Halaman

About

Facebook

Friday, April 29, 2016

Catatan Tentang "Sinar" (bag.2)



Ini adalah catatan keduaku tentang sinar. Sebuah UKM-F yang ku ikuti di Universitas Trunojoyo Madura. Kali ini mungkin catatannya agak panjang dari sebelumnya, juga bahasanya tak begitu formal seperti catatan sebelumnya. Aku menulis ini karena aku ingin nantinya dimasa depan, ketika sudah tidak di Madura, ketika sudah diwisuda dari universitas tercinta, aku masih dapat mengenang mereka. Mengenang mereka lewat tulisan ini. Tulisan yang ku tulis diatas tanah Madura, didalam kamar yang hanya sepetak, dengan status seorang mahasiswa Universitas Trunojoyo Madura.

Sinar, sebuah UKM-F yang sudah beberapa bulan aku ikuti. Tepatnya 8 bulan, setelah aku mendapat sms bahwa aku diterima menjadi anggota mereka pada tanggal 10 September 2015. Aku bahagia sekali dapat bergabung dengan mereka. Aku dapat banyak pelajaran. Aku dapat banyak pengalaman, aku dapat banyak kenalan, dan aku dapat banyak kesibukan. Aku tak menyangka akan bersama sinar sampai sejauh ini. Awalnya pada pertengahan semester 1 ada sebuah niatan untuk keluar dari Sinar. Bukan karena tak cocok dengan orangnya, bukan karena tidak bisa bagi waktu. Melainkan, karena aku merasa tak pantas, aku merasa aku paling bodoh diantara semuanya. Aku merasa hanya aku yang tak memiliki bakat. Tapi aku mengurungkan niat. Aku masih penasaran, dan aku masih ingin terus mencoba.

Sebenarnya, aku adalah orang yang cepat bosan dalam mengikuti suatu kegiatan. Dulu, ketika masih SMP, aku ingin daftar OSIS. Tapi aku tak berani, karena tak ada teman yang aku kenal. Akhirnya aku ikut PMR, itu saja Cuma bertahan satu tahun. Iya, aku bosan, dan aku sudah tidak tertarik lagi. SMA, aku juga ingin daftar OSIS, tapi tak jadi karena beberapa alasan. Akhirnya aku mengikuti ekstrakurikuler budidaya jamur tiram. Ngebet banget aku, saking ngebetnya saat test wawancara mbaknya bilang,
"duh, adek ini semangat banget pengen masuk, sampek ngempo-ngempo bilangnya,"
Tau artinya ngempo-ngempo? Ya, hampir sama seperti menggebu-nggebu. Tapi, walaupun menggebu-nggebu pada akhirnya aku Cuma bertahan satu tahun saja. Karena sebuah alasan, karena sebuah ketidak cocokan dengan anggotanya.

Entahlah, aku tidak tau bagaimana dengan sinar. Apakah Cuma satu tahun? Dua tahun? Atau sampai wisuda. Yang pasti sejauh ini semangatku kian menggebu, walau pernah minder saat ada open recruitment. Kakak Sinar mengajariku banyak hal. Tentang semangat, tentang tekat, dan tentang tujuan. Tentang usaha, tentang hasil, dan tentang perjuangan. Tentang waktu, tentang ilmu, tentang kewajiban dan tentang tanggung jawab. Sinar tak banyak, hanya beberapa orang. Dan itu yang membuat kami bisa saling mengerti satu sama lain. Saling terbuka, dan saling berbagi duka. Sinar bukan hanya sekedar Ukm, Sinar juga bukan hanya sekedar Lembaga Pers. Sinar adalah keluarga, keluarga yang bahu-membahu dan menjadikan Sinar menjadi sebuah nama. Sebuah nama yang memiliki arti, memiliki tujuan, dan memiliki cita-cita.

Awal daftar di sinar aku begitu bersemangat. Sampai-sampai SMS yang mengatakan bahwa aku diterima aku balas. Disitu aku menulis "terimakasih kak, aku akan berusaha ^^" begitu senangnya aku mendapat sms itu, walaupun aku tau. Nomor yang tertera di formulir pendafaran semua mendapat pesan yang sama.

Sebelum diterima di Sinar, aku diwawancarai oleh seorang kakak perempuan. Mbak. Ajeng namanya. Mbak. Ajeng pernah bertanya seperti ini saat wawancara, "dek, kita ini kan lembaga pers, tugasnya cari berita. Kita bisa aja ngeliput berita sewaktu-waktu, gimana kalau nanti kamu di sms malem-malem suruh ngeliput berita secara mendadak,?"
Tau aku jawab apa? Aku jawab sanggup. Karena kostku juga dekat. Dan pada akhirnya hal itu benar adanya. Benar aku alami.

Cerita ku di Sinar banyak, jika semua dituliskan akan habis berlembar-lembar. Akan berbusa mulut membacanya.

8 bulan aku bersama Sinar, setidaknya aku sudah mengerti sifat masing-masing anggotanya. Kali ini aku tak akan menulis tentang sifat mereka.
Bersama Sinar aku mengerti arti sebuah ambisi. Arti sebuah perjuangan. Arti sebuah kata pantang menyerah
Senyuman mereka begitu melekat dalam ingatan. Suara mereka selalu terngiang di telinga. Selama 8 bulan sama sinar aku punya banyak cerita sama anggota Sinar, antara lain dengan kakak:

Khurin In (PU Sinar)

Mbak khurin itu, baik. Enak diajak curhat, walau kadang galak dan suka melotot. Selama di Sinar aku banyak melewati hari sama mbak. Khurin, dari wawancara sama dosen mengenai penerimaan mahasiswa baru (walau aku waktu itu gak Tanya sama dosen sama sekali)
Aku sering curhat sama mbak khurin, entah secara langsung ataupun tidak langsung. Aku bingung mau nulis apa, banyak banget kejadian yang aku alami sama mbak khurin, sampek aku lupa. Mungkin nanti kalau aku tiba-tiba inget bakal aku tulis lagi.

