Halaman

About

Facebook

Friday, October 26, 2018

Jogja Story Bag. 6





Akhir september ini, saya putuskan untuk mengunjungi kota pelajar lagi. Kota yang selalu dibilang oleh orang-orang banyak meninggalkan kerinduan. Beberapa minggu yang lalu memang sudah ada rencana untuk berkunjung ke Jogja. Sekadar ingin melihat kost yang baru ditinggali kakak perempuan saya. Juga sekalian menonton tur buku penulis favorit saya. Kakak saya sudah memesan tiket untuk tanggal 28, hari jumat. Meski masih belum tahu saya memiliki acara dkampus atau tidak, namun saya rasa hari jumat akan selalu free. Tak akan ada bimbingan atau acara yang lainnya. Namun, ternyata saya melupakan sesuatu, tanggal 29 harusnya ada acara wisuda. Saya lupa tentang ini.
Satu minggu sebelum saya berangkat, saya mendapat kabar, katanya wisuda di undur satu minggu. Alhamdulillah, bisa ke Jogja dengan perasaan yang tenang. Pasalnya tiket tak mungkin bisa dibatalkan. Acara tur buku penulis favorit saya juga tak akan bisa dirubah.
Malam sebelum saya berangkat, saya menyiapkan bekal terlebih dulu. Untuk besok diperjalanan, takutnya saya lapar. Jogja madura, jaraknya tidak dekat. pagi harinya, saya bangun pukul empat subuh. Bersiap dan kemudian berangkat dari indekost pukul 7 pagi. Saya diantar oleh teman saya kepelabuhan. Namun belum ada kapal yang bersandar saat kami sampai, jadi kami harus menunggu bebarapa menit. Karena belum ada kapal, teman saya menemani untuk menunggu kapal bersandar.
Sebelum naik ke kapal, saya bertemu salah seorang teman, alhamdulillah kali ini tidak sendiri didalam kapal. Sampai di dermaga Ujung Surabaya, saya berjalan sedikit ke dekat polres. Pesan ojol (ojek online). Tak begitu lama ojolpun datang. Kami segera meluncur ke stasiun gubeng.
Awalnya, saya fikir saya naik kereta dari stasiun gubeng baru, tapi ternyata saya salah, harusnya di gubeng lama. Alhasil saya harus berjalan lewat jalan raya untuk berpindah stasiun. Saya tidak begitu terburu-buru. Di stasiun Gubeng Baru saya masih sempat duduk agak lama dan mengabari mbak Tika. Lagipula masih sekitar pukul sembilan saat itu, dan kereta saya berangkat pukul 10.45 wib.
Namun, terdamparnya saya distasiun gubeng baru ada hikmahnya. Adalah pokoknya ya, kalian tak perlu tahu. Agak jauh untuk pergi ke gubeng lama, karena saya lewat luar. Sebenarnya lewat dalampun bisa, tapi saya tidak tahu. Saya sudah bertanya ke satpam, dikasih tau juga lewat jalan raya bukan lewat dalam. Agak panas dan seperti orang hilang, karena masih sedikit bingung saya bertanya ke mas-mas yang saat itu papasan dengan saya dijalan. Sudah biasa saya tanya ke orang tak dikenal, dan alhamdulillah selalu bertemu orang baik.
