Halaman

About

Facebook

Sunday, March 27, 2016

Menulis Dan Hobby Masa Kecil



           “Menulislah, apapun jangan pernah takut tulisanmu tidak dibaca orang, yang penting tulis, suatu saat pasti berguna” Pramoedya Ananta Toer
           Iya, seperti kata bapak Pramoedya Ananta Toer. Menulislah apapun itu. Aku selalu punya pikiran negatif saat menulis, takut kalau tulisanku tak dibaca orang, takut kalau tulisanku dicela orang. Dan lain sebagainya. Takut. Iya takut. Takut kalau menurut orang tulisan ku tidak layak untuk dibaca.
           Entah, sejak kapan aku suka menulis akupun tak tau, yang pasti saat aku masih duduk dibangku SD dulu aku suka menulis diary. Ya, diary anak-anak. Aku suka menulis, namun aku tak begitu sering membaca. Aku jarang membaca buku pelajaran, buku pelajaran yang kubaca mungkin Bahasa indonesia, atau dulu di sebutnya TAKTIS (kalau gak salah si namanya itu) itu saja cuma cerita-cerita, pun dalam hati aku bacanya dan itu diam-diam. Aku tak suka belajar didepan umum, entahlah aku juga tak tau kenapa.
           Sebelum punya hobby menulis. Aku punya banyak hobby waktu SD, juga punya banyak cita-cita. Namun tiap kali ditanya guru apa cita-cita dan hobbyku aku menjawab membaca, dan menjadi seorang guru. Jawaban yang klise dikalangan anak-anak. Dan jawaban itu kugunakan sampai SMP. Cita-citaku banyak, namun aku tak pernah mengatakan pada orang. Dengan alasan “malu” bagaimana jika nanti cita-citaku tak dapat aku raih? Pasti diejek. Dan jika ditanya apa cita-cita lain selain jadi seorang guru, aku Cuma menjawab ingin sukses. Dan teman-temanku menertawakan cita-citaku. Katanya cita-citaku itu ambigu, sukses dalam hal apa.
           Bicara tentang cita-cita, mejadi sorang penulis tidak pernah masuk dalam daftar cita-citaku dari kecil. Mungkin sampai sekarang aku masih tdak ingin jadi penulis. Banyak temanku yang mengatakan “ri, coba deh nulis buku” dan aku hanya menjawab dengan senyuman lalu mengatakan “aku belum pengen buat buku” aku merasa tulisanku masih belum layak. Punya hobby menulis saja baru saat kelas 3SMA. Dan jika aku baca cerpen orang-orang, bagus banget dan akupun sering minder. Cerpen buatanku pasti tak ada kata-kata puitisnya, aku gak bisa aku gak puitis. Aku pernah sharing sama kakak tingkat, jurusan PBSI dan bernaung di satu UKM yang sama. Mbak itu bilang
           “coba ikut o lomba dek,” akupun menjawab,
           “masih belum PD mbak, tulisanku gak bisa puitis, aku pengen buat cerpen yang puitis kayak punya kakak yang lain,” kemudian kakak tingkat itu bilang,
           “setiap orang itu punya cirri nya masing-masih dalam menulis, dan kamu juga punya cirri. Jangan berpatokan pada orang,” kemudian aku hanya bisa menghela napas. Menulis.
           Saat aku masih SD aku suka menggambar desain-desain baju. Bukan menulis. Entahlah aku juga tak tau,mungkin saja karena aku suka main Barbie-barbiean dulu. sering sekali aku menggambar, banyak, samapai berlembar-lembar namun sekarang mungkin sudah hilang semuanya. Dan saat itulah aku bercita-cita ingin menjadi seorang desainer.
           Selain menggambar desain baju, aku dimasa SD juka senang menggambar denah rumah, dan hal ini berlanjut sampai SMP. Kertas-kertas buku tulis yang masih kosong aku sobek dan kutempel tempel hingga menjadi besar, kemudian aku gambar sebuah denah rumah besar dan bertingkat berasa punya rumah idaman saat gambar itu selesai. Arsitek. Iya, aku pernah bercita-cita menjadi seorang arsitek, dan sama seperti sebelumnya, aku merasa senang saat menggambar itu. Imajinasiku selalu bermain, aku merasa aku memiliki rumah yang besar. Pengen rasanya, Kuliah jurusan tatabusana atau arsitek.
           Aku dimasa kecil juga suka menjahit, sampai-sampai ibuku selalu marah. Karena aku selalu menyobek-nyobek baju dan kemudian kubuat mainan. Dijadikan baju, atau lain sebagainya. Aku suka menjahit, namun jahitanku tak begitu bagus juga. Dan hobby ini berlanjut sampai sekarang.
