*cerpen karangan kelas 2 SMA
Aku masih termenung sendiri, di ruang yang tiada bunyi. Hari masih pagi, namun aku telah sampai di sekolah. Ya, ini adalah kebiasanku. Berangkat pagi. Berangkat pagi memang kegemaranku. Aku senang, karena sekolah masih sepi dan aku bisa tenang disini. Tanpa banyak suara. Tanpa banyak gangguan. Dan tanpa banyak tekanan. Aku, adalah pribadi yang tak banyak bicara. Ya, mungkin karena aku tak banyak bicara, aku tak memiliki banyak teman. Bahkan dengan teman satu bangkuku pun aku jarang mengobrol. Aku juga tak memiliki nomor ponselnya. Mungkin anak satu kelas tak ada yang memiliki nomor ponselku. Apakah duniaku hampa? Tidak. Tapi banyak orang berfikir bahwa duniaku ini hampa. Namun pada kenyataannya tak seperti itu. Aku senang membaca buku. Aku selalu ke perpustakaan setiap jam istirahat. Aku tak pernah ke kantin. Karena di kantin sangatlah ramai. Aku sangat tak menyukai itu. Perpustakaan lebih menyenangkan. Ketenangannya membuatku nyaman. Dan buku yang kubaca membuat duniaku tak lagi hampa.
Putry Adinda. Ya, itulah namaku. Aku adalah seorang gadis berambut panjang. Tapi, aku lebih suka mengikat rambutku ini. Ya. mengikatnya erat-erat dengan kuncir warna biruku. Berkulit putih, dan aku juga lumayan tinggi. Tapi aku selalu menolak ketika di pilih untuk menjadi anggota paskibraka. Bukan karena aku takut kulitku menjadi hitam, namun aku tak menyukainya. Enatah mengapa aku pun tak tau.
Tak ku sangka, jam dinding telah menunjukan pukul setengah tujuh. Namun anak-anak belum ada yang datang. “Kreek” tiba-tiba pintu ruang kelas itu bergeser. “Putra”, gumamku dalam hati. Dia sudah datang tenyata. Ini tak seperti biasa. Dia hampir selalu datang terlambat setiap hari.
“wohh, put kau sudah datang rupanya. Apa kau datang pagi setiap harinya?”
“Hemm... ya”jawabku singkat
“oh, begitu ya, apa teman-teman belum ada yang datang?” dia mencoba basa-basi
“seperti yang kau lihat”
“oh, begitu rupanya? Baiklah”
Aku selalu menjawab pertanyaan yang orang lontarkan padaku dengan singkat. Sekali lagi aku bukanlah pribadi yang banyak bicara. Aku hanya berbicara saat ada hal penting saja. Seperti presentasi tugas sekolah. Itu penyebabnya aku jarang memiliki teman.
Satu per satu murid sekelasku mulai berdatangan. Dan pelajaran pun dimulai. Kali ini pelajaran bhs.inggris. aku senang dengan pelajaran ini. Karena aku ingin sekali pergi ke luar negeri, meninggalkan rumah paman dan bibiku. Aku adalah anak yatim piatu. Aku telah ditinggalkan ayah dan ibuku semenjak lulus SD. Kemudian aku dirawat oleh paman dan istrinya, mereka berdua baik kepadaku. Mungkin karena mereka tidak memiliki seorang anak. Aku dianggap seperti anaknya sendiri, semua yang aku inginkan selalu mereka turuti. Namun aku tidaklah bahagia karena hal itu. Keluarga mereka tidak begitu harmonis. Paman dan bibi selalu bertengkar setiap hari. Itu membuatku tertekan. Setiap aku ingin memberi solusi, mereka selalu menyuruhku untuk diam. Oleh karena itu, sejak SMP sampai sekarang aku tak banyak bicara. Karna aku takut apa yang kukatakan itu salah.
“putry!!!” tiba-tiba aku mendengar suara.
“putry” suara itu terdengar lagi. Itu suara Mss. Jully.
“yes mis?” aku menjawabnya dengan suara lirih.
“apa yang sedang kau lamunkan ha?”
“tidak, tidak ada”
“keluar!!”
“apa?”