Di gubeng lama, saya juga harus menuggu agak lama. Tiba-tiba seorang laki-laki duduk disamping saya. Umurnya masih sekitar 20 keatas. Masnya cerewet, banyak tanya, tapi saya hanya balas dengan kalimat cuek. Malas menanggapi. Akhirnya mas itu pergi sendiri.
            Perjalanan dari surabaya sampai ke Jogja 6jam. Saya mabok. Perut agak sedikit mual. Sampai disolo saya memejamkan mata, biasanya kalau saya mual kemudian tidur mualnya akan hilang. Benar saja, agak sedikit membaik setidaknya.
            Saya turun di stasiun lempuyangan, saya dijemput kakak. Hmm, selalu repot kalau dijemput distasiun, dapat omelan. Sekitar setengah lima sore saya sampai di stasiun lempuyangan. Setelah menemukan keberadaan kakak saya, kami langsung menuju indekost.
            Istirahat, kemudian makan. Saya makan sedikit, karena perut masih mual. Bekal yang saya bawa dari kost belum saya makan sama sekali, jadi saya makan saat sampai di kost.
            Indekost Mbak Tika kali ini memang lebih lengkap, sudah ada dapur dan wastafel tempat mencuci piring. Jadi tak perlu lagi jongkok untuk mencuci piring. Ditambah lagi sudah ada kulkas, sekarang tak perlu membeli es kalau haus. Makanan juga lebih awet karena bisa ditaruh kulkas.
            Hari sabtu pagi, saya diajak pergi ke pasar. Lupa pasar apa namanya. Agak jauh dari indekost. Belanja untuk keperluan makan beberapa hari kedepan. Keliling cari bahan. Pulang dari pasar, istirahat sebentar dan kemudian diajak mbak pergi ke kantornya.
            Banyak hal saya lakukan sendirian di Jogja. Dari mulai datang ke tur buku penulis favorit, ke sunmor (Sunday morning ugm), ke toko buku, bahkan ke malioboro. Jogja selalu indah untuk dikunjungi. Dimanapun tempat menginapnya, apapun kegiatannya Jogja masih jadi tempat untuk kembali. Dari beberapa kunjungan saya di jogja, saya ingin sekali menikmati malioboro pada sore hingga malam hari. Semoga ya, kapan-kapan entah bersama siapa.
            Saya kembali ke madura pada hari rabu, malam harinya saya sempat berbelanja kebutuhan dulu bersama kakak. Dan pagi sekitar pukul setengah tujuh pagi saya berangkat ke stasiun Jogja. Agak terburu-buru, padahal pengen foto di stasiun Jogja, tapi gagal.
            Jogja, jangan bosan ya aku kunjungi. Walaupun nanti kalau mbak Tika tak lagi berada disana, semoga masih bisa pergi kesana. Atau mungkin aku menetap disana? Ah, Jogja terlalu indah dan nyaman. Betah banget disana.
Jogja Story Bag. 6

