kedatangan mereka sungguh istimewa bagiku. Teman-teman yang bahkan tak kusangka akan menyempatkan waktunya, terimakasih semuanya. Untuk yang sedang berada di pulau yang berbeda, juga terimakasih. Terimakasih doanya. Akhirnya, satu langkah lebih dekat dengan kelulusan. Emm lebih dekat, namun tidak terlalu dekat. Masih jauh. Namun tidak terlalu jauh. Kurang lebih begitu.
Skripsi, ternyata benar kata Mbak Culien -kakak tingkatku di Sinar- "Nanti, kamu akan menemukan banyak sekali kejutan saat mengerjakan Skripsi." Dan benar saja. Aku mendapat kejutan itu pada akhirnya. Kejutan selanjutnya, kuharap aku mendapat kejutan emas.



Dari kiri : Fira, Desi, Aku


Hey, terimakasih ya. Fira, akhirnya kita bisa sempro bareng. Selanjutnya, semoga bisa wisuda sama-sama. Mari saling berusaha sama-sama, semoga Yang Kuasa memudahkan jalan kita.


Dari kiri : Winda, Aku, Fira, Nopi, Tanti
Teman-teman satu kost yang sudah terasa seperti keluarga. Terimakasih ya, sudah mau menerimaku. Meskipun kita beda blok. Dan untuk Winda, moderatorku hari itu, makasih juga. makasih sudah meluangkan waktu disela-sela mengerjakan revisian untuk jadi moderator. Untuk bimbingannya juga makasih Winda untuk support yang kadang menyakitkan, namun menguatkan.

Dari kiri : Frida, Aku, Tanti

Rayon Padanganku, terimakasih. Ternyata dipertemukan di satu kampus yang sama, menjadikan kita bisa lebih akrab. Makasih yah.

Dari Retno

Dear Retno, maaf ya kalau aku suka marah-marah. Makasih juga karena bersedia jadi teman untuk berangkat ke kampus. Kamu semangat ngerjain skripsiannya. Jangan nangis dulu, usaha bareng-bareng yah. Bismilah kita bisa Wisuda di gelombang maret kok. Makasih Giftnya, aku gak menduga banget. Bonekanya lucu, Ret.

Dari kiri : Isma, Aku, Mbak Pipit

Halo Isma, halo Mbak Pipit. serius gak nyangka banget kalian dateng ke indekost karena gak sempet ketemu dikampus. Makasih banget ya teman-teman tidurku.


Ini paling unik sih. Dari Mak Thessa
Dear mak Thessa, rupanya kamu terlalu kreatip deh. makasih ya, ini bakalan aku simpen sih, gak tega yang mau makek. Btw kenapa gambarnya gajah yak?






Makasih banget temen tidurku pas waktu kkn. Maap ya sering marah-marah ke kamu. Semangat bimbingannya, Semoga bisa cepet sidang yah, aamiin.

Dia merangkak pas naruh ini dikamarku.

Dear wakiatur riskiah wkwkw. Bodo amat kalau nulis namanya salah. Maaf ya kemarin aku tinggal. Makasih banget sudah jadi temen aku yang sabar. Gak nyangka sih bisa akrab sama kamu. Secara kamu yang kukenal dulu cool banget. Jarang ngomong. Temen se-Ukm, temen se-Fakultas, temen se-KKN. Unchh, temen Ghibah juga haha. Semangat bimbingan ya waki. September nanti, gedung pertemuan udah nungguin kamu. Semoga tetap terjalin hubungan persahabatan kita yah, -meski kadang kamu malu punya sahabat kayak aku wkwk. Nanti kalau kita udah sama-sama lulus, semoga bisa meetup tanpa wacana. 

Jadi ceritanya secara tidak langsung kita tukeran kado ya, Dep hehe

Dear temen sebangku aku pas SMP, Devi Widya Makalis Wanti. Selamat ya karena udah Sidang. Big Lav, meski dulu suka berdebat hehe but makasih karena bersedia untuk bertahan. Semangat revisian ya depiii.