           Selain menjahit aku dimasa kecil juga sangat suka dengan apa yang namanya kartun, sampai sekarang. Masa kecilku bahagia, aku diberi tontonan kartun dan lagu-lagu wajib oleh bapak. Membeli CD diperempatan jalan, dan menontonnya dirumah. Kenapa aku suka kartun? Bukan, bukan karena ceritanya. Namun karena gambarnya, dan sampai sekarang ketika ada kartun yang gambar nya bagus aku suka melihatnya, jika gambarnya tidak bagus ya gak ku tonton. Aku sering iseng menggambar kembali kartun yang di TV, tapi itu dimasa kecil.
           Bicara soal menggambar, dulu saat aku SD bahkan sampai SMA teman-temanku pasti mengejek-ejek gambarku. Kata mereka gambarku bagus, dan pasti digambarkan oleh kakak perempuanku. Ya Allah, seolah-olah kempuanku tidak diakui, seolah-olah aku ini tidak bisa apa-apa. Padahal mbak tika gambarannya juelek banget wkwkwk.
           Aku suka anime, dan aku lebih suka komik dibandingkan Novel. Dulu saat aku duduk di bangku SMP, aku sering meminjam komik temanku untuk kubaca dirumah. Aku senang menggambar, aku sering gambar-gambar komik dulu, menyobek buku tulis yang masih kosong dan mengumpulkannya kemudian di staples, setelah itu ku gambar seperti komik, namun mungkin sekarang sudah hilang karena rumah yang dipindah-pindah. Dan sekarang aku jarang sekali menggambar, sampai kaku jari jemariku.
           Satu lagi cita-cita yang paling aku inginkan. Yaitu menjadi tim kreative TRANSTV. Atau menjadi wartawan di TRANSTV. DKV, jujur pas SBM atau SNM kemarin aku pengen daftar jurusan itu, atau mungkin jurusan SENI, namun setelah kufikir-fikir sepertnya tidak mungkin. Dan kata mbak, “ngapain daftar jurusan seni nanti temenmu gondrong-gondrong lo” wkwkwkwk
           Aku memang tak memiliki labtop, tapi setidaknya aku tidak gaptek. SMA aku pernah ikut les komputer, dan lumayan dapat ilmu lah. Dulu pas masuk perkuliahan, sebenarnya pengen daftar ukm triple C. tapi masih ragu soal e gak ada labtop hehe.
           Dan sekarang, aku suka menulis. Sebenarnya menulis itu suatu hal yang tak asing disekitar kita. Tiap hari kita pasti pernah menulis, entah menulis nama kita sendiri atau yang lebih lagi.
           Awalnya aku hanya penasaran dengan apa yang namanya menulis, karena mbak suka menulis. Hanya sekedar iseng nulis dibuku, namun tiap nulis dibuku itu selalu mentok tulisannya. Gak ada ispirasi, padahal udah dengerin lagu. Akhirnya, coba nulis di labtop mbak, dan inspirasi ngalir terus dengan sendirinya, apalagi aku suka ngetik. Dan akhirnya jadilah satu karya, di masa SMA. Cerpen pertama yang aku publikasikan ‘di ujung senja yang kelam” kelas 2 SMA, aku punya temen yang jadi pengurus majalah sekolah, akhirnya aku coba masukin karya itu. Dan kebetulan lolos. Dan kata Bu. Retno guru bahasa indonesia bagus. Alhamdulillah. Kebetulan juga kelas 3 SMA disuruh baca terus sama bu Retno. Dan semakin tertarik sama dunia tulis menulis.
Banyak pertanyaan yang dilontarkan teman-teman padaku
“ria, kamu kan suka nulis, tapi gak punya labtop? Terus kamu nulis dimana?”
“ria kamu biasanya nulis dimana? Kan gak punya labtob?”
“ria kalo ngerjain tugas UKM kamu dimana? Kan gak ada labtop?”
Dan masih banyak lagi pertanyaan serupa lainya. Yang pasti rahasianya adalah pintar-pintar memanfaatkan waktu dan kesempatan.
Dirumah aku biasanya nulis pakai labtop mbak, terus disimpen di F.d. kalau disini, aku biasanya nulis pakai labtopya temen. Kalau ada tugas aku sering pinjem labtop temenku. Dan kalau tugasnya udah selesai, belum aku  balikin dulu, aku buat nulis cerpen. Wkwkwk itu licik gak sih??
Kalau ide, aku sudah dapat dari jauh-jauh hari, dan aku tulis di hp. Nah, pas ada pinjeman labtop barulah aku jabarkan. Kadang aku menulis dalam dekali duduk, namun kadang gak juga sih.