Akhir september ini, saya putuskan untuk mengunjungi kota pelajar lagi. Kota yang selalu dibilang oleh orang-orang banyak meninggalkan kerinduan. Beberapa minggu yang lalu memang sudah ada rencana untuk berkunjung ke Jogja. Sekadar ingin melihat kost yang baru ditinggali kakak perempuan saya. Juga sekalian menonton tur buku penulis favorit saya. Kakak saya sudah memesan tiket untuk tanggal 28, hari jumat. Meski masih belum tahu saya memiliki acara dkampus atau tidak, namun saya rasa hari jumat akan selalu free. Tak akan ada bimbingan atau acara yang lainnya. Namun, ternyata saya melupakan sesuatu, tanggal 29 harusnya ada acara wisuda. Saya lupa tentang ini.
Satu minggu sebelum saya berangkat, saya mendapat kabar, katanya wisuda di undur satu minggu. Alhamdulillah, bisa ke Jogja dengan perasaan yang tenang. Pasalnya tiket tak mungkin bisa dibatalkan. Acara tur buku penulis favorit saya juga tak akan bisa dirubah.
Malam sebelum saya berangkat, saya menyiapkan bekal terlebih dulu. Untuk besok diperjalanan, takutnya saya lapar. Jogja madura, jaraknya tidak dekat. pagi harinya, saya bangun pukul empat subuh. Bersiap dan kemudian berangkat dari indekost pukul 7 pagi. Saya diantar oleh teman saya kepelabuhan. Namun belum ada kapal yang bersandar saat kami sampai, jadi kami harus menunggu bebarapa menit. Karena belum ada kapal, teman saya menemani untuk menunggu kapal bersandar.
Sebelum naik ke kapal, saya bertemu salah seorang teman, alhamdulillah kali ini tidak sendiri didalam kapal. Sampai di dermaga Ujung Surabaya, saya berjalan sedikit ke dekat polres. Pesan ojol (ojek online). Tak begitu lama ojolpun datang. Kami segera meluncur ke stasiun gubeng.
Awalnya, saya fikir saya naik kereta dari stasiun gubeng baru, tapi ternyata saya salah, harusnya di gubeng lama. Alhasil saya harus berjalan lewat jalan raya untuk berpindah stasiun. Saya tidak begitu terburu-buru. Di stasiun Gubeng Baru saya masih sempat duduk agak lama dan mengabari mbak Tika. Lagipula masih sekitar pukul sembilan saat itu, dan kereta saya berangkat pukul 10.45 wib.
Namun, terdamparnya saya distasiun gubeng baru ada hikmahnya. Adalah pokoknya ya, kalian tak perlu tahu. Agak jauh untuk pergi ke gubeng lama, karena saya lewat luar. Sebenarnya lewat dalampun bisa, tapi saya tidak tahu. Saya sudah bertanya ke satpam, dikasih tau juga lewat jalan raya bukan lewat dalam. Agak panas dan seperti orang hilang, karena masih sedikit bingung saya bertanya ke mas-mas yang saat itu papasan dengan saya dijalan. Sudah biasa saya tanya ke orang tak dikenal, dan alhamdulillah selalu bertemu orang baik.
Di gubeng lama, saya juga harus menuggu agak lama. Tiba-tiba seorang laki-laki duduk disamping saya. Umurnya masih sekitar 20 keatas. Masnya cerewet, banyak tanya, tapi saya hanya balas dengan kalimat cuek. Malas menanggapi. Akhirnya mas itu pergi sendiri.
            Perjalanan dari surabaya sampai ke Jogja 6jam. Saya mabok. Perut agak sedikit mual. Sampai disolo saya memejamkan mata, biasanya kalau saya mual kemudian tidur mualnya akan hilang. Benar saja, agak sedikit membaik setidaknya.
            Saya turun di stasiun lempuyangan, saya dijemput kakak. Hmm, selalu repot kalau dijemput distasiun, dapat omelan. Sekitar setengah lima sore saya sampai di stasiun lempuyangan. Setelah menemukan keberadaan kakak saya, kami langsung menuju indekost.
            Istirahat, kemudian makan. Saya makan sedikit, karena perut masih mual. Bekal yang saya bawa dari kost belum saya makan sama sekali, jadi saya makan saat sampai di kost.
            Indekost Mbak Tika kali ini memang lebih lengkap, sudah ada dapur dan wastafel tempat mencuci piring. Jadi tak perlu lagi jongkok untuk mencuci piring. Ditambah lagi sudah ada kulkas, sekarang tak perlu membeli es kalau haus. Makanan juga lebih awet karena bisa ditaruh kulkas.
            Hari sabtu pagi, saya diajak pergi ke pasar. Lupa pasar apa namanya. Agak jauh dari indekost. Belanja untuk keperluan makan beberapa hari kedepan. Keliling cari bahan. Pulang dari pasar, istirahat sebentar dan kemudian diajak mbak pergi ke kantornya.
            Banyak hal saya lakukan sendirian di Jogja. Dari mulai datang ke tur buku penulis favorit, ke sunmor (Sunday morning ugm), ke toko buku, bahkan ke malioboro. Jogja selalu indah untuk dikunjungi. Dimanapun tempat menginapnya, apapun kegiatannya Jogja masih jadi tempat untuk kembali. Dari beberapa kunjungan saya di jogja, saya ingin sekali menikmati malioboro pada sore hingga malam hari. Semoga ya, kapan-kapan entah bersama siapa.
            Saya kembali ke madura pada hari rabu, malam harinya saya sempat berbelanja kebutuhan dulu bersama kakak. Dan pagi sekitar pukul setengah tujuh pagi saya berangkat ke stasiun Jogja. Agak terburu-buru, padahal pengen foto di stasiun Jogja, tapi gagal.
            Jogja, jangan bosan ya aku kunjungi. Walaupun nanti kalau mbak Tika tak lagi berada disana, semoga masih bisa pergi kesana. Atau mungkin aku menetap disana? Ah, Jogja terlalu indah dan nyaman. Betah banget disana.