“dari pada kamu tidak fokus dengan materi yang saya berikan, lebih baik kamu keluar” miss. Jully menunjuk ke arah luar
“yes miss” ini adalah hal yang sudah biasa, dikeluarkan dari kelas karena sering melamun. Namun biarpun begitu, aku tetap menyukai pelajaran bhs.inggris.
“hay put” tiba-tiba putra keluar dari kelas.
“apa yang kau lakukan di sini?” tanyaku penasaran
“seperti yang kau lihat, aku saat ini sedang di hukum, sama sepertimu.” Dia tersenyum padaku. Aku tak lagi menjawabnya. Aku hanya diam.
***
Teng... teng... tepat pukul 2 bel sekolah berbunyi.
“put, putry, tunggu” tiba-tiba seseorang memanggilku dari belakang. Aku spontan menoleh. “Putra” gumamku. Kenapa akhir-akhir ini dia selalu mengikutiku? Ini membuatku tak nyaman.
“ada apa?” tanyaku pelan
“bolehkah aku.....”
“apa? Boleh apa? Cepatlah berbicara, aku ingin segara pulang.
“em... meminjam buku sejarahmu. Ya buku sejarah. Karena catatan ku masih kurang”
“ou, ini” aku mengulurkan buku sejarah milikku ke tangannya.
“ok terima kasih. Emm.. put bo..” belum selesai dia berbicara aku telah meninggalkannya. Karena aku tau dia ingin mengatakan apa. Dia ingin mengantarku pulang. Hampir setiap hari dia mengatakan itu, namun selalu aku menolaknya.
***
Aku melirik jam tangan kecil warna biruku. Jarum jam itu telah menujukkan pukul 15.05 WIB. Tapi, aku tak kunjung mendapatkan bus. Kaki kecilku telah merengek ingin istirahat. Sudah 1 jam lebih aku menunggu angkutan umum. Namun tiba-tiba mataku terpacu kepada satu titik di kejauhan sana. Aku melihat seorang pria. Aku seperti mengenalnya. Namun wajahnya tak begitu jelas karna tertutup oleh helm putih di kepalanya.
“ hay put, kau masih disini rupanya. Mau kuantarkan pulang?” tiba-tiba pria itu mengajakku untuk pulang dengannya.
“maaf kau ini siapa? Aku bahkan tak mengenalmu” jawabku sinis
“apa? Kau tak mengenalku? Aku putra. Teman satu kelasmu.” Tangannya memegang helm di kepalanya dan membukanya. Aku hanya bisa terdiam tak dapat berkata apa-apa. Aku malu. Sangat malu. spontan aku menundukkan kepalaku.
“tak apa. Kau tak usah malu. Aku tau aku tampak lebih keren saat mengendarai motor, itu sebabnya kau tak mengenaliku”
“Aku tak malu? Sama sekali tidak. Em.. tapi aku bisa pulang naik bus, aku yakin bus akan segera datang.” Tiba-tiba dari arah yang sama bus yang kutunggu datang. Tanpa pikir panjang, langsung kuarahkan kakiku menginjak pancatan bis itu. Kutinggalkan putra di sana. Di depan sekolah.
“Assalamualaikum.. bibi aku pulang” aku membuka pintu rumah dan melepas sepatu hitam ku.
“putry, kau sudah pulang rupanya. Ini bibi masakan lumpia kesukaanmu”
“terima kasih bi, aku akan memakannya ketika selesai ganti baju nanti” aku segera masuk ke kamarku. Kulihat ponselku. Ada satu pesan yang masuk. Aku mulai membukanya. Nomornya tak ku kenali. Siapa ini?
“hai putry, aku harap kau sampai rumah dengan Selamat”
Aku tak menghiraukan pesan itu, aku meletakkan poselku ke tempat tidurku. Dan aku segera makan. Rupanya waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam. Aku segera masuk kamar dan belajar. Dredd.... Dredd.... tiba-tiba ponselku bergetar. Aku segera membukanya. Pesan dari nomor itu lagi?
“belajarlah ya, fighting” siapa ini? Gumamku. Aku tak membalasnya.
***
Kring... kring...