Bahkan aku ulang tahun gak pernah dapat kado segini loh gaes ;(

Untuk semuanya, makasih banyak yaa. Gift dari kalian akan senantiasa kujadikan motivasi untuk segera  menuntaskan skripsi. Makasih banget yaa. Kuseneng deh, jujur aku gak pernah dapat kado boneka dari temen seumur hidupku lo. Hehe.

Wednesday, June 19, 2019

(SKRIPSI) Nambah bukan Sesuatu yang Indah, Namun Juga Bukan Sesuatu yang Salah.




Hai apa kabar ? Semoga kalian selalu bahagia. Jangan lupa bersyukur ya. Kepada siapapun pembaca blogku, yang sering kupanggil pembaca ghoib, terimakasih sudah bersedia singgah kerumah sederhana ini. Aku senang kalian mau menjadi bagian dari hidupku, membaca ceritaku meskipun kalian tidak tahu siapa aku. Oh iya, sebelumnya mohon maaf lahir batin yah.
            Kali ini, aku ingin menulis hal yang serius. Bagiku ini serius, serius deh. Ini perihal masa depan yang sering kali aku cemaskan. Dulu, saat aku masih duduk di taman kanak-kanak, mungkin tak banyak yang aku cemaskan, yang aku takutkan hanya tak memiliki teman disekolah, takut bapak telat menjemputku sehingga aku menunggu sendirian disekolahan.
Naik ke Sekolah Dasar, yang aku takutkan kalau-kalau tidak naik kelas. Masuk ke smp, aku percaya akan naik kelas, ketakutanku mulai berubah. Aku takut tidak dapat masuk ke SMA yang kupilih. Memang bukan SMA favorit, namun itu SMA yang paling dekat dengan rumahku. Jika tidak diterima disana, aku akan daftar di Madarasah, kalau tidak masuk juga aku harus daftar ke SMK. Sebenarnya ini bukan perihal SMA, MAN, atau SMK namun tentang dimana letak sekolahnya. Kalau harus masuk SMK aku harus memalui jalanan yang lebih jauh lagi. Namun alhamdulillah pada akhirnya aku lolos masuk SMA.
            Ketakutan yang ku tuliskan tadi memang semuanya perihal pendidikan. Ya, hal yang selalu aku takutkan adalah tak dapat menaklukan pendidikan. Aku bahkan terkadang merasa iri dengan orang-orang yang sudah terlahir pintar, bahkan tidak perlu belajar. Menjadi orang yang tidak begitu pintar sungguh menyedihkan. Penuh dengan ketakutan. Belum lagi saat aku sudah lulus SMA, dulu bagiku ini adalah fase paling berat saat aku mengenyam pendidikan. namun ternyata, masih ada fase yang lebih berat lagi.
            Sekarang aku sudah menjadi mahasiswa, tepatnya mahasiswa akhir. Aku tidak bermaksud menyalahkan siapa-siapa saat menulis ini. aku juga tak ingin menyalahkan diriku sendiri. Aku hanya ingin bercerita. Sungguh, ini sangat berat. Aku tak bisa bercerita kepada manusia. Mereka tak bisa kupercaya. Aku tak bisa bercerita kepada keluarga. Aku tak ingin membuat mereka sedih. Bercerita dengan temankupun bagiku percuma. Mereka justru malah menyalahkanku, meremehkanku, atau bahkan malah bercerita padahal ceritaku belum selesai.
            Sungguh aku tak bermaksud ingin menambah semester. Ya Tuhan, aku selalu iri dengan orang-orang yang dapat menyelesaikan skripsinya tepat waktu. Bahkan kepada mereka yang dapat menyelesaikannya sebelum waktunya. Bagaimana mereka bisa? Sedangkan aku tak bisa?
            Sebenarnya kemampuanku apa? Aku seringkali bertanya-tanya perihal itu. Kadang aku merasa terlalu bodoh. Tapi di dalam hati kecilku aku selalu percaya setiap manusia sudah dibekali bakatnya sendiri-sendiri, sekarang tinggal bagaimana manusia menggali bakat itu.
            Skripsi memang bukan perkara siapa yang paling cepat dan siapa yang paling lambat. Namun, meski begitu kita tetap harus terus berusaha kan? Gak boleh berhenti, gak boleh nyerah, gak boleh iri kalau lihat teman sudah sidang terlebih dulu. Namun itu justru dijadikan motivasi, agar kita lebih terpacu lagi.
            Dan pada akhirnya, walaupun tergolong telat akhirnya aku bisa sempro juga. Semoga dilancarkan.
             
           
           

Sunday, June 16, 2019

Teman Dumay

sumber. Google

Setiap manusia selalu suka memiliki banyak teman, terlebih lagi teman yang bisa punya hobi yang sama dengan kita, juga senantiasa mendengar keluh kesah saat kita merasa resah. Membantu saat butuh bantuan, dan tidak membicarakan kejelekan dari belakang. Aku selalu iri dengan orang semacam itu. Sebab aku tak memiliki banyak teman di bumi. Terkadang aku memang mudah sekali akrab dengan orang baru. Selagi ia baik, aku akan memberikan timbal balik yang baik juga pastinya. Namun untuk benar-benar dekat hanya sedikit, aku cukup membatasi diriku.
Aku tak mau menjadi orang yang munafik, baik di depan namun di belakang menjelekkan. Ya walaupun kadang sering khilaf ikut membicarakan teman yang lain. Namun prinsipku, dari pada berteman dengan orang yang tidak disuka lebih baik jaga jarak saja. Berteman itu seperti menjalin hubungan, harus menerima segala baik buruknya, dan menembunyikan aibnya.
Akhir-akhir ini aku aktif sekali di dunia maya, dari sana aku mengenal beberapa orang dengan karakter yang bermacam-macam. Ada yang pura-pura baik agar terlihat sempurna, ada yang mendekat karena ada maunya, ada yang dekat karena katanya aku idola mereka (padahal bukan artis), ada yang dekat karena satu hobi, ada yang dekat karena tidak sengaja dan tiba-tiba cocok, dan ada pula yang dekat karena akan melalukan aksi modusnya (untung tamengku kuat).
Mereka semua aku temui di akun instagramku. Beberapa DM yang masuk memang selalu kubaca, namun tidak semua kubalas (termasuk yang modus). Terkadanga basa-basi mereka membuatku muak, membicarakan hal yang perlu. Jadi lebih baik tidak perlu direspon. Yasudahlah, dipikir sombong tidak apa.
Orang-orang yang kukenal di dunia maya bermacam-macam sifatnya. Ada yang datang untuk memanfaatkanku, ada yang datang karena hobby yang sama menyatukan kita, ada yang datang dan tidak sengaja tahu-tahu jadi akrab, ada juga yang datang untuk menawarkan masa depan haha. Ada-ada saja. Tapi yang paling penting, ada yang baik sekali, sering menawarkan diri untuk membantu. Aku tidak tau dia memang senang membantu atau bagaimana, tapi dia baik sekali.
Dari sosial media aku belajar banyak hal. Ilmu-ilmu baru kudapatkan dari teman-teman baru. Saling berbagi, yang tidak tahu menjadi tahu dan yang tahu ilmuny jadi bermanfaat. 
Sejujurnya aku senang mendapat teman baru, salah satunya dari media sosial. Mereka semua berasal dari berbagai macam daerah. Dari sabang sampai merauke. Rasanya ingin sekali bertemu dengan mereka semua. Tapi bagaimana caranya? Caranya, adalah dengan selalu menulis. Aku percaya menulis, sama saja seperti membangun jembatan penghubung.
Menulislah, maka dunia tak akan melupakan keberadaanmu. Meski sudah dikandung bumi sekalipun.