Sunday, October 14, 2018

Goresan Tinta untuk Boy Candra (bag.5)

Pada tiap pertemuan kami, aku selalu berdoa agar ini tidak jadi pertemuan yang terakhir.



Masih pagi, sekitar pukul set 8 baru dua peserta yang sudah ambil tempat duduk.

Ini saat Boy Canda menyampaikan materi, sesekali penulis satu ini ngegombal. gombalannya lucu, tapi ada juga yang sweet wkwkw.

Lucu banget, mas ketum hmjnya tinggi, lebih tinggi dari bang Boy, Terus bang Boy naik ke tangga. Biar tingginya sama

Seneng banget dia dikasih ini. Sempat posting di instagram juga, katanya jadi lebih cakep digambar haha.

akhirnya dapat ucapan selamat ulang tahun.

udaaa, foto kita ngeblur. Jadi aku sensor aja ya. Btw kostum kita kali ini beda. Nyesel, padahal sebelemnya sempat berencana pakek baju abu-abu muda.

udah dikasih ucapan, kumintai dia kasih tanggalnya, pas udah dikasih tanggal, kumintai dikasih nama. pas minta foto, kuminta dia berdiri. maafkan teman tumbuhmu ini yang merepotkan bang wkwk.


13 Oktober 2018
Ini adalah Ke-Lima kalinya saya bertemu dengan Boy Candra. Sekitar 2minggu yang lalu, di tanggal 30 September 2018 saya juga sempat bertemu dengan Boy Candra di Jogja. Acara tur buku. Dengan kaos putih yang bergambarkan buku Malik dan Elsa, Boy Candra menyapa pembacanya yang hadir di Gramedia Sudirman Yogyakarta. Jika kamu penasaran dengan cerita sebelumnya, kamu bisa membacanya di blog saya, pada postingan sebelumnya.
Kali ini, dikesempatan dan diacara yang berbeda kami bertemu lagi. Acara seminar di Surabaya. Anak-anak Menejemen Unesa yang menyelenggarakannya. Sebelumnya, saya daftar acara ini lewat instagram. Salah satu panitia yang menyelenggarakannya saya dm. Sekitar pukul 12 malam di hari rabu, usai rapat ukm yang saya ikuti dikampus saya mampir ke Atm sebentar untuk mentransfer. Hari itu hari terakhir pembayaran, maka saya harus segera transfer. Tak peduli walau itu sudah malam.
Saya pulang bersama adik tingkat saya, jalan kaki. Namun hanya sampai kafe kampus. Capek, ketum belum mau pulang. Padahal hari itu saya baru kembali dari jogja. Malamnya harus ikut rapat hingga larut malam. Lelah. Sampek nangis di wdk. Tapi si ketum tak peduli. Akhirnya saya dengan adik tingkat saya ijin beli nasi, namun tak kembali.
                Awalnya saya sedikit ragu untuk mendaftar, banyak berfikir. Itulah sebabnya saya daftar paling akhir. Saya belum pernah ke UNESA. Ditambah lagi, kemarin kan sudah bertemu Boy Candra, mau ketemu lagi? Namun, hati kecil saya meyakinkan. Seolah berkata, “ayo Ri, kapan lagi ikut seminar Boy Candra. Sekalian juga main ke Unesa. Jarang-jarang kan?” ah, kali ini saya tak dapat menahan diri.
                Hari H acara ini berlangsung,  saya bangun sekitar pukul 4 subuh, bersiap solat, mandi, makan, dan persiapan lainnya. Sengaja. Saya takut terlambat dan tak dapat bangku paling depan, maka saya putuskan berangkat pagi. Setengah 6 saya berangkat ke pelabuhan. Naik ojek. JAM namanya. Jasa Antar Mahasiswa. Saya biasa menggunakan jasa itu saat akan kepelabuhan. Disamping cepat. Juga nyaman. Dan tak perlu menunggu lama. Kalau naik angkot, harus menunggu angkotnya ngetime terlebih dulu. Saya tak suka, tak bisa mengira-ngira sampai disana kapan kalau harus menunggu angkot ngetime. Mau pesan ojol, disini belum ada. Sedih kadang.