Jam wekerku telah berbunyi, jarum kecil itu menunjukkan pukul setengah 5 pagi, aku segera mengambil air wudhu dan sholat subuh. Pukul 6 aku berangkat. Kakiku melangkah menuju kelas. Kelas XII IPS 2. Pagi ini pelajaran geografi. Hari ini pr geografi banyak sekali. Tapi aku sudah menyelesaikannya semalam. Jadi aku bisa santai pagi ini. Aku mulai memegang gagang pintu kelasku. Kudorong pintu itu perlahan-lahan.
“duarrrr”.
“huaaaaaa” aku meloncat dan berteriak.
“apa kau terkejut?” putra? Dia sudah datang? Gumamku.
“apa yang kau lakukan? Kau membuatku terkejut”.
“maaafkan aku. Emm.. aku hanya mau mengembalikan ini” dia menjulurkan buku sejarah yang dia pinjam kemarin.
“oh, ya”.
“bolehkah aku duduk di sampingmu? Untuk hari ini saja. Plisss” apa yang dia pikirkan saat ini? Sikap nya begitu aneh. Namun apa boleh buat. Tampangnya begitu memelas. Aku tak tega menolaknya.
“baiklah”.
Pelajaran telah dimulai. Namun putra tak berhenti berkecap. Dia selalu mengajakku berbicara. Tapi aku tak meresponnya. Namun, tetap saja aku dihukum karenanya. Aku harus keluar kelas.
“apa kau sudah puas sekarang? Sekarang kita berdua dihukum.” Sentakku.
“maafkan aku, aku hanya sangat gembira, karena aku bisa bersamamu saat ini. Oh ya, kenapa kau tak membalas pesan dariku?”.
“kau tidak memberi nama, jadi tak ku balas”.
“apakah jika aku memberi nama, kau akan membalasnya?”.
“jika itu tidak penting, aku tak akan membalasnya”.
“ouh.. sudah kuduga. Emm.. put bolehkah aku mengantarkan mu pulang? Kali ini saja. Kumohon. Pliiss.” Aku terdiam. Kata itu lagi yang dia lontarkan padaku. Aku tak kuasa menolaknya. Akhirnya aku menerima ajakannya.
Teng... teng...
Bel pulang telah berbunyi. Hari ini putra mengantarkanku pulang untuk pertama kalinya. Namun, ketika di perjalanan, dia melewati rumahku.
“hey, stop, itu yang tadi kau lewati rumahku. Stop!” aku menepuk pundaknya.
“hem.. ya i know. Tapi hari ini aku ingin mengajakmu jalan-jalan dulu ya. Ok”.
“apa? Kenapa kau tak mengatakan padaku tadi?”
“tapi, yang penting kan aku sekarang bilang”
“Ish”
Ayo turun, kita sudah sampai. Mataku tak bisa berkedip. Ini, ini adalah tempat yang ingin aku datangi. Aquarium. Aku sudah lama ingin melihat ini. Tapi aku tak punya uang. Karena untuk masuk, biayanya cukup mahal. “ayo” putra menggandeng tanganku. Dan menarikku kedalam.
“kenapa kau bawa aku kesini? Kau tau kan untuk masuk kesini cukup mahal? Aku tak mau, aku keluar saja.”
“tunggu, apa kau tak menghargaiku? Aku ingin sekali mengajakmu kemari. Aku tau, kau juga ingin kesini kan? Ayolah, kumohon. Ya..?”
“aish,, tap...”
“sudahlah ayo” 2 jam aku dan putra berada di sana, aku senang, sangat senang. Aku tak pernah menyangka, datang kemari dengan dirinya. Pukul 5 sore aku pulang. Putra mengantarkankanku sampai rumah.
“terimakasih, karna kau mau menerima ajakanku. Apa kau senang?”
“em.. ya, aku senang, sangat senang. Terimakasih, sampai jumpa besok”
Kring... kring...
Perlahan kubuka mata yang penuh dengan kotoran ini. Aku melirik jam wekerku. Jarum pendek itu menunjuk ke angka 7 sementara jarum panjang panjang menunjuk di angka 10. “kyaaaaa” keheningan rumah. Tin... tin... tiba-tiba aku mendengar bunyi klakson dari depan rumah. Aku segera menengoknya. “Putra” gumamku.