Friday, May 31, 2019

Aku dan Instagram



Aku adalah seseorang yang aktif sekali bermain media sosial. Bukan untuk sekadar mengisi waktu luang, namun aku lebih sering menggunakan media sosial sebagai tempatku berkarya. kali ini aku ingin menceritakan tentang kisahku dan Instagram. kalau mau, mampir saja dulu.



Aku dan Instagram

Saturday, April 20, 2019

Halo Mbak Tika


                
Kali ini aku akan menulis tentang seseorang perempuan yang kurang lebih hampir 22tahun kukenal. Perempuan yang dilahirkan dari rahim seorang ibu yang sama denganku. Tinggal dirumah yang sama selama kurang lebih 16tahun. Saling menguatkan satu sama lain. Saling memahami satu sama lain, meski terkadang juga saling kesal satu sama lain. Perempuan itu kakak perempuanku. Kakaku satu-satunya. Yang sabar dalam berbagai hal. Namun juga sering marah karena beberapa alasan. Aku memanggilnya, Mbak Tika.


Sunday, April 7, 2019

Surat Terbuka Untuk Calon Imam


Beberapa hari yang lalu saya menemukan sebuah tulisan disalah satu blog. Saya tidak mengenal siapa penulisnya, tapi isi blog itu bagus. Saya baca semua tulisan orang tersebut, hingga pada akhirnya saya menemukan satu tulisan yang berjudul "surat untuk calon istriku" rasanya unik saja. Membuat surat untuk seseorang yang belum bertemu. Dan pada akhirnya, saya ingin membuat tulisan yang serupa, tapi kali ini judulnya bukan untuk istri. Karena saya perempuan, jadi judulnya untuk calon imam.

Bagi yang bersedia membaca, bisa klik link dibawah ini. Langsung download saja. Kemudian baca. Kalau sudah jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara berkomentar yah. Terimakasih.