                Alhamdulillah, sampai dipelabuhan langsung dapat kapal. Turun dari kapal sekitar pukul 6 lebih beberapa menit. Saya berjalan menuju jalan kalianget untuk pesan ojol. Jalanan itu memang sering digunakan masyarakat untuk memesan ojol. Karena dirasa aman dari opang (ojek pangkalan) dan angkot. Namun, pagi itu saya kurang beruntung. Harus main petak umpet dulu dengan opang. Saya di ikuti. Bahkan saya sempat sembunyi dibalik trek. Dan masih saja di ikuti. Saya takut. Tapi saya masih berusaha lolos dari si opang nakal itu. Saya jalan ke selatan, di ikuti. Saya berbalik jalan ke utara, di ikuti juga. Saya berhenti, dia berhenti. Kesal. Untung saat saya di ikuti si opang nakal itu, ojol pesanan saya belum datang. Saya takut. Bagaimana tidak, dijalan kalianget itu kiri kanan trek semua. Tak ada manusia yang tampak seperti orang baik L. Hingga pada akhirnya saya berjalan lurus keselatan. Dan opang itu juga ikut berbalik keselatan, namun tak terlihat kembali. Alhamdulillah aman. Beberapa menit setelah opang hilang, ojolku datang. Oke bapak ojol, mari kita menemui bang Boy ke Unesa.
                Perjalanan ke Unesa, saya dapat petuah dari bapak ojol perihal opang. Saya juga sempat curhat. Tak beberapa lama akhirnya saya sampai juga di Unesa. Sekitar pukul 07.09 wib. Sampai disana, bermaksud ingin segera registrasi supaya dapat tempat duduk didepan, eh kata mbak panitia registrasi dimulai jam 8.
                Saya menunggu diluar, duduk sendirian. Belum ada jam delapan, salah satu peserta masuk. Dia registrasi. Akhirnya saya ikut masuk juga. Baru dua orang yang datang. Peserta yang registrasi tadi duduk dibangku nomor dua dari depan. Saya duduk disampingnya. Namun, karena takut pandangan terhalang oleh orang yang didepan saya mengajak peserta tadi untuk pindah. Dia mau. Dan saya mendapat teman baru.
                Beberapa menit setelahnya, seorang peserta datang. Dia duduk disamping kanan saya. Kami berkenalan dan mengobrol sebentar. Mereka bedua masih maba. Dan saya sudah semester tua.
Lama kami menunggu acara dimulai. Hingga pada akhirnya sekitar pukul sembilan pembawa acara mulai membuka acaranya. Masih belum ada Boy Candra. Harus menunggu lagi. Badan saya agak pegal. Tepatnya bagian bahu. Lelah, duduk dari tadi pagi. Sekitar pukul 11 siang, Boy Candra pun datang. Sebelum penulis itu muncul, para peserta memanggil-manggil namanya. Senang. Akhirnya bertemu lagi.
Khusyuk saya mengikuti seminar Boy Candra. Sesekali tertawa mendengar gombalan Boy Candra yang terkesan lucu. Ya begitulah Boy Candra, penulis yang sempat bercita-cita menjadi artis itu selalu bisa membuat materi yang disampaikannya terlihat menarik. Usai acara, ternyata ada sesi foto dan tanda tangan. Alhamdulillah, untung saya bawa buku milik Boy Candra.
Dapat antrian belakang kali ini. Namun saya tak begitu lama menunggu. Sebelum meminta tanda tangan dan foto bersama, bang Boy sempat menoleh kearah saya. Saya tersenyum. Senang. Bahagia. Tak sia-sia saya main petak umpet dengan opang. Sebelumnya, saya sempat ingin kembali kemadura jika opang itu terus mengikuti saya.