“hy Put, apa kau baru bangun?”
“oh, itu? Emm.. iya”
“ya sudah kalau begeti cepat mandi, kenapa masih di depan pintu? Kita bisa telat?”
“oh iya” aku segera berlari
***
Kukuruyukk...
Aku membuka mataku perlahan, aku melirik jam weker di sebelahku.
Hari ini nilai ujian nasional diumumkan. Aku berdoa semoga nilaiku baik dan aku dapat diterima di salah satu universitas di Kanada. Dan ternyata aku diterima. Aku mendapat beasiswa. Terima kasih Ya Allah. Kau telah mengabulkan doaku selama ini. Terima kasih.
Dredd... Dredd...
Tiba ponselku bergetar. Ada satu pesan. Dari putra.
“put. Bisakah kita bertemu di taman sekolah sekarang? Aku menunggumu” aku segera berlari menemui putra. Kulihat dia telah berdiri sendiri disana.
“putra?”aku memanggilnya lirih. Perlahan dia membalikkan badan.
“kau sudah datang? Selamat ya. Kau akan pergi ke kanada. Aku turut bahagia. Sekali lagi selamat atas keberhasilanmu”
“putra?”.
“ya”.
“itu sajakah yang kau sampaikan? Tak ada lagi?”.
“ya, itu saja” dia pergi. Ya pergi dari hadapanku. Hanya itu sajakah yang dia sampaikan? Kau? Aku kira kau ingin megatakan bahwa kau mencintaiku? Tapi? Aku salah? Kenapa kau seakan-akan memberiku harapan selama ini? Perlahan mataku mulai basah. Butir-butir air mata ini mulai berjatuhan. Dalam hati aku berteriak “aku mencintai mu”. Sangat mencintaimu. Apakah kau tak mencintaiku? Lalu kenapa kau selama ini mendekatiku? Kau bilang kau bahagia saat bersama denganku? Tapi? Kenapa kau? Pertanyaan-pertanyaan itu menghantui pikiranku. Perlahan aku menggerakkan kakiku untuk pergi dari taman. Berat bagiku. Meninggalkan kenangan-kenangan itu. Taukah kau. Kau adalah cinta pertamaku. Aku tak pernah merasakan ini sebelumnya. Karena kau aku merasakan kebahagiaan jatuh cinta. Tapi karena kau pula aku merasakan sakitnya patah hati. Kenapa??
***
Hari ini, aku pergi ke Kanada. Meninggalkan paman dan bibiku. Ayah, ibu, aku pergi, pergi ke Kanada. Tempat yang ingin aku datangi sejak dulu. Terima kasih Ya Allah.
Dredd... dredd...
Tiba-tiba ponselku bergetar. Ada satu pesan. Aku membacanya sebelum masuk ke pesawat.
“untuk putry, selamat atas keberhasilanmu. Aku harap kau serius dengan studymu disana. Sekali lagi aku turut bahagia. Putry maafkan aku, yang tak memiliki nyali untuk berbicara langsung di hadapanmu saat itu. aku hanya ingin mengatakan. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Maafkan aku baru mengatakannya sekarang. Karena aku takut. Aku takut. Ya aku memang pria yang payah. Maafkan aku. Semoga kau memaafkanku.
Apakah kau tau? Saat ini aku telah di terima di universitas. Terima kasih, ini semua berkatmu. Kau yang mengajariku. Tanpamu mungkin aku saat ini hanyalah seorang pengangguran.
Putry Aku akan selalu menunggumu kembali ke Indonesia, aku ingin mengungkapkan perasaanku ini secara langsung. Dihadapanmu.
Terima kasih kau telah mengajariku ekonomi, karena kau, aku dapat mengihitung besarnya cintaku padamu. kau juga mengajariku geografi, dan kini aku tau diman letak geografis cintaku. Yaitu Kanada-Indonesia.. aku menunggumu disini.”
Putra
Perlahan airmata ku mulai jatuh. Jatuh membasahi surat pemberian putra. Kenapa? Kenapa kau tak mengatakan ini sejak dulu? Apakah kau tau ? Aku menunggu kata-kata ini. Tunggu aku. Tunggu aku kembali.