Surat Terbuka Untuk Calon Imam

Wednesday, March 27, 2019

Tugas Akhir



            Setiap mahasiswa pasti akan melewati fase ini. mengerjakan skripsi. Mencari referensi, menunggu dosen pembimbing, dan mengerjakan revisi.
Hingga saat ini masih belum bisa dipercaya aku memasuki fase ini. setelah menjadi seorang mahasiswa pertengahan tahun 2015 lalu kini aku harus berjuang kembali untuk melepaskan status menjadi mahasiswa dan kemudian berganti menjadi sarjana. Aku menulis ini karena aku sedang bingung. Dari hari jumat sampai minggu ini aku lebih sering tiduran, bukan tanpa alasan namun memang karena aku sedang tidak enak badan. Mungkin sebab kecapekan. Padahal rasanya tak begitu melelahkan hari-hariku belakangan ini. Aneh.
Bicara tentang tugas akhir, rabu lalu teman-temanku banyak sekali yang sudah ujian sempro. Hmmm.... sepertinya mereka akan lulus tepat waktu. Rabu ini tanggal 27 maret juga ada lagi yang ujian sempro. Dan sekarang aku bingung. Aku masih bab 2 dong ;( itupun baru 6 halaman. Sedih banget rasanya, buku juga belum lengkap. Tiap kali melihat progres teman-teman aku merasa jauh sekali tertinggal. Walaupun memang, yang belum sempro lebih banyak tapi tetap saja aku gelisah.
Beberapa teman sering berkata padaku, “kamu lo Ri, suka nulis pasti nulis skripsi ya malah gampang banget.” haduuuuhhh, tak semudah itu verguso. Akutuh bingung nyusunnya. Mana aku gak pinter akademik, gak rajin. Mana kuliah beasiswa juga. Hadeehh.
Kadang sering heran melihat teman-teman. Kenapa mereka bisa mengerjakan skripsi dengan cepat ya? Kenapa aku enggak? ;( kadang juga iri melihat teman-teman yang skripsinya dibantu pacarnya. Tapi aku ingat lagi, pacaran kan dosa. Jadi gak boleh iri. Dan aku juga heran, kalau nulis blog rasanya lancar banget jari-jari ini ngetiknya, tapi kenapa kalau nulis skripsi susah banget?
Oh iya, hari ini aku ditemani temanku fira mencari buku di jalan semarang. Berharap buku yang kita cari lengkap ada semua. Tapi rupanya tidak. Kami mengunjungi tiap toko. Masuk, kemudian bertanya. Namun jawabanya tetap sama. Tidak ada. Katanya buku PAUD susah. Aihhh. Alhasil kami pulang hanya membawa beberapa buku saja.
Hari terus berjalan dan skripsiku masih belum kunjung selesai. Bulan Mey nanti sekolah sudah libur, otomati aku tidak bisa ambil data dibulan itu. Dan aku harap bisa sempro April ya rabb ;( Ya Allah rasanya tuh bingung banget. Aku gak sanggup wisuda sendirian. Aku gak sanggup ngerepotin mak lebih lama lagi. Dan juga aku gak sanggup dimadura lama-lama.
Aku tuh bingung tiap buka labtop dan ngerjain skripsinya. Bingung mau ditulis apa, mau di isi apa. Haduhhhh. Ya Allah mau ngeluh tapi kurasa ini belum seberapa. Ah andai boleh berandai-andai, mungkin aku tak akan sebingung ini. aku takut kalau nanti di cap gimana-gimana kalau aku lama wisudanya ;(
Ya. Aku selalu mikir apa kata orang. Andai bisa melihat masa depan. Ah aku ingin sekali bisa melakukannya. Andai bisa. Apapun yang terjadi, Ya Allah bantulah aku menyelesaikan tugas akhir. ;(

