Setiap orang punya ceritanya sendiri, bagaimana ia menghabiskan liburannya yang panjang. Dan aku juga punya cerita tentang hal itu.
Enam bulan setelah observasi di semester 1 lalu telah terlewat begitu saja. Dan kini, tugas rutin liburan sudah terlalui kembali. Dua minggu dari potongan libur semester yang berminggu-minggu dihabiskan di Sekolah masa kecil. Taman kanak-kanak. Melewati pagi hingga tengah hari bersama mereka yang baru belajar untuk menuntut ilmu.
Observasi. Tugas wajib liburannya Mahasiswa Pg-Paud Universitas Trunojoyo Madura. Observasi kali ini berjalan sedikit lama dari semester sebelumnya yang hanya 3 hari. Banyak cerita yang bisa didengar, banyak tawa yang bisa dilihat, banyak pelajaran yang bisa didapat dan banyak cinta yang bisa dirasakan.
Pada awalnya semangat masih belum nampak. Tapi karena mendengar cerita dari teman-teman yang bisa ngajar sampai satu bulan, semangat dan ambisi mulai muncul ke permukaan. "kalau mereka bisa, aku juga harus bisa dong" "kalau mereka dapat banyak pelajaran di masyarakat, aku harus lebih banyak lagi"
mungkin pada awalnya, rasa takut atau malas masih menari-nari dikepala. Menghantui pikiran sehingga hilang semangat serta ambisinya. Tapi, karena sebuah tugas dan tanggung jawab. Semua pikiran buruk sirna seiring berjalannya waktu.
Banyak yang mengatakan, anak-anak itu lucu, kebangetan kalau gak suka. Namun, pada kenyataannya aku memang tak suka. Bukan tak suka sebernya, Hanya belum paham dengan mereka. Sebagai seorang mahasiswa yang cuek dan kadang pendiam, agak sulit juga untuk dekat dengan anak kecil. Namun, pada akhirnya aku Memberanikan diri untuk bertanya hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Atau memberi pengertian yang bisa dimengerti oleh otak anak kecil. Dan yang pasti Memberi senyuman, agar mereka tak takut lagi.
Hari pertama masih penyesuaian diri. Belum begitu hafal lagu-lagu yang dinyanyikan di Paud-Paud, padahal sudah empat kali observasi. Hari selanjutnya mulai hafal sedikit dan senyumpun mekar. Satu persatu murid akhirnya mengembalikan senyum yang kuberikan. Mengembalikan pertanyaan yang kulontarkan dengan cerita yang bisa dikatakan panjang kali lebar. Dengan nada polos yang bikin gemes. Bertanya atau mengatakan hal-hal yang membuat tawa para orang dewasa.
Nakal adalah wajar, namun tak perlu disebutkan. Sabar itu harus dibawa saat keluar rumah dan memasuki area Taman Kanak-Kanak.
Mereka yang kutemui adalah Si pencerita yang hebat. Menceritakan dirinya, kesukaannya, hari-harinya atau bahkan tentang orang disekitarnya dengan baik. Ya, itulah anak-anak. Si pencerita, si peniru dan si pelucu. Tingkah mereka yang polos selalu mengundang gelak tawa. Aku senang melihat anak-anak bermain, atau mungkin hanya sekedar melihat mereka mengobrol. Tingkah mereka lucu, hingga hilang pegal dipunggungku. Di Tk, tak hanya anak-anak yang bisa ditemukan. Berbagai macam orang tua dengan karakter yang berbeda pun bisa dilihat. Dari yang tega meninggalkan sang anak di sekolah. Sampai orang tua yang mengawasi anaknya hingga kedalam kelas, karena jika tidak begitu anaknya nanti nangis. Atau mungkin orang tua yang dengan mudah memarahi anaknya.
Dari ibu-ibu yang memang sudah pantas jadi ibu-ibu atau yang masih bisa dikatakan seorang mbak-mbak tapi sudah gendong anak.
Minggu pertama belum begitu hafal nama murid kelas TK A, akrab juga hanya dengan sebagian, itupun rata-rata dengan murid laki-laki. Namun, Semakin hari semakin bersemangat, semakin hafal juga nama murid dan pastinya semakin akrab.
"Bu Guru," tak hanya di sekolah, panggilan itu juga berlaku di jalan. Ketika salah satu murid berpapasan denganku. Melambaikan tangan dan tersenyum lebar. Lucu juga menggemaskan.