Aku masih termenung sendiri, di ruang yang tiada bunyi. Hari masih pagi, namun aku telah sampai di sekolah. Ya, ini adalah kebiasanku. Berangkat pagi. Berangkat pagi memang kegemaranku. Aku senang, karena sekolah masih sepi dan aku bisa tenang disini. Tanpa banyak suara. Tanpa banyak gangguan. Dan tanpa banyak tekanan. Aku, adalah pribadi yang tak banyak bicara. Ya, mungkin karena aku tak banyak bicara, aku tak memiliki banyak teman. Bahkan dengan teman satu bangkuku pun aku jarang mengobrol. Aku juga tak memiliki nomor ponselnya. Mungkin anak satu kelas tak ada yang memiliki nomor ponselku. Apakah duniaku hampa? Tidak. Tapi banyak orang berfikir bahwa duniaku ini hampa. Namun pada kenyataannya tak seperti itu. Aku senang membaca buku. Aku selalu ke perpustakaan setiap jam istirahat. Aku tak pernah ke kantin. Karena di kantin sangatlah ramai. Aku sangat tak menyukai itu. Perpustakaan lebih menyenangkan. Ketenangannya membuatku nyaman. Dan buku yang kubaca membuat duniaku tak lagi hampa.
Putry Adinda. Ya, itulah namaku. Aku adalah seorang gadis berambut panjang. Tapi, aku lebih suka mengikat rambutku ini. Ya. mengikatnya erat-erat dengan kuncir warna biruku. Berkulit putih, dan aku juga lumayan tinggi. Tapi aku selalu menolak ketika di pilih untuk menjadi anggota paskibraka. Bukan karena aku takut kulitku menjadi hitam, namun aku tak menyukainya. Enatah mengapa aku pun tak tau.
Tak ku sangka, jam dinding telah menunjukan pukul setengah tujuh. Namun anak-anak belum ada yang datang. “Kreek” tiba-tiba pintu ruang kelas itu bergeser. “Putra”, gumamku dalam hati. Dia sudah datang tenyata. Ini tak seperti biasa. Dia hampir selalu datang terlambat setiap hari.
“wohh, put kau sudah datang rupanya. Apa kau datang pagi setiap harinya?”
“Hemm... ya”jawabku singkat
“oh, begitu ya, apa teman-teman belum ada yang datang?” dia mencoba basa-basi
“seperti yang kau lihat”
“oh, begitu rupanya? Baiklah”
Aku selalu menjawab pertanyaan yang orang lontarkan padaku dengan singkat. Sekali lagi aku bukanlah pribadi yang banyak bicara. Aku hanya berbicara saat ada hal penting saja. Seperti presentasi tugas sekolah. Itu penyebabnya aku jarang memiliki teman.
Satu per satu murid sekelasku mulai berdatangan. Dan pelajaran pun dimulai. Kali ini pelajaran bhs.inggris. aku senang dengan pelajaran ini. Karena aku ingin sekali pergi ke luar negeri, meninggalkan rumah paman dan bibiku. Aku adalah anak yatim piatu. Aku telah ditinggalkan ayah dan ibuku semenjak lulus SD. Kemudian aku dirawat oleh paman dan istrinya, mereka berdua baik kepadaku. Mungkin karena mereka tidak memiliki seorang anak. Aku dianggap seperti anaknya sendiri, semua yang aku inginkan selalu mereka turuti. Namun aku tidaklah bahagia karena hal itu. Keluarga mereka tidak begitu harmonis. Paman dan bibi selalu bertengkar setiap hari. Itu membuatku tertekan. Setiap aku ingin memberi solusi, mereka selalu menyuruhku untuk diam. Oleh karena itu, sejak SMP sampai sekarang aku tak banyak bicara. Karna aku takut apa yang kukatakan itu salah.
“putry!!!” tiba-tiba aku mendengar suara.
“putry” suara itu terdengar lagi. Itu suara Mss. Jully.
“yes mis?” aku menjawabnya dengan suara lirih.
“apa yang sedang kau lamunkan ha?”
“tidak, tidak ada”
“keluar!!”
“apa?”