Friday, March 22, 2019

Jogja Story Bag.7




Usai kunjungan ke Jogja September lalu, ternyata di tahun 2019 bisa berkunjung ke jogja kembali. Lagi-lagi bukan untuk liburan. Jadi kalau gak banyak jalan-jalan ya jangan komentar. Kan tujuannya bukan untuk jalan-jalan. Hehe.
Kali ini aku pergi ke jogja bersama ibuku, mengantarkan beliau checkup pada salah satu rumah sakit di Jogja. Sudah tiga kali beliau kesana, yang pertama bersama bapak, yang kedua dijemput mbak, dan yang ketiga ini bersama denganku.
Kami berangkat pukul tujuh pagi, dengan travel yang sudah dipesankan mbak Tika. Perjalanan sekitar 6 jam. Sampai dijogja kami disambut dengan hujan. Deras sekali. Padahal sudah akan sampai. Kira-kira pukul satu kami sampai di rumah yang ditinggali mbak Tika.
Tempat tinggal mbak tika kali ini berbeda. Baru pindah awal Februari lalu. Sudah tidak di Sendowo lagi. Jadi ya, masih belum tahu rumahnya seperti apa. Namun tak begitu sulit mencari rumah yang ditempati mbak Tika.
Sampai di Jogja kami beristirahat. Hari sabtu kami tiba di Jogja. Sedangkan checkup masih hari senin esok. Hujan tak kunjung berhenti.  Jogja memang beda dengan tempatku merantau, yang panas, yang kalau hujan tak selama di sini.
Hari minggu pagi, kami berkunjung ke sunmor. Belanja sedikit. Maklum perempuan. Aku selalu senang saat ke Jogja mengunjungi sunmor. Seperti pasar kaget yang hanya diadakan setiap hari minggu. Belanja barang-barang disana murah. Harganya benar-benar terjangkau. Asal bisa nawar, malah dapat yang terjangkau lagi. Ah, Jogja memang tempat istimewa untuk berbelanja.
Usai dari sunmor kami pergi ke togamas, ada diskon disana. Alhasil terbelilah buku, aku membeli satu buku. Buku yang sebenarnya sudah ingin kumiliki sejak dulu. Buku milik Kang Abay. Kapan ya punya buku sendiri? Yang dicari oleh orang-orang setiap pergi ke toko buku. Yang ada namaku di sampulnya. Mungkinkah itu hanya khayalan yang tak akan terjadi?
Hari-hari di Jogja berjalan seperti biasanya. Pada hari selasa aku berniat untuk pergi ke toko merah. Ini adalah toko favoritku saat berkunjung ke jogja. Banyak note disana, dengan berbagai pilihan model. Sore saat aku akan berangkat memang sudah terlihat mendung. Namun aku tak menghiraukan, aku tetap berangkat. Sendirian. Hehe.
Sebenarnya rencanaku selesai ke toko merah yang berada di gejayan aku ingin pergi ke malioboro. Menimati sore hingga malam disana. Tapi sayangnya hujan dongg. Gagal lagi menikmati malioboro malam hari. Aku menunggu hujan reda didepan toko. Ditemani para pengunjung yang lain. Namun hujan tak kunjung reda. Dan sepertinya tak akan reda,
Beruntungnya ovo ku belum pernah terpakai. Jadi setidaknya bisa pesan grab car dengan biaya 1rupiah.
Diperjalanan driver banyak tanya. Difikirnya aku masih sekolah, hadeh. Dan lama kelamaan tanya skripsi. Okedeh dapat nasihat.
Pulang dari jogja hari rabu pagi. Suasana masih mendung. Akhir-akhir ini selama disana jogja memang jarang menunjukkan matahari. Cuma itu yang bisa diceritakan. Next time semoga bisa kejogja lagi yah. Kalau bisa sih sama temen-temen. Biar gak sendirian. See you.


Tuesday, March 12, 2019

Blekie (Sebelum dan Sesudah Ia Dikirimkan Untukku)