Saat saya menghampiri Boy Candra, ternyata penulis satu ini masih ingat dengan saya.
“hey, ketemu lagi kita” begitu sapanya pada saya.
“kemarin ketemu di Jogja yah?” aku tak bisa menjawab dengan kalimat panjang. Meski kami berkali kali bertemu, rasanya masih mendebarkan bertemu dengan penulis satu ini.
“kamu kuliahnya di Jogja apa Surabaya sih” tanyanya sembari menuliskan ucapan selamat ulang tahun di buku jatuh dan cinta milik ku.
Sebenarnya, saat di jogja lalu, saya sudah berencana meminta tulisan “semangat skripsian” dan “selamat ulang tahun” namun karena saya gugup, saya jadi lupa. Akhirnya dua buku itu bertuliskan “semangat skripsian” semua.
Karena masih ingin mendapat ucapan selamat ulang tahun, buku yang saya bawa kali ini saya mintai tulisan itu. Bang Boy sempat bertanya juga “kamu ulang tahun sekarang?” aih uda.
Selesai tanda tangan, kami foto bersama. Namun, sayang, fotonya ngeblur. Saya sempat berfikir untuk meminta foto lagi, namun saya mengurungkan niat. Saya malu sama Bang Boy. Nanti dipikir cari-cari kesempatan lagi. Hmm, soalnya sebelum foto dengan Boy Candra ada salah satu peserta yang mau minta foto lagi.
Siang itu, rencananya selepas megikuti acara seminar saya pergi ke kampung ilmu. Namun karena tubuh terasa lelah, saya mengurungkan niat. Dan dari seminar itu, sertifikatnya tidak langsung diberikan. Bisa diambil H+5 acara kata panitia. Hm, apa saya harus kembali ke Unesa lagi?
Duduk sebentar didepan gedung Gema, kemudian saya memesan ojol. Sempat dapat ojol, kemudian di cansel. Mungkin memang belum rezeki. Beberapa menit, alhamdulillah dapat ojol pengganti. Bapaknya suka sekali bercerita. Tentang Unesa, tentang anaknya, tentang pendidikan jaman sekarang, tentang gadget, tentang pekerjaan, bahkan tentang cari calon suami. Katanya, jangan cari calon suami di lingkungan tempat aku turun. Disana, banyak orang yang terima uang haram. Baiklah bapak, terimakasih untuk petuah yang diberikan.
Cukup lama kami bercerita, rasanya tak ada jeda. Perjalanan juga cukup lama. Lumayan membuat mulut bapaknya berbusa. Turun dari kapal, saya pesan JAM lagi. Yaaa, itu satu-satunya alternatif. Gak mungkin juga minta jemput teman, atau bahkan naik angkot, apalagi pesan ojol.
Sampai kost, ternyata mati listrik. Mau makan gas habis. Sedih saya. Malamnya, saya mau pesan makanan lewat JAM. Baru makan sekali, pas tadi pagi. Itupun tak habis. Namun saya tak jadi pesan makanan lewat JAM. Salah satu teman kost berbaik hati mengajak saya beli makanan. Alhamdulillah, Allah selalu kirimkan teman yang baik.
Besok saya pulang, kerumah. Saya sedih tinggal di indekost. Banyak cerita yang membuat saya menangis. Saya lelah. Namun saya selalu coba menikmati dan menerima. Barangkali memang beginilah kehidupan. Bismillah, tahun depan saya keluar dari pulau terpencil ini. Sekarang saya sedang berusaha menyelesaikan skripsi. Fase dimana sama sekali tak pernah saya duga akan saya jalani. Masih terasa seperti mimpi. Kapan-kapan deh saya menulis tentang skripsi. Jangan sekarang, Bab 1 saya masih belum tersentuh.

