Pada tiap pertemuan kami, aku selalu berdoa agar ini tidak jadi pertemuan yang terakhir.
![]() |
| Masih pagi, sekitar pukul set 8 baru dua peserta yang sudah ambil tempat duduk. |
![]() |
| Ini saat Boy Canda menyampaikan materi, sesekali penulis satu ini ngegombal. gombalannya lucu, tapi ada juga yang sweet wkwkw. |
![]() |
| Lucu banget, mas ketum hmjnya tinggi, lebih tinggi dari bang Boy, Terus bang Boy naik ke tangga. Biar tingginya sama |
![]() |
| Seneng banget dia dikasih ini. Sempat posting di instagram juga, katanya jadi lebih cakep digambar haha. |
![]() |
| akhirnya dapat ucapan selamat ulang tahun. |
![]() |
| udaaa, foto kita ngeblur. Jadi aku sensor aja ya. Btw kostum kita kali ini beda. Nyesel, padahal sebelemnya sempat berencana pakek baju abu-abu muda. |
![]() |
| udah dikasih ucapan, kumintai dia kasih tanggalnya, pas udah dikasih tanggal, kumintai dikasih nama. pas minta foto, kuminta dia berdiri. maafkan teman tumbuhmu ini yang merepotkan bang wkwk. |
13 Oktober 2018
Ini adalah Ke-Lima kalinya saya bertemu dengan Boy
Candra. Sekitar 2minggu yang lalu, di tanggal 30 September 2018 saya juga
sempat bertemu dengan Boy Candra di Jogja. Acara tur buku. Dengan kaos putih
yang bergambarkan buku Malik dan Elsa, Boy Candra menyapa pembacanya yang hadir
di Gramedia Sudirman Yogyakarta. Jika kamu penasaran dengan cerita sebelumnya,
kamu bisa membacanya di blog saya, pada postingan sebelumnya.
Kali ini, dikesempatan dan diacara yang berbeda
kami bertemu lagi. Acara seminar di Surabaya. Anak-anak Menejemen Unesa yang
menyelenggarakannya. Sebelumnya, saya daftar acara ini lewat instagram. Salah
satu panitia yang menyelenggarakannya saya dm. Sekitar pukul 12 malam di hari
rabu, usai rapat ukm yang saya ikuti dikampus saya mampir ke Atm sebentar untuk
mentransfer. Hari itu hari terakhir pembayaran, maka saya harus segera
transfer. Tak peduli walau itu sudah malam.
Saya pulang bersama adik tingkat saya, jalan kaki.
Namun hanya sampai kafe kampus. Capek, ketum belum mau pulang. Padahal hari itu
saya baru kembali dari jogja. Malamnya harus ikut rapat hingga larut malam. Lelah.
Sampek nangis di wdk. Tapi si ketum tak peduli. Akhirnya saya dengan adik
tingkat saya ijin beli nasi, namun tak kembali.
Awalnya
saya sedikit ragu untuk mendaftar, banyak berfikir. Itulah sebabnya saya daftar
paling akhir. Saya belum pernah ke UNESA. Ditambah lagi, kemarin kan sudah
bertemu Boy Candra, mau ketemu lagi? Namun, hati kecil saya meyakinkan. Seolah
berkata, “ayo Ri, kapan lagi ikut seminar Boy Candra. Sekalian juga main ke
Unesa. Jarang-jarang kan?” ah, kali ini saya tak dapat menahan diri.
Hari H acara ini
berlangsung, saya bangun sekitar pukul 4
subuh, bersiap solat, mandi, makan, dan persiapan lainnya. Sengaja. Saya takut
terlambat dan tak dapat bangku paling depan, maka saya putuskan berangkat pagi.
Setengah 6 saya berangkat ke pelabuhan. Naik ojek. JAM namanya. Jasa Antar
Mahasiswa. Saya biasa menggunakan jasa itu saat akan kepelabuhan. Disamping
cepat. Juga nyaman. Dan tak perlu menunggu lama. Kalau naik angkot, harus
menunggu angkotnya ngetime terlebih dulu. Saya tak suka, tak bisa mengira-ngira
sampai disana kapan kalau harus menunggu angkot ngetime. Mau pesan ojol, disini
belum ada. Sedih kadang.