“dari pada kamu tidak fokus dengan materi yang saya berikan, lebih baik kamu keluar” miss. Jully menunjuk ke arah luar
“yes miss” ini adalah hal yang sudah biasa, dikeluarkan dari kelas karena sering melamun. Namun biarpun begitu, aku tetap menyukai pelajaran bhs.inggris.
“hay put” tiba-tiba putra keluar dari kelas.
“apa yang kau lakukan di sini?” tanyaku penasaran
“seperti yang kau lihat, aku saat ini sedang di hukum, sama sepertimu.” Dia tersenyum padaku. Aku tak lagi menjawabnya. Aku hanya diam.
***
Teng... teng... tepat pukul 2 bel sekolah berbunyi.
“put, putry, tunggu” tiba-tiba seseorang memanggilku dari belakang. Aku spontan menoleh. “Putra” gumamku. Kenapa akhir-akhir ini dia selalu mengikutiku? Ini membuatku tak nyaman.
“ada apa?” tanyaku pelan
“bolehkah aku.....”
“apa? Boleh apa? Cepatlah berbicara, aku ingin segara pulang.
“em... meminjam buku sejarahmu. Ya buku sejarah. Karena catatan ku masih kurang”
“ou, ini” aku mengulurkan buku sejarah milikku ke tangannya.
“ok terima kasih. Emm.. put bo..” belum selesai dia berbicara aku telah meninggalkannya. Karena aku tau dia ingin mengatakan apa. Dia ingin mengantarku pulang. Hampir setiap hari dia mengatakan itu, namun selalu aku menolaknya.
***
Aku melirik jam tangan kecil warna biruku. Jarum jam itu telah menujukkan pukul 15.05 WIB. Tapi, aku tak kunjung mendapatkan bus. Kaki kecilku telah merengek ingin istirahat. Sudah 1 jam lebih aku menunggu angkutan umum. Namun tiba-tiba mataku terpacu kepada satu titik di kejauhan sana. Aku melihat seorang pria. Aku seperti mengenalnya. Namun wajahnya tak begitu jelas karna tertutup oleh helm putih di kepalanya.
“ hay put, kau masih disini rupanya. Mau kuantarkan pulang?” tiba-tiba pria itu mengajakku untuk pulang dengannya.
“maaf kau ini siapa? Aku bahkan tak mengenalmu” jawabku sinis
“apa? Kau tak mengenalku? Aku putra. Teman satu kelasmu.” Tangannya memegang helm di kepalanya dan membukanya. Aku hanya bisa terdiam tak dapat berkata apa-apa. Aku malu. Sangat malu. spontan aku menundukkan kepalaku.
“tak apa. Kau tak usah malu. Aku tau aku tampak lebih keren saat mengendarai motor, itu sebabnya kau tak mengenaliku”
“Aku tak malu? Sama sekali tidak. Em.. tapi aku bisa pulang naik bus, aku yakin bus akan segera datang.” Tiba-tiba dari arah yang sama bus yang kutunggu datang. Tanpa pikir panjang, langsung kuarahkan kakiku menginjak pancatan bis itu. Kutinggalkan putra di sana. Di depan sekolah.
“Assalamualaikum.. bibi aku pulang” aku membuka pintu rumah dan melepas sepatu hitam ku.
“putry, kau sudah pulang rupanya. Ini bibi masakan lumpia kesukaanmu”
“terima kasih bi, aku akan memakannya ketika selesai ganti baju nanti” aku segera masuk ke kamarku. Kulihat ponselku. Ada satu pesan yang masuk. Aku mulai membukanya. Nomornya tak ku kenali. Siapa ini?
“hai putry, aku harap kau sampai rumah dengan Selamat”
Aku tak menghiraukan pesan itu, aku meletakkan poselku ke tempat tidurku. Dan aku segera makan. Rupanya waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam. Aku segera masuk kamar dan belajar. Dredd.... Dredd.... tiba-tiba ponselku bergetar. Aku segera membukanya. Pesan dari nomor itu lagi?
“belajarlah ya, fighting” siapa ini? Gumamku. Aku tak membalasnya.
***
Kring... kring...