Saturday, October 6, 2018

Goresan Tinta untuk Boy Candra (bag.4)


hai.... alhamdulillah setelah sekian lama akhirnya aku bisa melanjutkan catatan tentang Boy Candra kembali^^

alhamdulillah bisa ketemu dan foto bareng Bang Boy lagi.

ini foto pas Bang Boy sudah selesai jelasin buku terbarunya dan jawab pertanyaan dari pembaca.
desek-desekan tau, untuk dapat di posisi aku.
tau gak aku yang mana?

ini pas waktu acaranya. Bang Boy jelasin tentang isi bukunya Malik dan Elsa
empat kali kami ketemu. costumnya hampir sama ya. walau dipaksain haha.
seneng banget.


ada senengnya, ada sedihnya. nano-nano rasanya

yessss lengkap sudah. semua ada tulisan dan tanda tangannya Bang Boy


Aku senang, ketika dapat melanjutkan cerita tentang perjalanan yang aku tulis. Seperti kisah ini, alhamdulillah berlanjut kembali.
Dihari terakhir pada bulan September, aku tak pernah menyangka akan benar-benar kejadian bertemu dengan Boy Candra. Seorang penulis buku yang sering sekali aku ceritakan di blogku. Penulis pertama yang membuatku termotivasi. Sebelumnya aku tidak pernah benar-benar mempedulikan seseorang, apalagi mengikuti kisahnya, bahkan membeli karyanya. Aku tak pernah benar-benar mengidolakan seorang artis, penyanyi atau sastrawan. Dan baru kali ini aku mengikuti karya seorang penulis. Membeli bukunya, membaca tulisannya, bahkan sampai  bertemu dengannya. Hhmmm, bagiku ini sangat luar biasa.
Banyak sekali teman-temanku yang menganggap ini lelucon. Menyukai seorang penulis karya sastra yang memiliki genre tulisan galau. Padahal ada banyak penulis-penulis yang menurut mereka karyanya jauh lebih booming dan jauh lebih tinggi tingkat penulisan bahasanya. Mereka juga sering mengaitkan segala sesuatu dengan penulis yang satu ini, kalau aku bahas yang galau-galau dikit mereka selalu bilang “hu Boy Candranya keluar.” Ya begitulah mereka, teman-temanku yang sering ngatain. Kalau istilah jawanya “nggojloki”. Namun, aku sih masa bodoh ya, mau mereka pro atau kontra tidak ada urusannya. Lagipula yang menikmati karya Bang Boy aku, beli buku bang Boy juga dengan uangku, yang ketemu bang Boy juga aku. Jadi untuk apa mengurusi orang lain.
Well, tahun ini, akhirnya di bulan kelahiranku. Bulan September. Tuhan kasih hadiah yang istimewa untukku, Alhamdulillah bulan ini dikasih kesempatan main di Jogja lagi. Bisa ketemu Boy Candra secara langsung. Rasanya udah gak sabar banget pengen ketemu.
Kurang lebih dua bulan yang lalu aku baru saja mengunjungi Jogja. Bisa dikatakan jarak kunjungannya cukup dekat. Baru dua bulan. Tapi sudah hampir satu tahun aku tak jumpa Bang Boy. Karena aku sudah semester akhir, jadi untuk menyusun jadwal mudah saja karena tak ada jam kuliah. Aku berangkat ke Jogja hari jumat, tanggal 28 September. Acara tur buku bang Boy sendiri masih dua hari lagi. Hari minggu. Sebelum bertemu bang Boy aku sudah membawa dua buku karangan bang Boy. Juga sebuah topi berwarna hitam yang betuliskan “penulis”. Yaps, topi itu juga sudah siap untuk ditanda tangani Bang Boy.
Meskipun bisa dikatakan sudah berkali-kali bertemu bang Boy, namun rasanya masih spesial sekali bisa bertatap muka dengannya, dan diacara tur buku kali ini aku berharap dapat tempat duduk sih, biar terkesan tamu VIP gitu. Tapi belum rezeki. Aku berangkat sekitar pukul 14.30 WIB, sebenarnya sudah punya firasat kalau bakalan gak dapat tempat duduk, dan ternyata benar  haha. Aku berangkat  ke Gramedia Sudirman sendirian. Naik ojol. Siang itu awan tampak seperti akan turun hujan, dan akupun mulai merasa cemas. Takut kalau-kalau sebelum aku berangkat hujan sudah turun terlebih dulu. Namun alhamdulillah tidak jadi turun hujan. Saat sampai dilokasi bang Boy masih belum datang. Agak sedikit lama aku menunggu. Sempat juga aku berkenalan dengan seorang teman, namun aku sudah lupa namanya dan lupa dimana tempat tinggalnya. Ah dasar pelupa.
            Sebelum Bang Boy datang menyapa kami para pembaca karyanya, ada salah satu seniman jogja yang menghibur kami dengan alunan lagu galau. Beberapa saat kemudian, setelah menunggu agak lama akhirnya bang Boy muncul juga. Beberapa remaja bersorak menyambut kedatangannya. Aku juga ikut bersorak, namun dari dalam hati.
            Sekitar kurang lebih satu jam bang Boy memnyampaikan isi buku malik dan elsa, pada beberapa kesempatan ia juga menjawab pertanyaan dari pembaca. Usai bang Boy menjawab pertanyaan para pembaca sudah menyiapkan buku-buku mereka untuk diberi tanda tangan dan berfoto. Namun, sebelumnya para pembaca harus mengambil nomor urut terlebih dulu. Alhamdulillah, aku dapat nomor urut tak begitu bawah. Nomor 23.
            Kali ini, edisi tanda tangannya tak perlu berdesak-desak untuk mendapat nomor urut paling depan. Aku agak sedikit dag dig saat naik keatas. Sudah kusiapkan dua buku bang Boy dan satu topi untuk ditanda tangani.
            Saat aku keatas, aku agak terkejut. Bang Boy menyapaku. Katanya “Hai. Dari Surabaya ya,” aku terkejut. Kami sempat mengobrol banyak hal saat bang Boy memberi goresan pada buku ku. Dia bertanya banyak hal. Saat kubilang “bukunya dikasih tulisan semangat skripsian ria aja ya bang” bang Boy membalasnya dengan pertanyaan.
“oh udah skripsian kamu?”
“iya bang udah.”
“semester berapa?”
“semester 7 bang,”
“kuliah dimana kamu?”
“di Trunojoyo Madura bang. Abang pernah kesana dulu kan?”
Bang boy juga sempat bertanya perihal akun youtube. “Kamu punya youtube yah?” aduhhhhh aku grogi. Sampai-sampai buku yang satunya itu harusnya di tulis selamat ulang tahun, eh malah ditulis semangat skripsian semua. Aku lupa gak bilang hmmm...
Selain buku aku juga meminta bang Boy untuk mendatangi topiku. Topi yang beberapa bulan yang lalu ku pesan dari mbak finda. Dan bolpoint untuk menandatanganinya aku nitip di waki.
Saat kuberikan topiku untuk ditanda tangani bang Boy, bang boy tanya lagi “udah punya buku?” aihhh aku tak sanggup jawabnya. Aku belum punya buku Bang. Ya, walau beberapa tulisanku udah dibukukan. Dan pada saat semua yang kuberikan sudah berisi tulisan bang Boy kami segera berfoto, kemudian aku bersiap turun. Masih ada getaran, dag dig dug saat berjabat tangan dengan bang Boy. Setelah aku bersiap turun, bang boy said, “semangat ya Ria.” Aaaaakkk aku Cuma bisa senyum sambil nunduk. Ahh seneng banget rasanya. Rada kenceng pulak bilangnya.
Ini kali kedua aku ketemu bang Boy di gramedia Sudirman. Seneng banget. setelah aku dapat tanda tangan aku gak langsung pulang. Aku nontonin bang Boy sampek acara selesai. Sekitar pukul 5 sore semua sudah dibereskan. Dengan berat, aku terpaksa pulang. Segera kupesan ojek. Dan diperjalanan, sedih banget rasanya. Udah selesai ya ini? masih kayak mimpi rasanya tauuuuuu. Seneng. Gak nyangka. Dan semoga ada pertemuan selanjutnya. Kalau jadi sih hari sabtu nanti tanggal 13 Oktober aku mau ikut seminar bang Boy di Surabaya. Aku udah daftar. Tapi aku belum bilang mbak Tika. Ragu soal e. Takut dimarahi apalagi jarak dari Universitas Trunojoyo ke Unesa gak deket, dan lagi aku kan gak naik motor. Doakan saja ya bisa ketemu bang Boy lagi. Aamiin.
Jumpa lagi di catatan perjalananku selanjutnya ^^