Mengajari anak-anak itu gampang-gampang susah. Ada yang cepet paham, ada pula yang susah banget pahamnya. Bahkan ada juga yang gak mau paham dan akhirnya nangis. Kalau udah gitu, profesionalitas kita sebagai guru di uji. Harus sabar dan tahan amarah.
Tak disangka-sangka semakin hari, aku yang semula tidak begitu suka anak kecil malah jadi suka. Mereka kadang memang bikil jengkel tapi tetap menggemaskan.
Kini, dua minggu sudah berlalu. Banyak hal yang terlewati bersama anak-anak dan guru-guru disana. Juga para orang tua murid pastinya.
Dari menata anak-anak agar dapat berbaris dengan rapih. Menyenandungkan lagu bersama sebagai pembuka dan penutup kegiatan. Menghafal surat-surat pendek atau sekedar lagu-lagu ringan. Tertawa, belajar dan berbagi bersama. Dari belajar mencuci tangan, menyisir rambut sampai belajar mengancing baju. Kemudian menggambar dan menempelkan hasil karya, hingga belajar mengatri sejak usia dini. Di akhir pekan berolahraga bersama.
Walau terkadang sorak soray mereka terdengar berisik, namun kini itulah yang membuat rindu. Rindu saat mereka memberitahu mainan kesukaan atau kegiatan yang dilakukan dirumah masing-masing. Dan pastinya, rindu di panggil Bu. Ria 😂😂
Kini, sudah saatnya menjadi seorang mahasiswa lagi. Kembali menjadi Ria yang terkadang di panggil dek, bukan Bu Ria yang juga akan di panggil kak/mbak karena sudah memiliki adik tingkat.
Terimakasih untuk 2minggunya, TK Nurul Ummah II.
Terimakasih telah menggoreskan cerita manis di penghujung liburan.
Aku akan sangat merindukan mereka, anak-anak TK A yang polos-polos juga anak TK B yang kadang jail tapi tetap lucu dan menyenangkan. Beserta guru-gurunya yang kompak dan baik.
Tak lupa Ibu penjual jajan yang makanan ringannya senantiasa mengisi kekosongan perutku.
Terimakasih, dan semoga dapat bertemu kembali di semester depan.
Bojonegoro, 13 Agustus 2016
Enam bulan setelah observasi di semester 1 lalu telah terlewat begitu saja. Dan kini, tugas rutin liburan sudah terlalui kembali. Dua minggu dari potongan libur semester yang berminggu-minggu dihabiskan di Sekolah masa kecil. Taman kanak-kanak. Melewati pagi hingga tengah hari bersama mereka yang baru belajar untuk menuntut ilmu.
Observasi. Tugas wajib liburannya Mahasiswa Pg-Paud Universitas Trunojoyo Madura. Observasi kali ini berjalan sedikit lama dari semester sebelumnya yang hanya 3 hari. Banyak cerita yang bisa didengar, banyak tawa yang bisa dilihat, banyak pelajaran yang bisa didapat dan banyak cinta yang bisa dirasakan.
Pada awalnya semangat masih belum nampak. Tapi karena mendengar cerita dari teman-teman yang bisa ngajar sampai satu bulan, semangat dan ambisi mulai muncul ke permukaan. "kalau mereka bisa, aku juga harus bisa dong" "kalau mereka dapat banyak pelajaran di masyarakat, aku harus lebih banyak lagi"
mungkin pada awalnya, rasa takut atau malas masih menari-nari dikepala. Menghantui pikiran sehingga hilang semangat serta ambisinya. Tapi, karena sebuah tugas dan tanggung jawab. Semua pikiran buruk sirna seiring berjalannya waktu.
Banyak yang mengatakan, anak-anak itu lucu, kebangetan kalau gak suka. Namun, pada kenyataannya aku memang tak suka. Bukan tak suka sebernya, Hanya belum paham dengan mereka. Sebagai seorang mahasiswa yang cuek dan kadang pendiam, agak sulit juga untuk dekat dengan anak kecil. Namun, pada akhirnya aku Memberanikan diri untuk bertanya hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Atau memberi pengertian yang bisa dimengerti oleh otak anak kecil. Dan yang pasti Memberi senyuman, agar mereka tak takut lagi.
