Halaman

About

Facebook

Friday, August 26, 2016

Ospek Bikin Lengket


Ini adalah tahun kedua di perkuliahan. Sudah menginjak semester ke-3 dan punya adik maba. Terasa cepat sekali waktu berjalan, padahal masih merasa baru kemarin jadi maba dan tau-tau sudah ada adik tingkat. Harus belajar jadi dewasa dan tidak kekanak-kanakan lagi.

Pada awalnya daftar jadi panitia ospek itu cuma sekedar coba-coba saja. Siapa tau bisa terkenal dan punya banyak kenalan maba. Jadi panitia ospek memang sudah cita-cita dari SMA. Karena pas Sma gagal masuk Osis dan gak jadi panitia Mos, jadi sekarang ini dilampiaskan. Daftar panitia Ospek prodi dan rangkap panitia Ospek Fakultas. Tujuannya ya cuma satu "agar terkenal dan punya banyak teman" karena itu sudah cita-cita dari Sma. Namun setelah aku bertemu dengan mereka "kelompok 27" semua itu tak penting lagi. Dapat kumpul dan seru-seruan bareng itu jauh luar biasa dari pada jadi terkenal.

Ospek Fakultas saya daftar jadi L.O atau bisa disebut kakak pembimbing. Itu sudah cita-cita pas masih menjadi Mahasiswa Baru tahun lalu. Semangat sekali daftar L.O, sudah tak sabar punya adik tingkat. Hari H TM itu gugup, seneng, gak sabar, pengen teriak dan lain sebagainya. Campur aduk rasanya. Hari itu, aku dipertemukan dengan adik-adik di lapangan Utama Universitas Trunojoyo. Sekitar pukul tiga sore. Menatap satu-satu adik tingkat yang saya bimbing dan "WOW" banyak sekali cowoknya??? Enam, dan tinggi-tinggi pula kan jadi sungkan ya panggil adik atau suruh ini itu nantinya. Namun, mereka terlihat polos dan pendiam, ya paling tidak itulah kesimpulan pertama saat bertemu dengan mereka. "Kelompok 27 (Alexander Kawilarang)"

Perkenalan, saya seperti biasa "cuek" dan gak banyak senyum karena belum akrab juga. Dan tak disangka mereka banyak bicara sekali, saya sampek bingung ngomongnya. Namun, dari situ saya mulai merasa cocok dengan mereka. Kumpul bahas penugasan pun tidak garing, karena saya juga banyak tingkah dan cerewet. Sesekali mereka pun mengembalikan pembicaraan dengan gurauan.

Ini adalah pertama kalinya saya jadi L.O, punya adik tingkat dan jadi seorang kakak. Tapi saya merasa tak jadi kakak saat bersama mereka, malah seperti teman. Namun mereka tetaplah sopan. Walau sulit menghafal nama mereka satu persatu, alhamdulillah bisa akrab. Semakin hari, kumpul dengan mereka pun semakin seru. Bahagia rasanya bisa melihat mereka bercanda gurau sambil mengerjakan penugasan, mendengar cerita mereka tentang ospek atau melihat mereka makan makanan yang saya pesan. Rasa lapar pun seolah hilang dalam sekejab. Capek pun sirna ketika berkumpul dengan mereka. Dapat tersenyum lebar tiap malam dan menatap mata mereka yang begitu hinar-binar.

Aku tau, meskipun kebanyakan kakak pembimbing akan dilupakan namun aku tetaplah bahagia bertemu mereka dan tak akan melupakan mereka. Aku beruntung dan aku bahagia bisa menjadi L.O untuk kelompok 27 yang seharusnya pada sebelumnya menjadi L.O untuk kelompok 13.

Mereka itu lucu, kompak, gokil, dan juga seru. Walau kadang menyebalkan namun tetaplah yang tersayang. Terimakasih telah mengisi beberapa hari ku dengan senyum manis kalian, menghibur hatiku dengan candaan kalian, menghilangkan kesepianku dengan berkumpul bersama kalian, dan membuat ku tersenyum karena tingkah kalian.
Semangat menjalani Ospek prodi, jangan mengeluh. Ospek hanya satu kali seumur hidup. Jangan kesal, nikmati saja karena nantinya kekesalan kalian akan berubah menjadi sebuah kerinduan. Ospek akan mendekatkan kalian dengan teman-teman, menambah kenalan juga pengalaman dan mungkin dapat bonus seorang gebetan. Karena Ospek memang bikin lengket.

Untuk kelompok 27 Alexander Kawilarang
terimakash telah singgah dalam hidupku selama kurang lebih 4 hari. Maaf tak bisa menjabat tangan kalian saat pelepasan. Sampai jumpa lagi. Semoga hari kalian menyenangkan di Universitas Trunojoyo Madura.

Friday, August 19, 2016

Cerita Dari si Pencerita

Setiap orang punya ceritanya sendiri, bagaimana ia menghabiskan liburannya yang panjang. Dan aku juga punya cerita tentang hal itu.