Jam wekerku telah berbunyi, jarum kecil itu menunjukkan pukul setengah 5 pagi, aku segera mengambil air wudhu dan sholat subuh. Pukul 6 aku berangkat. Kakiku melangkah menuju kelas. Kelas XII IPS 2. Pagi ini pelajaran geografi. Hari ini pr geografi banyak sekali. Tapi aku sudah menyelesaikannya semalam. Jadi aku bisa santai pagi ini. Aku mulai memegang gagang pintu kelasku. Kudorong pintu itu perlahan-lahan.
“duarrrr”.
“huaaaaaa” aku meloncat dan berteriak.
“apa kau terkejut?” putra? Dia sudah datang? Gumamku.
“apa yang kau lakukan? Kau membuatku terkejut”.
“maaafkan aku. Emm.. aku hanya mau mengembalikan ini” dia menjulurkan buku sejarah yang dia pinjam kemarin.
“oh, ya”.
“bolehkah aku duduk di sampingmu? Untuk hari ini saja. Plisss” apa yang dia pikirkan saat ini? Sikap nya begitu aneh. Namun apa boleh buat. Tampangnya begitu memelas. Aku tak tega menolaknya.
“baiklah”.
Pelajaran telah dimulai. Namun putra tak berhenti berkecap. Dia selalu mengajakku berbicara. Tapi aku tak meresponnya. Namun, tetap saja aku dihukum karenanya. Aku harus keluar kelas.
“apa kau sudah puas sekarang? Sekarang kita berdua dihukum.” Sentakku.
“maafkan aku, aku hanya sangat gembira, karena aku bisa bersamamu saat ini. Oh ya, kenapa kau tak membalas pesan dariku?”.
“kau tidak memberi nama, jadi tak ku balas”.
“apakah jika aku memberi nama, kau akan membalasnya?”.
“jika itu tidak penting, aku tak akan membalasnya”.
“ouh.. sudah kuduga. Emm.. put bolehkah aku mengantarkan mu pulang? Kali ini saja. Kumohon. Pliiss.” Aku terdiam. Kata itu lagi yang dia lontarkan padaku. Aku tak kuasa menolaknya. Akhirnya aku menerima ajakannya.
Teng... teng...
Bel pulang telah berbunyi. Hari ini putra mengantarkanku pulang untuk pertama kalinya. Namun, ketika di perjalanan, dia melewati rumahku.
“hey, stop, itu yang tadi kau lewati rumahku. Stop!” aku menepuk pundaknya.
“hem.. ya i know. Tapi hari ini aku ingin mengajakmu jalan-jalan dulu ya. Ok”.
“apa? Kenapa kau tak mengatakan padaku tadi?”
“tapi, yang penting kan aku sekarang bilang”
“Ish”
Ayo turun, kita sudah sampai. Mataku tak bisa berkedip. Ini, ini adalah tempat yang ingin aku datangi. Aquarium. Aku sudah lama ingin melihat ini. Tapi aku tak punya uang. Karena untuk masuk, biayanya cukup mahal. “ayo” putra menggandeng tanganku. Dan menarikku kedalam.
“kenapa kau bawa aku kesini? Kau tau kan untuk masuk kesini cukup mahal? Aku tak mau, aku keluar saja.”
“tunggu, apa kau tak menghargaiku? Aku ingin sekali mengajakmu kemari. Aku tau, kau juga ingin kesini kan? Ayolah, kumohon. Ya..?”
“aish,, tap...”
“sudahlah ayo” 2 jam aku dan putra berada di sana, aku senang, sangat senang. Aku tak pernah menyangka, datang kemari dengan dirinya. Pukul 5 sore aku pulang. Putra mengantarkankanku sampai rumah.
“terimakasih, karna kau mau menerima ajakanku. Apa kau senang?”
“em.. ya, aku senang, sangat senang. Terimakasih, sampai jumpa besok”
Kring... kring...
Perlahan kubuka mata yang penuh dengan kotoran ini. Aku melirik jam wekerku. Jarum pendek itu menunjuk ke angka 7 sementara jarum panjang panjang menunjuk di angka 10. “kyaaaaa” keheningan rumah. Tin... tin... tiba-tiba aku mendengar bunyi klakson dari depan rumah. Aku segera menengoknya. “Putra” gumamku.
“hy Put, apa kau baru bangun?”