Hai, apakabar kalian? Pembaca yang tak pernah kuketahui siapa namanya dan mengapa kalian membaca blogku ini. Blog ini memang sengaja kuciptakan untuk diriku sendiri, untuk aku dimasa depan, untuk keturunanku dimasa depan. Banyak kisah yang ku tuliskan disini, banyak ingatan yang kusimpan disini. Ya, sebenarnya blog ini bukan diciptakan untuk bisa dinikmati banyak orang. Cukup aku saja yang menikmati, aku juga jarang mempromosikannya. Hanya beberapa judul tulisan saja yang menurutku layak untuk dibagikan dan dibaca banyak orang.
Pasti kalian bertanya-tanya, sebenarnya ingin menceritakan apa aku kali ini ? Seperti yang tertera di judul, aku akan bercerita tentang Blekie, kisah sebelum dan sesudah aku bertemu dengannya. Nama itu kuberikan untuk labtopku. Lbtop berwarna hitam yang diberikan pada ku pada tahun 2017 lalu. Barangkali banyak orang yang menganggap aku aneh, ini cuma labtop ngapain dikasih nama. Benda mati seharusnya tak perlu di istimewakan layaknya sesuatu yang bernyawa.
Tidak. Aku tak ingin seperti itu, aku ingin menyangangi Blekie layaknya menyayangi benda hidup. Merawatnya dan tidak berbuat kasar padanya. Karena Blakie banyak membantu selama aku hidup menjadi seorang mahasiswa. Ia membantuku mengerjakan tugas kuliah, membantuku untuk mengerjakan tugas ukm, membantuku untuk menulis cerpen yang akan kukirimkan untuk perlombaan. Blekie banyak membantuku.
Aku senang sekali menulis dilaptop, oleh sebab itu aku bahagia sekali saat dibelikan Blekie. Alay ya? Ya inilah aku, kadang suka berlebihan.
Sebelum memiliki Blakie, aku juga sudah sering menulis, namun kurasa lebih sering dulu hehe. Saat masih semester satu di bangku perkuliahan aku gemar sekali menulis blog. Tak ada laptop tak pernah menjadi penghalang untuk tidak menulis. Terkadang aku menulis dirumah, saat kakak perempuanku pulang aku meminjam laptopnya. Menulis cerpen atau menulis catatan harian untuk di posting ke blog.
Untuk menulis cerpen, sebelum aku menuliskannya aku sudah memiliki ide dan pokok-pokok cerita yang akan dituliskan. Jadi saat berhadapan dengan laptop tinggal menyusunnya kemudian mengembangkannya. Oleh sebab itu, dulu aku sering sekali mengikuti lomba cerpen yang temanya bebas. Aku mengirimkan cerpen yang dulu sudah kutuliskan, tinggal di edit sedikit-sedikit.
Dibangku perkuliahan, tidak memiliki labtop kadang membuatku kesusahan. Beberapa tugas harus diketik dan diselesaikan dengan menggunakan labtop. Tugas ukm juga sama. Aku mengikuti ukm jurnalistik di kampus, yang mengharuskanku untuk menulis, dan membaca.
Tapi, terlepas dari itu semua aku selalu bersyukur karena Tuhan berbaik hati mengirimkan teman-teman yang mau menolongku. Di indekostku yang dulu, kakak tingkat sering kali menitipkan laptopnya padaku saat ia pulang kerumah. Ia sering pulang pada sabtu dan minggu, dan hari itu juga labtopnya kupegang. Ini kesempatan yang tidak boleh disia-siakan. Sabtu minggu aku menulis di laptop kakak tingkatku itu. Menulis apa saja, apapun yang aku suka. Jika ada tugas, aku mengerjakan tugasku terlebih dulu. Jadi aku mengerjakan tugas tiap hari sabtu dan minggu. Namun ia tidak setia minggu pulang, mungkin sebulan 2 kali atau sebualan sekali. Oh iya, kakak tingkatku bernama Mbak Mariama. Anaknya kecil, manis, tapi banyak tidak begitu suka dengannya. Entahlah aku juga tidak tahu kenapa, tapi bagiku dia baik meski banyak penghuni indekost yang tidak menyukainya.
Selain Mbak Mariama, ada juga Lia. Lia teman sejurusanku, kami satu angkatan. Saat masih tinggal di indekostku yang dulu aku juga sering sekali meminjam labtop Lia untuk mengerjakan tugas. Lia baik, aku kadang sering bingung kenapa Tuhan selalu mengirimkan orang-orang baik untukku. Saat labtop Mbak Mariama sedang tak bisa dipinjam aku meminjam labtop Lia untuk mengerjakan tugas. Kalau ingat masa itu, rasanya aku masih semangat sekali menulis dan menyelesaikan tugas kuliah meski tak memiliki labtop.