Alhamdulillah, sampai
dipelabuhan langsung dapat kapal. Turun dari kapal sekitar pukul 6 lebih
beberapa menit. Saya berjalan menuju jalan kalianget untuk pesan ojol. Jalanan
itu memang sering digunakan masyarakat untuk memesan ojol. Karena dirasa aman
dari opang (ojek pangkalan) dan angkot. Namun, pagi itu saya kurang beruntung.
Harus main petak umpet dulu dengan opang. Saya di ikuti. Bahkan saya sempat
sembunyi dibalik trek. Dan masih saja di ikuti. Saya takut. Tapi saya masih
berusaha lolos dari si opang nakal itu. Saya jalan ke selatan, di ikuti. Saya
berbalik jalan ke utara, di ikuti juga. Saya berhenti, dia berhenti. Kesal.
Untung saat saya di ikuti si opang nakal itu, ojol pesanan saya belum datang.
Saya takut. Bagaimana tidak, dijalan kalianget itu kiri kanan trek semua. Tak
ada manusia yang tampak seperti orang baik L. Hingga pada akhirnya saya berjalan lurus
keselatan. Dan opang itu juga ikut berbalik keselatan, namun tak terlihat
kembali. Alhamdulillah aman. Beberapa menit setelah opang hilang, ojolku
datang. Oke bapak ojol, mari kita menemui bang Boy ke Unesa.
Perjalanan ke Unesa,
saya dapat petuah dari bapak ojol perihal opang. Saya juga sempat curhat. Tak
beberapa lama akhirnya saya sampai juga di Unesa. Sekitar pukul 07.09 wib.
Sampai disana, bermaksud ingin segera registrasi supaya dapat tempat duduk
didepan, eh kata mbak panitia registrasi dimulai jam 8.
Saya menunggu diluar,
duduk sendirian. Belum ada jam delapan, salah satu peserta masuk. Dia
registrasi. Akhirnya saya ikut masuk juga. Baru dua orang yang datang. Peserta
yang registrasi tadi duduk dibangku nomor dua dari depan. Saya duduk
disampingnya. Namun, karena takut pandangan terhalang oleh orang yang didepan
saya mengajak peserta tadi untuk pindah. Dia mau. Dan saya mendapat teman baru.
Beberapa menit
setelahnya, seorang peserta datang. Dia duduk disamping kanan saya. Kami
berkenalan dan mengobrol sebentar. Mereka bedua masih maba. Dan saya sudah
semester tua.
Lama kami menunggu acara dimulai. Hingga pada
akhirnya sekitar pukul sembilan pembawa acara mulai membuka acaranya. Masih belum
ada Boy Candra. Harus menunggu lagi. Badan saya agak pegal. Tepatnya bagian
bahu. Lelah, duduk dari tadi pagi. Sekitar pukul 11 siang, Boy Candra pun
datang. Sebelum penulis itu muncul, para peserta memanggil-manggil namanya.
Senang. Akhirnya bertemu lagi.
Khusyuk saya mengikuti seminar Boy Candra. Sesekali
tertawa mendengar gombalan Boy Candra yang terkesan lucu. Ya begitulah Boy
Candra, penulis yang sempat bercita-cita menjadi artis itu selalu bisa membuat
materi yang disampaikannya terlihat menarik. Usai acara, ternyata ada sesi foto
dan tanda tangan. Alhamdulillah, untung saya bawa buku milik Boy Candra.
Dapat antrian belakang kali ini. Namun saya tak
begitu lama menunggu. Sebelum meminta tanda tangan dan foto bersama, bang Boy
sempat menoleh kearah saya. Saya tersenyum. Senang. Bahagia. Tak sia-sia saya
main petak umpet dengan opang. Sebelumnya, saya sempat ingin kembali kemadura
jika opang itu terus mengikuti saya.