Enam bulan setelah observasi di semester 1 lalu telah terlewat begitu saja. Dan kini, tugas rutin liburan sudah terlalui kembali. Dua minggu dari potongan libur semester yang berminggu-minggu dihabiskan di Sekolah masa kecil. Taman kanak-kanak. Melewati pagi hingga tengah hari bersama mereka yang baru belajar untuk menuntut ilmu.
Observasi. Tugas wajib liburannya Mahasiswa Pg-Paud Universitas Trunojoyo Madura. Observasi kali ini berjalan sedikit lama dari semester sebelumnya yang hanya 3 hari. Banyak cerita yang bisa didengar, banyak tawa yang bisa dilihat, banyak pelajaran yang bisa didapat dan banyak cinta yang bisa dirasakan.
Pada awalnya semangat masih belum nampak. Tapi karena mendengar cerita dari teman-teman yang bisa ngajar sampai satu bulan, semangat dan ambisi mulai muncul ke permukaan. "kalau mereka bisa, aku juga harus bisa dong" "kalau mereka dapat banyak pelajaran di masyarakat, aku harus lebih banyak lagi"
mungkin pada awalnya, rasa takut atau malas masih menari-nari dikepala. Menghantui pikiran sehingga hilang semangat serta ambisinya. Tapi, karena sebuah tugas dan tanggung jawab. Semua pikiran buruk sirna seiring berjalannya waktu.
Banyak yang mengatakan, anak-anak itu lucu, kebangetan kalau gak suka. Namun, pada kenyataannya aku memang tak suka. Bukan tak suka sebernya, Hanya belum paham dengan mereka. Sebagai seorang mahasiswa yang cuek dan kadang pendiam, agak sulit juga untuk dekat dengan anak kecil. Namun, pada akhirnya aku Memberanikan diri untuk bertanya hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Atau memberi pengertian yang bisa dimengerti oleh otak anak kecil. Dan yang pasti Memberi senyuman, agar mereka tak takut lagi.
 Hari pertama masih penyesuaian diri. Belum begitu hafal lagu-lagu yang dinyanyikan di Paud-Paud, padahal sudah empat kali observasi. Hari selanjutnya mulai hafal sedikit dan senyumpun mekar. Satu persatu murid akhirnya mengembalikan senyum yang kuberikan. Mengembalikan pertanyaan yang kulontarkan dengan cerita yang bisa dikatakan panjang kali lebar. Dengan nada polos yang bikin gemes. Bertanya atau mengatakan hal-hal yang membuat tawa para orang dewasa.
Nakal adalah wajar, namun tak perlu disebutkan. Sabar itu harus dibawa saat keluar rumah dan memasuki area Taman Kanak-Kanak.
Mereka yang kutemui adalah Si pencerita yang hebat. Menceritakan dirinya, kesukaannya, hari-harinya atau bahkan tentang orang disekitarnya dengan baik. Ya, itulah anak-anak. Si pencerita, si peniru dan si pelucu. Tingkah mereka yang polos selalu mengundang gelak tawa. Aku senang melihat anak-anak bermain, atau mungkin hanya sekedar melihat mereka mengobrol. Tingkah mereka lucu, hingga hilang pegal dipunggungku. Di Tk, tak hanya anak-anak yang bisa ditemukan. Berbagai macam orang tua dengan karakter yang berbeda pun bisa dilihat. Dari yang tega meninggalkan sang anak di sekolah. Sampai orang tua yang mengawasi anaknya hingga kedalam kelas, karena jika tidak begitu anaknya nanti nangis. Atau mungkin orang tua yang dengan mudah memarahi anaknya.
Dari ibu-ibu yang memang sudah pantas jadi ibu-ibu atau yang masih bisa dikatakan seorang mbak-mbak tapi sudah gendong anak.
Minggu pertama belum begitu hafal nama murid kelas TK A, akrab juga hanya dengan sebagian, itupun rata-rata dengan murid laki-laki. Namun, Semakin hari semakin bersemangat, semakin hafal juga nama murid dan pastinya semakin akrab.
 "Bu Guru," tak hanya di sekolah, panggilan itu juga berlaku di jalan. Ketika salah satu murid berpapasan denganku. Melambaikan tangan dan tersenyum lebar. Lucu juga menggemaskan.

Mengajari anak-anak itu gampang-gampang susah. Ada yang cepet paham, ada pula yang susah banget pahamnya. Bahkan ada juga yang gak mau paham dan akhirnya nangis. Kalau udah gitu, profesionalitas kita sebagai guru di uji. Harus sabar dan tahan amarah.
Tak disangka-sangka semakin hari, aku yang semula tidak begitu suka anak kecil malah jadi suka. Mereka kadang memang bikil jengkel tapi tetap menggemaskan.

Kini, dua minggu sudah berlalu. Banyak hal yang terlewati bersama anak-anak dan guru-guru disana. Juga para orang tua murid pastinya.
Dari menata anak-anak agar dapat berbaris dengan rapih. Menyenandungkan lagu bersama sebagai pembuka dan penutup kegiatan. Menghafal surat-surat pendek atau sekedar lagu-lagu ringan. Tertawa, belajar dan berbagi bersama. Dari belajar mencuci tangan, menyisir rambut sampai belajar mengancing baju. Kemudian menggambar dan menempelkan hasil karya, hingga belajar mengatri sejak usia dini. Di akhir pekan berolahraga bersama.
Walau terkadang sorak soray mereka terdengar berisik, namun kini itulah yang membuat rindu. Rindu saat mereka memberitahu mainan kesukaan atau kegiatan yang dilakukan dirumah masing-masing. Dan pastinya, rindu di panggil Bu. Ria 😂😂

Kini, sudah saatnya menjadi seorang mahasiswa lagi. Kembali menjadi Ria yang terkadang di panggil dek, bukan Bu Ria yang juga akan di panggil kak/mbak karena sudah memiliki adik tingkat.

Terimakasih untuk 2minggunya, TK Nurul Ummah II.
Terimakasih telah menggoreskan cerita manis di penghujung liburan.
Aku akan sangat merindukan mereka, anak-anak TK A yang polos-polos juga anak TK B yang kadang jail tapi tetap lucu dan menyenangkan. Beserta guru-gurunya yang kompak dan baik.
Tak lupa Ibu penjual jajan yang makanan ringannya senantiasa mengisi kekosongan perutku.
Terimakasih, dan semoga dapat bertemu kembali di semester depan.

                           Bojonegoro, 13 Agustus 2016