Satu lagi yang hampir terlupa, Mbak Ummah. Mbak Ummah adalah teman sekelasku, aku juga sering meminjam labtopnya. Tapi untuk mbak Ummah aku meminjam laptopnya bukan untuk menulis atau mengerjakan tugas, namun untuk mengikuti pelatihan-pelatihan. Selain menulis aku juga senang sekali belajar IT. Karena labtop Mbak Ummah sangat cocok digunakan untuk pelatihan-pelatihan semacam itu. Indekost Mbak Ummah tidak begitu jauh dari kost ku, jadi tidak begitu jauh bila akan meminjam labopnya.
Beberapa teman juga sering sekali tidak mau meminjamkan labtopnya padaku. Aku memakluminya, wajar laptop kan harganya tidak murah. Aku tidak bisa memaksa mereka.
Sebelum ada Blekie aku gemar sekali menulis, meskipun caranya tidak mudah. Namun saat Tuhan mengirimkan Blekie untukku aku malah sering menyiakan dia. Kubiakan ia tidur diatas meja, tak terbuka. Atau malah kugunakan untuk menonton drama. Ah rupanya aku sudah lupa bahwa dulu aku sangat menunggu-nunggu kehadiran Blekie. Padahal dulu sering sekali aku bergumam dalam hati, saat melihat beberapa labtop teman didiamkan di kamar dan tak digunakan, aku sering berfikir “kalau aku punya labtop pasti sudah kugunakan tiap hari untuk menulis.”
Tentang mbak Mariama, Lia, dan Mbak Ummah, sejak aku pindah kost di semester 3 aku sudah tak bisa lagi meminjam labtop mereka. Namun, ternyata Tuhan masih mengirimkan teman  yang lain lagi. Yang baik, yang ramah, yang gak pelit dan selalu sabar menghadapiku. Namanya Fira, dia juga baru pindah indekost dan kebetulan satu kost denganku. Tapi dia dilantai 1 aku dilantai 2. Sejak dikostku yang baru aku sering sekali meminjam labtopnya, dan ia dengan senang hati meminjamkan labtopnya. Selain fira, ada juga desi ia juga sering meminjamkan labtopnya padaku. Tuhan memang selalu baik padaku.
Kemudian, menginjak semester 4 Blekie datang padaku. Entah angin apa yang membuat orang tuaku membelikan laptop. Aku tidak pernah berani meminta pada orang tuaku agar dibelikan laptop. Karena aku hanyalah seorang anak yang terlahir dari keluarga sederhana. Aku hanya berani meminta kepada Tuhanku, hingga pada akhirnya Ia mengabulkan doaku.
Semenjak Blakie datang aku memang makin gemar menulis. Menulis apa saja. Aku juga sering mengikuti pelatihan, meski berangkat sendirian dan kali ini menggunakan laptopku sendiri. Aku bebas ingin mengerjakan tugas kapan saja. aku bebas menonton drama sampai kapanpun.
Kehadiran Blakie, membuat gerbang menuju mimpi terbuka lebar. Aku sering mencoba hal baru bersama Blakie. Selain menulis aku belajar mengedit foto, belajar corel dan aplikasi lainnya. Sebelumnya, meski aku tak punya labtop aku tak begitu gaptek. Dimasa SMA aku mengikuti les komputer bersama teman-temanku. Jadi dasar-dasar memakai aplikasi editing aku tidak begitu buta. Ah, andai bisa aku ingin masuk SMK saja hehe.
Dan sekarang aku sudah jarang sekali menulis. Entahlah, entah karena malas atau apa aku juga tak tahu. Sekarang aku dan Blekie sedang berusaha menyelesaikan tugas akhir. Semoga dapat selesai, lebih-lebih bisa selesai tepat waktu. Aamiin.
Kalau boleh jujur, aku senang terlahir dari keluarga sederhana. Aku dapat memaknai arti hidup, arti sabar, dan arti bekerja keras. Aku juga lebih bisa menghargai sesuatu hal.
Sebenarnya banyak sekali hal yang ingin aku tuliskan, sebelum ingatanku hilang. Menulis tentang apasaja. Namun masih banyak pikiran-pikiran yang kadang menghambat untuk menulis.
Tulisan ini kudedikasikan untuk anak ku kelak. Nak, kamu harus bisa menghargai barang yah. Jangan mudah meminta sesuatu pada ayah dan ibumu kelak. Kami bukannya pelit. Sabar dulu, Tuhan pasti akan memberikannya bila kamu benar membutuhkannya.
Aku menulis ini diruang kamar indekost. Awalnya aku berniat untuk pergi keperpustakaan bersama temanku, namun ibunya sakit. Akhirnya gagal. Dan aku memutuskan untuk menulis saja. Sampai jumpa aku dimasa depan. Tunggu tulisan selanjutnya.