Hari pertama masih penyesuaian diri. Belum begitu hafal lagu-lagu yang dinyanyikan di Paud-Paud, padahal sudah empat kali observasi. Hari selanjutnya mulai hafal sedikit dan senyumpun mekar. Satu persatu murid akhirnya mengembalikan senyum yang kuberikan. Mengembalikan pertanyaan yang kulontarkan dengan cerita yang bisa dikatakan panjang kali lebar. Dengan nada polos yang bikin gemes. Bertanya atau mengatakan hal-hal yang membuat tawa para orang dewasa.
Nakal adalah wajar, namun tak perlu disebutkan. Sabar itu harus dibawa saat keluar rumah dan memasuki area Taman Kanak-Kanak.
Mereka yang kutemui adalah Si pencerita yang hebat. Menceritakan dirinya, kesukaannya, hari-harinya atau bahkan tentang orang disekitarnya dengan baik. Ya, itulah anak-anak. Si pencerita, si peniru dan si pelucu. Tingkah mereka yang polos selalu mengundang gelak tawa. Aku senang melihat anak-anak bermain, atau mungkin hanya sekedar melihat mereka mengobrol. Tingkah mereka lucu, hingga hilang pegal dipunggungku. Di Tk, tak hanya anak-anak yang bisa ditemukan. Berbagai macam orang tua dengan karakter yang berbeda pun bisa dilihat. Dari yang tega meninggalkan sang anak di sekolah. Sampai orang tua yang mengawasi anaknya hingga kedalam kelas, karena jika tidak begitu anaknya nanti nangis. Atau mungkin orang tua yang dengan mudah memarahi anaknya.
Dari ibu-ibu yang memang sudah pantas jadi ibu-ibu atau yang masih bisa dikatakan seorang mbak-mbak tapi sudah gendong anak.
Minggu pertama belum begitu hafal nama murid kelas TK A, akrab juga hanya dengan sebagian, itupun rata-rata dengan murid laki-laki. Namun, Semakin hari semakin bersemangat, semakin hafal juga nama murid dan pastinya semakin akrab.
"Bu Guru," tak hanya di sekolah, panggilan itu juga berlaku di jalan. Ketika salah satu murid berpapasan denganku. Melambaikan tangan dan tersenyum lebar. Lucu juga menggemaskan.
Mengajari anak-anak itu gampang-gampang susah. Ada yang cepet paham, ada pula yang susah banget pahamnya. Bahkan ada juga yang gak mau paham dan akhirnya nangis. Kalau udah gitu, profesionalitas kita sebagai guru di uji. Harus sabar dan tahan amarah.
Tak disangka-sangka semakin hari, aku yang semula tidak begitu suka anak kecil malah jadi suka. Mereka kadang memang bikil jengkel tapi tetap menggemaskan.
Kini, dua minggu sudah berlalu. Banyak hal yang terlewati bersama anak-anak dan guru-guru disana. Juga para orang tua murid pastinya.
Dari menata anak-anak agar dapat berbaris dengan rapih. Menyenandungkan lagu bersama sebagai pembuka dan penutup kegiatan. Menghafal surat-surat pendek atau sekedar lagu-lagu ringan. Tertawa, belajar dan berbagi bersama. Dari belajar mencuci tangan, menyisir rambut sampai belajar mengancing baju. Kemudian menggambar dan menempelkan hasil karya, hingga belajar mengatri sejak usia dini. Di akhir pekan berolahraga bersama.
Walau terkadang sorak soray mereka terdengar berisik, namun kini itulah yang membuat rindu. Rindu saat mereka memberitahu mainan kesukaan atau kegiatan yang dilakukan dirumah masing-masing. Dan pastinya, rindu di panggil Bu. Ria 😂😂
Kini, sudah saatnya menjadi seorang mahasiswa lagi. Kembali menjadi Ria yang terkadang di panggil dek, bukan Bu Ria yang juga akan di panggil kak/mbak karena sudah memiliki adik tingkat.
Terimakasih untuk 2minggunya, TK Nurul Ummah II.
Terimakasih telah menggoreskan cerita manis di penghujung liburan.
Aku akan sangat merindukan mereka, anak-anak TK A yang polos-polos juga anak TK B yang kadang jail tapi tetap lucu dan menyenangkan. Beserta guru-gurunya yang kompak dan baik.
Tak lupa Ibu penjual jajan yang makanan ringannya senantiasa mengisi kekosongan perutku.
Terimakasih, dan semoga dapat bertemu kembali di semester depan.
Bojonegoro, 13 Agustus 2016








0 comments:
Post a Comment