Halaman

About

Facebook

Friday, October 26, 2018

Jogja Story Bag. 6





Akhir september ini, saya putuskan untuk mengunjungi kota pelajar lagi. Kota yang selalu dibilang oleh orang-orang banyak meninggalkan kerinduan. Beberapa minggu yang lalu memang sudah ada rencana untuk berkunjung ke Jogja. Sekadar ingin melihat kost yang baru ditinggali kakak perempuan saya. Juga sekalian menonton tur buku penulis favorit saya. Kakak saya sudah memesan tiket untuk tanggal 28, hari jumat. Meski masih belum tahu saya memiliki acara dkampus atau tidak, namun saya rasa hari jumat akan selalu free. Tak akan ada bimbingan atau acara yang lainnya. Namun, ternyata saya melupakan sesuatu, tanggal 29 harusnya ada acara wisuda. Saya lupa tentang ini.
Satu minggu sebelum saya berangkat, saya mendapat kabar, katanya wisuda di undur satu minggu. Alhamdulillah, bisa ke Jogja dengan perasaan yang tenang. Pasalnya tiket tak mungkin bisa dibatalkan. Acara tur buku penulis favorit saya juga tak akan bisa dirubah.
Malam sebelum saya berangkat, saya menyiapkan bekal terlebih dulu. Untuk besok diperjalanan, takutnya saya lapar. Jogja madura, jaraknya tidak dekat. pagi harinya, saya bangun pukul empat subuh. Bersiap dan kemudian berangkat dari indekost pukul 7 pagi. Saya diantar oleh teman saya kepelabuhan. Namun belum ada kapal yang bersandar saat kami sampai, jadi kami harus menunggu bebarapa menit. Karena belum ada kapal, teman saya menemani untuk menunggu kapal bersandar.
Sebelum naik ke kapal, saya bertemu salah seorang teman, alhamdulillah kali ini tidak sendiri didalam kapal. Sampai di dermaga Ujung Surabaya, saya berjalan sedikit ke dekat polres. Pesan ojol (ojek online). Tak begitu lama ojolpun datang. Kami segera meluncur ke stasiun gubeng.
Awalnya, saya fikir saya naik kereta dari stasiun gubeng baru, tapi ternyata saya salah, harusnya di gubeng lama. Alhasil saya harus berjalan lewat jalan raya untuk berpindah stasiun. Saya tidak begitu terburu-buru. Di stasiun Gubeng Baru saya masih sempat duduk agak lama dan mengabari mbak Tika. Lagipula masih sekitar pukul sembilan saat itu, dan kereta saya berangkat pukul 10.45 wib.
Namun, terdamparnya saya distasiun gubeng baru ada hikmahnya. Adalah pokoknya ya, kalian tak perlu tahu. Agak jauh untuk pergi ke gubeng lama, karena saya lewat luar. Sebenarnya lewat dalampun bisa, tapi saya tidak tahu. Saya sudah bertanya ke satpam, dikasih tau juga lewat jalan raya bukan lewat dalam. Agak panas dan seperti orang hilang, karena masih sedikit bingung saya bertanya ke mas-mas yang saat itu papasan dengan saya dijalan. Sudah biasa saya tanya ke orang tak dikenal, dan alhamdulillah selalu bertemu orang baik.
Di gubeng lama, saya juga harus menuggu agak lama. Tiba-tiba seorang laki-laki duduk disamping saya. Umurnya masih sekitar 20 keatas. Masnya cerewet, banyak tanya, tapi saya hanya balas dengan kalimat cuek. Malas menanggapi. Akhirnya mas itu pergi sendiri.
            Perjalanan dari surabaya sampai ke Jogja 6jam. Saya mabok. Perut agak sedikit mual. Sampai disolo saya memejamkan mata, biasanya kalau saya mual kemudian tidur mualnya akan hilang. Benar saja, agak sedikit membaik setidaknya.
            Saya turun di stasiun lempuyangan, saya dijemput kakak. Hmm, selalu repot kalau dijemput distasiun, dapat omelan. Sekitar setengah lima sore saya sampai di stasiun lempuyangan. Setelah menemukan keberadaan kakak saya, kami langsung menuju indekost.
            Istirahat, kemudian makan. Saya makan sedikit, karena perut masih mual. Bekal yang saya bawa dari kost belum saya makan sama sekali, jadi saya makan saat sampai di kost.
            Indekost Mbak Tika kali ini memang lebih lengkap, sudah ada dapur dan wastafel tempat mencuci piring. Jadi tak perlu lagi jongkok untuk mencuci piring. Ditambah lagi sudah ada kulkas, sekarang tak perlu membeli es kalau haus. Makanan juga lebih awet karena bisa ditaruh kulkas.
            Hari sabtu pagi, saya diajak pergi ke pasar. Lupa pasar apa namanya. Agak jauh dari indekost. Belanja untuk keperluan makan beberapa hari kedepan. Keliling cari bahan. Pulang dari pasar, istirahat sebentar dan kemudian diajak mbak pergi ke kantornya.
            Banyak hal saya lakukan sendirian di Jogja. Dari mulai datang ke tur buku penulis favorit, ke sunmor (Sunday morning ugm), ke toko buku, bahkan ke malioboro. Jogja selalu indah untuk dikunjungi. Dimanapun tempat menginapnya, apapun kegiatannya Jogja masih jadi tempat untuk kembali. Dari beberapa kunjungan saya di jogja, saya ingin sekali menikmati malioboro pada sore hingga malam hari. Semoga ya, kapan-kapan entah bersama siapa.
            Saya kembali ke madura pada hari rabu, malam harinya saya sempat berbelanja kebutuhan dulu bersama kakak. Dan pagi sekitar pukul setengah tujuh pagi saya berangkat ke stasiun Jogja. Agak terburu-buru, padahal pengen foto di stasiun Jogja, tapi gagal.
            Jogja, jangan bosan ya aku kunjungi. Walaupun nanti kalau mbak Tika tak lagi berada disana, semoga masih bisa pergi kesana. Atau mungkin aku menetap disana? Ah, Jogja terlalu indah dan nyaman. Betah banget disana.
Jogja Story Bag. 6

Akhir september ini, saya putuskan untuk mengunjungi kota pelajar lagi. Kota yang selalu dibilang oleh orang-orang banyak meninggalkan kerinduan. Beberapa minggu yang lalu memang sudah ada rencana untuk berkunjung ke Jogja. Sekadar ingin melihat kost yang baru ditinggali kakak perempuan saya. Juga sekalian menonton tur buku penulis favorit saya. Kakak saya sudah memesan tiket untuk tanggal 28, hari jumat. Meski masih belum tahu saya memiliki acara dkampus atau tidak, namun saya rasa hari jumat akan selalu free. Tak akan ada bimbingan atau acara yang lainnya. Namun, ternyata saya melupakan sesuatu, tanggal 29 harusnya ada acara wisuda. Saya lupa tentang ini.
Satu minggu sebelum saya berangkat, saya mendapat kabar, katanya wisuda di undur satu minggu. Alhamdulillah, bisa ke Jogja dengan perasaan yang tenang. Pasalnya tiket tak mungkin bisa dibatalkan. Acara tur buku penulis favorit saya juga tak akan bisa dirubah.
Malam sebelum saya berangkat, saya menyiapkan bekal terlebih dulu. Untuk besok diperjalanan, takutnya saya lapar. Jogja madura, jaraknya tidak dekat. pagi harinya, saya bangun pukul empat subuh. Bersiap dan kemudian berangkat dari indekost pukul 7 pagi. Saya diantar oleh teman saya kepelabuhan. Namun belum ada kapal yang bersandar saat kami sampai, jadi kami harus menunggu bebarapa menit. Karena belum ada kapal, teman saya menemani untuk menunggu kapal bersandar.
Sebelum naik ke kapal, saya bertemu salah seorang teman, alhamdulillah kali ini tidak sendiri didalam kapal. Sampai di dermaga Ujung Surabaya, saya berjalan sedikit ke dekat polres. Pesan ojol (ojek online). Tak begitu lama ojolpun datang. Kami segera meluncur ke stasiun gubeng.
Awalnya, saya fikir saya naik kereta dari stasiun gubeng baru, tapi ternyata saya salah, harusnya di gubeng lama. Alhasil saya harus berjalan lewat jalan raya untuk berpindah stasiun. Saya tidak begitu terburu-buru. Di stasiun Gubeng Baru saya masih sempat duduk agak lama dan mengabari mbak Tika. Lagipula masih sekitar pukul sembilan saat itu, dan kereta saya berangkat pukul 10.45 wib.
Namun, terdamparnya saya distasiun gubeng baru ada hikmahnya. Adalah pokoknya ya, kalian tak perlu tahu. Agak jauh untuk pergi ke gubeng lama, karena saya lewat luar. Sebenarnya lewat dalampun bisa, tapi saya tidak tahu. Saya sudah bertanya ke satpam, dikasih tau juga lewat jalan raya bukan lewat dalam. Agak panas dan seperti orang hilang, karena masih sedikit bingung saya bertanya ke mas-mas yang saat itu papasan dengan saya dijalan. Sudah biasa saya tanya ke orang tak dikenal, dan alhamdulillah selalu bertemu orang baik.
Di gubeng lama, saya juga harus menuggu agak lama. Tiba-tiba seorang laki-laki duduk disamping saya. Umurnya masih sekitar 20 keatas. Masnya cerewet, banyak tanya, tapi saya hanya balas dengan kalimat cuek. Malas menanggapi. Akhirnya mas itu pergi sendiri.
            Perjalanan dari surabaya sampai ke Jogja 6jam. Saya mabok. Perut agak sedikit mual. Sampai disolo saya memejamkan mata, biasanya kalau saya mual kemudian tidur mualnya akan hilang. Benar saja, agak sedikit membaik setidaknya.
            Saya turun di stasiun lempuyangan, saya dijemput kakak. Hmm, selalu repot kalau dijemput distasiun, dapat omelan. Sekitar setengah lima sore saya sampai di stasiun lempuyangan. Setelah menemukan keberadaan kakak saya, kami langsung menuju indekost.
            Istirahat, kemudian makan. Saya makan sedikit, karena perut masih mual. Bekal yang saya bawa dari kost belum saya makan sama sekali, jadi saya makan saat sampai di kost.
            Indekost Mbak Tika kali ini memang lebih lengkap, sudah ada dapur dan wastafel tempat mencuci piring. Jadi tak perlu lagi jongkok untuk mencuci piring. Ditambah lagi sudah ada kulkas, sekarang tak perlu membeli es kalau haus. Makanan juga lebih awet karena bisa ditaruh kulkas.
            Hari sabtu pagi, saya diajak pergi ke pasar. Lupa pasar apa namanya. Agak jauh dari indekost. Belanja untuk keperluan makan beberapa hari kedepan. Keliling cari bahan. Pulang dari pasar, istirahat sebentar dan kemudian diajak mbak pergi ke kantornya.
            Banyak hal saya lakukan sendirian di Jogja. Dari mulai datang ke tur buku penulis favorit, ke sunmor (Sunday morning ugm), ke toko buku, bahkan ke malioboro. Jogja selalu indah untuk dikunjungi. Dimanapun tempat menginapnya, apapun kegiatannya Jogja masih jadi tempat untuk kembali. Dari beberapa kunjungan saya di jogja, saya ingin sekali menikmati malioboro pada sore hingga malam hari. Semoga ya, kapan-kapan entah bersama siapa.
            Saya kembali ke madura pada hari rabu, malam harinya saya sempat berbelanja kebutuhan dulu bersama kakak. Dan pagi sekitar pukul setengah tujuh pagi saya berangkat ke stasiun Jogja. Agak terburu-buru, padahal pengen foto di stasiun Jogja, tapi gagal.
            Jogja, jangan bosan ya aku kunjungi. Walaupun nanti kalau mbak Tika tak lagi berada disana, semoga masih bisa pergi kesana. Atau mungkin aku menetap disana? Ah, Jogja terlalu indah dan nyaman. Betah banget disana.

0 comments:

Post a Comment