“oh, itu? Emm.. iya”
“ya sudah kalau begeti cepat mandi, kenapa masih di depan pintu? Kita bisa telat?”
“oh iya” aku segera berlari
***
Kukuruyukk...
Aku membuka mataku perlahan, aku melirik jam weker di sebelahku.
Hari ini nilai ujian nasional diumumkan. Aku berdoa semoga nilaiku baik dan aku dapat diterima di salah satu universitas di Kanada. Dan ternyata aku diterima. Aku mendapat beasiswa. Terima kasih Ya Allah. Kau telah mengabulkan doaku selama ini. Terima kasih.
Dredd... Dredd...
Tiba ponselku bergetar. Ada satu pesan. Dari putra.
“put. Bisakah kita bertemu di taman sekolah sekarang? Aku menunggumu” aku segera berlari menemui putra. Kulihat dia telah berdiri sendiri disana.
“putra?”aku memanggilnya lirih. Perlahan dia membalikkan badan.
“kau sudah datang? Selamat ya. Kau akan pergi ke kanada. Aku turut bahagia. Sekali lagi selamat atas keberhasilanmu”
“putra?”.
“ya”.
“itu sajakah yang kau sampaikan? Tak ada lagi?”.
“ya, itu saja” dia pergi. Ya pergi dari hadapanku. Hanya itu sajakah yang dia sampaikan? Kau? Aku kira kau ingin megatakan bahwa kau mencintaiku? Tapi? Aku salah? Kenapa kau seakan-akan memberiku harapan selama ini? Perlahan mataku mulai basah. Butir-butir air mata ini mulai berjatuhan. Dalam hati aku berteriak “aku mencintai mu”. Sangat mencintaimu. Apakah kau tak mencintaiku? Lalu kenapa kau selama ini mendekatiku? Kau bilang kau bahagia saat bersama denganku? Tapi? Kenapa kau? Pertanyaan-pertanyaan itu menghantui pikiranku. Perlahan aku menggerakkan kakiku untuk pergi dari taman. Berat bagiku. Meninggalkan kenangan-kenangan itu. Taukah kau. Kau adalah cinta pertamaku. Aku tak pernah merasakan ini sebelumnya. Karena kau aku merasakan kebahagiaan jatuh cinta. Tapi karena kau pula aku merasakan sakitnya patah hati. Kenapa??
***
Hari ini, aku pergi ke Kanada. Meninggalkan paman dan bibiku. Ayah, ibu, aku pergi, pergi ke Kanada. Tempat yang ingin aku datangi sejak dulu. Terima kasih Ya Allah.
Dredd... dredd...
Tiba-tiba ponselku bergetar. Ada satu pesan. Aku membacanya sebelum masuk ke pesawat.
“untuk putry, selamat atas keberhasilanmu. Aku harap kau serius dengan studymu disana. Sekali lagi aku turut bahagia. Putry maafkan aku, yang tak memiliki nyali untuk berbicara langsung di hadapanmu saat itu. aku hanya ingin mengatakan. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu. Maafkan aku baru mengatakannya sekarang. Karena aku takut. Aku takut. Ya aku memang pria yang payah. Maafkan aku. Semoga kau memaafkanku.
Apakah kau tau? Saat ini aku telah di terima di universitas. Terima kasih, ini semua berkatmu. Kau yang mengajariku. Tanpamu mungkin aku saat ini hanyalah seorang pengangguran.
Putry Aku akan selalu menunggumu kembali ke Indonesia, aku ingin mengungkapkan perasaanku ini secara langsung. Dihadapanmu.
Terima kasih kau telah mengajariku ekonomi, karena kau, aku dapat mengihitung besarnya cintaku padamu. kau juga mengajariku geografi, dan kini aku tau diman letak geografis cintaku. Yaitu Kanada-Indonesia.. aku menunggumu disini.”
Putra
Perlahan airmata ku mulai jatuh. Jatuh membasahi surat pemberian putra. Kenapa? Kenapa kau tak mengatakan ini sejak dulu? Apakah kau tau ? Aku menunggu kata-kata ini. Tunggu aku. Tunggu aku kembali.







0 comments:
Post a Comment