Intinya adalah, menulis itu bisa kapanpun, pandai-pandai kita saja.

Tuesday, March 22, 2016

Banjir di Jln. Raya Telang

Bangkalan, adalah sebuah daerah tropis penghasil sumber daya alam. Salah satunya adalah penghasil garam. Jika berkunjung keMadura atau Bangkalan tepatnya, yang didapatkan pastinya adalah sensasi tropis. Mungkin jika orang Malang berkunjung keMadura akan merasakan sensasi yang benar-benar berbeda.
Bicara mengenai cuaca diMadura, tentunya tak akan ada sensasi apa-apa jika berkunjung diMadura tepatnya di Bangkalan, Kecamatan Kamal pada musim kemarau. Berjalan kaki dijalan raya tak akan ada hambatan, kecuali jika berkunjung pada musim penghujan. Mau tidak mau, siap tidak siap harus melepas sepatu dan menerobos banjir dijalan raya. Mengapa bisa seperti itu? Mengapa air hujan mengalir begitu lama dan pada akhirnya menggenang dijalanan?
 Banjir, jika berbicara mengenai hal ini pasti tidak jauh-jauh dari sampah. Menilik dari keadaan sekitar Jln. Raya Telang yang menuju Kampus Universitas Trunojoyo Madura, sampah memang banyak menumpuk-numpuk disamping jalan raya. Namun masalah sampah saat ini sudah sedikit teratasi oleh pemerintah setempat. Dengan mengeluarkan peraturan baru, yakni tidak boleh lagi membuang sampah disamping Jalan Raya. Walau masih saja terdapat mahasiswa yang melanggar, hal ini mungkin dapat juga disebabkan karena kurangnya sosialisasi. Jika masalah sampah sudah diatasi sedikit demi sedikit, mengapa masih saja terjadi banjir di Jln. Raya telang?
Jika diamati baik-baik sebenarnya masalah banjir di Jln. Raya Telang bukanlah semata-mata karena sampah. Namun, juga disebabkan oleh struktur jalanan yang tidak rata dan berlubang. Selain menyebabkan banjir hal ini juga mengancam keselamatan para pengendara motor.
Penyebab banjir yang lainnya adalah juga dikarenakan belum adanya selokan yang memadai, yang dapat dijadikan sebagai tempat mengalirnya air agar tidak menggenang dijalan raya.
Belum adanya trotoar juga memusingkan para pejalan kaki. Bukan hanya musim penghujan, namun juga pada hari-hari biasanya. Pasalnya para Mahasiswa banyak yang berjalan kaki menuju Kampus. Dan ketika musim penghujan, ketika jalanan banjir, para mahasiswa terkadang berjalan ditengah-tengah jalanan yang tidak terkena banjir. Hal ini sungguh sangat membahayakan dan sangat menghawatirkan.
Jln. Raya Telang saat ini memang benar-benar membutuhkan perhatian dari pemerintah setempat. Sangat tidak nyaman memang jika harus berangkat kuliah dengan menerobos banjir telebih dahulu.
Pemerintah harusnya lebih peka terhadap kondisi ini. Memperbaiki jalan  raya agar kounturnya sama, membuat selokan yang memadai agar air dapat mengalir dengan baik, namun hal ini tidak semata-mata tugas pemerintah saja. Namun semua elemen masyarakat, perlu kerjasama antara kedua belah pihak agar nantinya dapat tercipta kondisi lingkungan yang baik bagi masyarakat. Juga membuat trotoar untuk pejalan kaki. Agar pengendara nyaman, dan pejalan kaki pun aman.

Sunday, March 20, 2016

Goresan Malam

#teman
Apakah kamu pantas disebut teman?
Walau bagaimana pun menurutku kamu adalah temanku.
Aku selalu sabar menghadapi mu. Selalu. Apa ada dihari-hari hari ku aku terlihat sedih? Apa ada diantara hari-hariku aku menangis didepan teman-teman??
Aku memang cengeng, dari kecil. Aku memang mudah menangis.
Tapi Aku selalu sabar denganmu. Apa aku pernah marah padamu? Meski kau melakukan sesuatu yang membuat darahku naik ke ubun-ubun?? Membuatku kesal dan membuatku ingin menjerit agar sedunia tau.
Aku selalu tersenyum, meski dada ini sesak oleh apa yang kau perbuat.
Tolong, jangan membuatku benar-benar marah ya? Karena "marahnya orang yang tak pernah marah, bisa lebih parah dibanding orang yang sering marah"

Dan lagi, aku memang teledor, tapi tak seteledor kamu. Paling tidak aku mengembalikan dan menjaga sesuatu yang kupinjam. Karena keteledoranmu semua menanyakan kepunyaannya padaku, aku yang tak tau apa2. Aku yang harus menyanggupi dan berusaha mencari barang-barang mereka yang kau pinjam.
Kau juga sering merusak dan menghilangkan barang kesayanganku, tapi apa aku pernah marah?? Apa aku pernah menggunjingmu??

Kamu membuat hari-hariku disini pilu.
Beragam nasihat aku terima dari teman satu atap, dan kamu tau? Aku sedih mendengar nasihat mereka. Aku terdengar menyedihkan. Sangat menyedihkan, hingga pagi hari yang harusnya aku semangat berangkat kuliah, malah harus berkaca-kaca.
Aku bersyukur kita dapat berpisah. Setidaknya tuhan mengembalikan kebahagiaanku. Bukan berpisah dalam pertemanan, namun hanya berpisah tempat. Walau masih berada dalam satu atap. Bagaimanapun kau adalah temanku, walau kau selalu membuatku terisak.
Aku sedih, namun tak pernah diantara teman2 ku yang mengatakan bahwa aku terlihat murung. Mereka selalu mengatakan aku selalu ceria. Iya Ria yang ceria dan seolah tak punya beban kesedihan apa-apa.