Ajeng Fitri W.D.P

Lihat catatan ku tentang sinar yang pertama? Iya, mbak. Ajeng itu kakak Sinar yang paling aku suka. Baik orangnya. Tapi, kemarin-kemarin aku gak begitu deket sama mbak ajeng. Soalnya mbak ajeng juga jarang ikut kajian. Terus kalo di sms jarang bales. Jadi, Aku sering curhatnya sama mbak Khurin. Tapi, pas mau acara bedah buku kemarin. Aku banyak ngabisin waktu sama mbak ajeng. Ketawa-ketiwi tiada habis. Pas di stand bedah buku sesekali juga curhat. Kalo sama mbak ajeng aku gak bisa diem.
Aku pernah wawancara sama mbak ajeng, masalah rokok. Waktu itu juga sempet curhat bentar, tentang nulis.
Mbak ajeng itu, kalo diajak curhat pasti nyebut dirinya dengan sebutan "Mbak" bukan aku.

Wakiatur Riskyah

Wakiiiiiiiii, dia itu anggota sinar yang satu angkatan sama aku. Waki itu orangnya semangat banget, pantang menyerah. Buktinya pas ada acara bedah buku kemarin, waki semangat banget bagiin brosur. Aku jadi ikutan semangat. Pas bersih-bersih audit juga, semangat banget wakinya, sampai berdua ngangkat meja dari lantai satu. Waki itu gak pernah bilang kalo lagi laper, pas jaga stand kemarin dia gak sarapan, Cuma makan pentol. Pucet banget, lemes. Duh waki ini.
Waki Setia banget sama Sinar. Aku banyak ngabisin waktu sama waki. Kadang saling diskusi masalah tugas yang dikasih kakak Sinar. Waki itu baik banget, sumpah.

Dwi Prayoga Setyawan

Mas Yoga itu, suka ngebulli. Aku gak suka. Tapi mas yoga baik. Baik banget, jadi pengen bawain ledre. Mas yoga itu penyayang, sayang banget sama adik-adiknya di sinar. Mau bukti? Banyak  kok buktinya. Pas muswa salah satunya, waktu itu mbak ririn lagi sakit batuk-batuk yang sampek gak berhenti-henti. Terus sama mas yoga, mbak ajeng dan mas gigih langsung disuruh beli in minum. Aku liat ekspresinya mas yoga, khawatir-khawatir gimana gitu. Hehe Kan jadi pengen tak bawa pulang mas Yoga nya, tak jadi in mas *just kid wkwkwk.
Mas yoga itu kadang keliatan item, tapi kadang keliatan cerah banget wajahnya. Mungkin tergantung amal ibadah. Hehe *just kid
Di Sinar kalo ada kajian pasti aku gak banyak komentar, dan kalo aku gak komentar pasti mas yoga melotot gitu, dan maksa aku buat bicara.

Afinda Dahlianty P.

Jangan buat mbak. Finda menunggu deh kalo gak mau kena marahnya mbak Finda. Pertama kali liat mbak finda marah itu aku takut banget, sampek mau nangis aku. Meskipun bukan marah sama aku, tetep aja aku takut. Lupa pas kumpulan bahas apa gitu.
Aku pernah wawancara sama mbak finda beberapa kali. Tentang parkiran, sama penerimaan mahasiswa baru. Mbak finda itu kalo wawancara enak banget, pertanyaan nya terus ngalir gitu aja, santai lagi kalau wawancara. Pengen kayak gitu, tapi gak bisa.

Siti Martindahsari Rokmana

Jarang sih aku ngabisin waktu sama mbak ririn, soalnya mbak Ririn ngajar terus. Dulu, awalnya aku pikir mbak Ririn itu blagu. Tapi enggak kok. Aku pernah dibonceng sama mbak Ririn 2 kali, pas gladi kotor PJTD tahun lalu, gara-gara aku gak berani diboceng mas yoga hehe. Terus sama pas maen kerumahnya waki. Pertamanya yang dibonceng sama mbak Ririn pas maen ke waki, aku diem aja. Malah dikiranya mbak ririn aku tidur, padahal aku lagi menikmati pemandangan malam.
Oh iya, beberapa anggota sinar pernah ditraktir sop buah sama mbak Ririn, sekedar cerita aja sih.

Mochmmad Gigih Pebrianto

Mas gigih itu status Fbnya lucu-lucu. Pernah ketawa-ketawa sendiri pas stalking fbnya. *sebenarnya semua fbnya kakak sinar udah tak stalking semua sih wkwkwk
Kalau nulis cerpen bahasanya juga enak. Pengen kayak mas. Gigih. Tapi mbak. Ajeng pernah bilang, setiap orang itu punya cirinya sendiri dalam menulis.
Aku pernah wawancara sama mas. Gigih. Tentang seminarnya FKIP dulu.
***
Oke itu dia cerita ku bersama kakak sinar, tak banyak karena kalau banyak susah juga nanti. Meskipun aku keliatannya diem, tapi aku sebenarnya memperhatikan mereka semuanya. Meskipun gak ada yang tau, sebenarnya aku udah stalking sosmednya kakak Sinar. Mereka semuanya baik, aku sayang kakak sinar. Sudah seperti keluarga sendiri, dan semakin kesini aku semakin tau sifat dan karakter mereka.
Semoga nantinya anggota sinar yang baru juga baik-baik, tanggung jawab, dan pantang menyerah. Juga calon adik-adik sinar.
Terus semangat Sinar, "tinta kita adalah suara"

2 comments: