Halaman

About

Facebook

Sunday, October 14, 2018

Goresan Tinta untuk Boy Candra (bag.5)

Pada tiap pertemuan kami, aku selalu berdoa agar ini tidak jadi pertemuan yang terakhir.



Masih pagi, sekitar pukul set 8 baru dua peserta yang sudah ambil tempat duduk.

Ini saat Boy Canda menyampaikan materi, sesekali penulis satu ini ngegombal. gombalannya lucu, tapi ada juga yang sweet wkwkw.

Lucu banget, mas ketum hmjnya tinggi, lebih tinggi dari bang Boy, Terus bang Boy naik ke tangga. Biar tingginya sama

Seneng banget dia dikasih ini. Sempat posting di instagram juga, katanya jadi lebih cakep digambar haha.

akhirnya dapat ucapan selamat ulang tahun.

udaaa, foto kita ngeblur. Jadi aku sensor aja ya. Btw kostum kita kali ini beda. Nyesel, padahal sebelemnya sempat berencana pakek baju abu-abu muda.

udah dikasih ucapan, kumintai dia kasih tanggalnya, pas udah dikasih tanggal, kumintai dikasih nama. pas minta foto, kuminta dia berdiri. maafkan teman tumbuhmu ini yang merepotkan bang wkwk.


13 Oktober 2018
Ini adalah Ke-Lima kalinya saya bertemu dengan Boy Candra. Sekitar 2minggu yang lalu, di tanggal 30 September 2018 saya juga sempat bertemu dengan Boy Candra di Jogja. Acara tur buku. Dengan kaos putih yang bergambarkan buku Malik dan Elsa, Boy Candra menyapa pembacanya yang hadir di Gramedia Sudirman Yogyakarta. Jika kamu penasaran dengan cerita sebelumnya, kamu bisa membacanya di blog saya, pada postingan sebelumnya.
Kali ini, dikesempatan dan diacara yang berbeda kami bertemu lagi. Acara seminar di Surabaya. Anak-anak Menejemen Unesa yang menyelenggarakannya. Sebelumnya, saya daftar acara ini lewat instagram. Salah satu panitia yang menyelenggarakannya saya dm. Sekitar pukul 12 malam di hari rabu, usai rapat ukm yang saya ikuti dikampus saya mampir ke Atm sebentar untuk mentransfer. Hari itu hari terakhir pembayaran, maka saya harus segera transfer. Tak peduli walau itu sudah malam.
Saya pulang bersama adik tingkat saya, jalan kaki. Namun hanya sampai kafe kampus. Capek, ketum belum mau pulang. Padahal hari itu saya baru kembali dari jogja. Malamnya harus ikut rapat hingga larut malam. Lelah. Sampek nangis di wdk. Tapi si ketum tak peduli. Akhirnya saya dengan adik tingkat saya ijin beli nasi, namun tak kembali.
                Awalnya saya sedikit ragu untuk mendaftar, banyak berfikir. Itulah sebabnya saya daftar paling akhir. Saya belum pernah ke UNESA. Ditambah lagi, kemarin kan sudah bertemu Boy Candra, mau ketemu lagi? Namun, hati kecil saya meyakinkan. Seolah berkata, “ayo Ri, kapan lagi ikut seminar Boy Candra. Sekalian juga main ke Unesa. Jarang-jarang kan?” ah, kali ini saya tak dapat menahan diri.
                Hari H acara ini berlangsung,  saya bangun sekitar pukul 4 subuh, bersiap solat, mandi, makan, dan persiapan lainnya. Sengaja. Saya takut terlambat dan tak dapat bangku paling depan, maka saya putuskan berangkat pagi. Setengah 6 saya berangkat ke pelabuhan. Naik ojek. JAM namanya. Jasa Antar Mahasiswa. Saya biasa menggunakan jasa itu saat akan kepelabuhan. Disamping cepat. Juga nyaman. Dan tak perlu menunggu lama. Kalau naik angkot, harus menunggu angkotnya ngetime terlebih dulu. Saya tak suka, tak bisa mengira-ngira sampai disana kapan kalau harus menunggu angkot ngetime. Mau pesan ojol, disini belum ada. Sedih kadang.
                Alhamdulillah, sampai dipelabuhan langsung dapat kapal. Turun dari kapal sekitar pukul 6 lebih beberapa menit. Saya berjalan menuju jalan kalianget untuk pesan ojol. Jalanan itu memang sering digunakan masyarakat untuk memesan ojol. Karena dirasa aman dari opang (ojek pangkalan) dan angkot. Namun, pagi itu saya kurang beruntung. Harus main petak umpet dulu dengan opang. Saya di ikuti. Bahkan saya sempat sembunyi dibalik trek. Dan masih saja di ikuti. Saya takut. Tapi saya masih berusaha lolos dari si opang nakal itu. Saya jalan ke selatan, di ikuti. Saya berbalik jalan ke utara, di ikuti juga. Saya berhenti, dia berhenti. Kesal. Untung saat saya di ikuti si opang nakal itu, ojol pesanan saya belum datang. Saya takut. Bagaimana tidak, dijalan kalianget itu kiri kanan trek semua. Tak ada manusia yang tampak seperti orang baik L. Hingga pada akhirnya saya berjalan lurus keselatan. Dan opang itu juga ikut berbalik keselatan, namun tak terlihat kembali. Alhamdulillah aman. Beberapa menit setelah opang hilang, ojolku datang. Oke bapak ojol, mari kita menemui bang Boy ke Unesa.
                Perjalanan ke Unesa, saya dapat petuah dari bapak ojol perihal opang. Saya juga sempat curhat. Tak beberapa lama akhirnya saya sampai juga di Unesa. Sekitar pukul 07.09 wib. Sampai disana, bermaksud ingin segera registrasi supaya dapat tempat duduk didepan, eh kata mbak panitia registrasi dimulai jam 8.
                Saya menunggu diluar, duduk sendirian. Belum ada jam delapan, salah satu peserta masuk. Dia registrasi. Akhirnya saya ikut masuk juga. Baru dua orang yang datang. Peserta yang registrasi tadi duduk dibangku nomor dua dari depan. Saya duduk disampingnya. Namun, karena takut pandangan terhalang oleh orang yang didepan saya mengajak peserta tadi untuk pindah. Dia mau. Dan saya mendapat teman baru.
                Beberapa menit setelahnya, seorang peserta datang. Dia duduk disamping kanan saya. Kami berkenalan dan mengobrol sebentar. Mereka bedua masih maba. Dan saya sudah semester tua.
Lama kami menunggu acara dimulai. Hingga pada akhirnya sekitar pukul sembilan pembawa acara mulai membuka acaranya. Masih belum ada Boy Candra. Harus menunggu lagi. Badan saya agak pegal. Tepatnya bagian bahu. Lelah, duduk dari tadi pagi. Sekitar pukul 11 siang, Boy Candra pun datang. Sebelum penulis itu muncul, para peserta memanggil-manggil namanya. Senang. Akhirnya bertemu lagi.
Khusyuk saya mengikuti seminar Boy Candra. Sesekali tertawa mendengar gombalan Boy Candra yang terkesan lucu. Ya begitulah Boy Candra, penulis yang sempat bercita-cita menjadi artis itu selalu bisa membuat materi yang disampaikannya terlihat menarik. Usai acara, ternyata ada sesi foto dan tanda tangan. Alhamdulillah, untung saya bawa buku milik Boy Candra.
Dapat antrian belakang kali ini. Namun saya tak begitu lama menunggu. Sebelum meminta tanda tangan dan foto bersama, bang Boy sempat menoleh kearah saya. Saya tersenyum. Senang. Bahagia. Tak sia-sia saya main petak umpet dengan opang. Sebelumnya, saya sempat ingin kembali kemadura jika opang itu terus mengikuti saya.
Saat saya menghampiri Boy Candra, ternyata penulis satu ini masih ingat dengan saya.
“hey, ketemu lagi kita” begitu sapanya pada saya.
“kemarin ketemu di Jogja yah?” aku tak bisa menjawab dengan kalimat panjang. Meski kami berkali kali bertemu, rasanya masih mendebarkan bertemu dengan penulis satu ini.
“kamu kuliahnya di Jogja apa Surabaya sih” tanyanya sembari menuliskan ucapan selamat ulang tahun di buku jatuh dan cinta milik ku.
Sebenarnya, saat di jogja lalu, saya sudah berencana meminta tulisan “semangat skripsian” dan “selamat ulang tahun” namun karena saya gugup, saya jadi lupa. Akhirnya dua buku itu bertuliskan “semangat skripsian” semua.
Karena masih ingin mendapat ucapan selamat ulang tahun, buku yang saya bawa kali ini saya mintai tulisan itu. Bang Boy sempat bertanya juga “kamu ulang tahun sekarang?” aih uda.
Selesai tanda tangan, kami foto bersama. Namun, sayang, fotonya ngeblur. Saya sempat berfikir untuk meminta foto lagi, namun saya mengurungkan niat. Saya malu sama Bang Boy. Nanti dipikir cari-cari kesempatan lagi. Hmm, soalnya sebelum foto dengan Boy Candra ada salah satu peserta yang mau minta foto lagi.
Siang itu, rencananya selepas megikuti acara seminar saya pergi ke kampung ilmu. Namun karena tubuh terasa lelah, saya mengurungkan niat. Dan dari seminar itu, sertifikatnya tidak langsung diberikan. Bisa diambil H+5 acara kata panitia. Hm, apa saya harus kembali ke Unesa lagi?
Duduk sebentar didepan gedung Gema, kemudian saya memesan ojol. Sempat dapat ojol, kemudian di cansel. Mungkin memang belum rezeki. Beberapa menit, alhamdulillah dapat ojol pengganti. Bapaknya suka sekali bercerita. Tentang Unesa, tentang anaknya, tentang pendidikan jaman sekarang, tentang gadget, tentang pekerjaan, bahkan tentang cari calon suami. Katanya, jangan cari calon suami di lingkungan tempat aku turun. Disana, banyak orang yang terima uang haram. Baiklah bapak, terimakasih untuk petuah yang diberikan.
Cukup lama kami bercerita, rasanya tak ada jeda. Perjalanan juga cukup lama. Lumayan membuat mulut bapaknya berbusa. Turun dari kapal, saya pesan JAM lagi. Yaaa, itu satu-satunya alternatif. Gak mungkin juga minta jemput teman, atau bahkan naik angkot, apalagi pesan ojol.
Sampai kost, ternyata mati listrik. Mau makan gas habis. Sedih saya. Malamnya, saya mau pesan makanan lewat JAM. Baru makan sekali, pas tadi pagi. Itupun tak habis. Namun saya tak jadi pesan makanan lewat JAM. Salah satu teman kost berbaik hati mengajak saya beli makanan. Alhamdulillah, Allah selalu kirimkan teman yang baik.
Besok saya pulang, kerumah. Saya sedih tinggal di indekost. Banyak cerita yang membuat saya menangis. Saya lelah. Namun saya selalu coba menikmati dan menerima. Barangkali memang beginilah kehidupan. Bismillah, tahun depan saya keluar dari pulau terpencil ini. Sekarang saya sedang berusaha menyelesaikan skripsi. Fase dimana sama sekali tak pernah saya duga akan saya jalani. Masih terasa seperti mimpi. Kapan-kapan deh saya menulis tentang skripsi. Jangan sekarang, Bab 1 saya masih belum tersentuh.

0 comments:

Post a Comment