Saat saya menghampiri Boy Candra, ternyata penulis
satu ini masih ingat dengan saya.
“hey, ketemu lagi kita” begitu sapanya pada saya.
“kemarin ketemu di Jogja yah?” aku tak bisa
menjawab dengan kalimat panjang. Meski kami berkali kali bertemu, rasanya masih
mendebarkan bertemu dengan penulis satu ini.
“kamu kuliahnya di Jogja apa Surabaya sih”
tanyanya sembari menuliskan ucapan selamat ulang tahun di buku jatuh dan cinta
milik ku.
Sebenarnya, saat di jogja lalu, saya sudah
berencana meminta tulisan “semangat skripsian” dan “selamat ulang tahun” namun
karena saya gugup, saya jadi lupa. Akhirnya dua buku itu bertuliskan “semangat
skripsian” semua.
Karena masih ingin mendapat ucapan selamat ulang
tahun, buku yang saya bawa kali ini saya mintai tulisan itu. Bang Boy sempat
bertanya juga “kamu ulang tahun sekarang?” aih uda.
Selesai tanda tangan, kami foto bersama. Namun,
sayang, fotonya ngeblur. Saya sempat berfikir untuk meminta foto lagi, namun
saya mengurungkan niat. Saya malu sama Bang Boy. Nanti dipikir cari-cari
kesempatan lagi. Hmm, soalnya sebelum foto dengan Boy Candra ada salah satu
peserta yang mau minta foto lagi.
Siang itu, rencananya selepas megikuti acara
seminar saya pergi ke kampung ilmu. Namun karena tubuh terasa lelah, saya
mengurungkan niat. Dan dari seminar itu, sertifikatnya tidak langsung
diberikan. Bisa diambil H+5 acara kata panitia. Hm, apa saya harus kembali ke
Unesa lagi?
Duduk sebentar didepan gedung Gema, kemudian saya
memesan ojol. Sempat dapat ojol, kemudian di cansel. Mungkin memang belum
rezeki. Beberapa menit, alhamdulillah dapat ojol pengganti. Bapaknya suka
sekali bercerita. Tentang Unesa, tentang anaknya, tentang pendidikan jaman
sekarang, tentang gadget, tentang pekerjaan, bahkan tentang cari calon suami. Katanya,
jangan cari calon suami di lingkungan tempat aku turun. Disana, banyak orang
yang terima uang haram. Baiklah bapak, terimakasih untuk petuah yang diberikan.
Cukup lama kami bercerita, rasanya tak ada jeda. Perjalanan
juga cukup lama. Lumayan membuat mulut bapaknya berbusa. Turun dari kapal, saya
pesan JAM lagi. Yaaa, itu satu-satunya alternatif. Gak mungkin juga minta
jemput teman, atau bahkan naik angkot, apalagi pesan ojol.
Sampai kost, ternyata mati listrik. Mau makan gas
habis. Sedih saya. Malamnya, saya mau pesan makanan lewat JAM. Baru makan
sekali, pas tadi pagi. Itupun tak habis. Namun saya tak jadi pesan makanan
lewat JAM. Salah satu teman kost berbaik hati mengajak saya beli makanan. Alhamdulillah,
Allah selalu kirimkan teman yang baik.
Besok saya pulang, kerumah. Saya sedih tinggal di
indekost. Banyak cerita yang membuat saya menangis. Saya lelah. Namun saya selalu
coba menikmati dan menerima. Barangkali memang beginilah kehidupan. Bismillah,
tahun depan saya keluar dari pulau terpencil ini. Sekarang saya sedang berusaha
menyelesaikan skripsi. Fase dimana sama sekali tak pernah saya duga akan saya
jalani. Masih terasa seperti mimpi. Kapan-kapan deh saya menulis tentang
skripsi. Jangan sekarang, Bab 1 saya masih belum tersentuh.














0 comments:
Post a Comment