Halaman

About

Facebook

Saturday, March 24, 2018

CAHAYA DI MALAM TAHUN BARU


Aku jatuh cinta. Tepatnya di suatu malam ketika langit penuh warna. Cahayanya indah, letupannya membuatku rindu. Begitu juga seorang laki-laki yang berada disampingku pada malam itu. Dua hal yang sangat kurindukan sampai saat ini.
***
Namanya Mas Gangga, seorang pemuda yang suka sekali menulis. Aku jatuh cinta padanya. Pada tulisannya juga pada tiap kata yang diucapkannya. Pemuda itu membuatku mengenal cinta juga mengenal bagaimana rasanya kegilangan cinta. Dia cinta pertamaku, dan aku berharap ia juga cinta terakhirku.
Kami menyukai sesuatu yang sama. Menulis. Kegiatan itu mendekatkan kami. Tepatnya satu tahun yang lalu ketika kami bertemu dibawah cahaya langit yang penuh kerlap-kerlip. Ia adalah salah seorang teman dari temanku Tepatnya temannya Runi. Malam itu, Runi mengajakku melihat festival bunga api ditaman kota. Tak sengaja kami bertemu Mas Gangga, ia adalah kakak kelas Runi di SMA. Pada malam itu, akhirnya kami jalan bertiga. Seketika itu aku mengenalnya. Mas Gangga, kami melihat bunga api bersama. Berbagi cerita tentang kegemaran kami. Dan aku seolah bertemu dengan laki-laki yang memang ditakdirkan untukku. Laki-laki yang memang tercipta untukku. Dibawah langit yang penuh bunga api, aku berada disampingnya. Namun, aku terlalu cepat mengambil kesimpulan.
Awalnya aku tak tau kapan cinta ini datang. Kapan bunga-bunga asmara ini berhamburan ketika ia menatapku. Memang, tak perlu sebuah undangan untuk mendatangkan cinta. Ia akan datang dengan sendirinya, tanpa kita tau, dan tanpa kita duga. Seperti ia yang datang tiba-tiba dan kemudian tanpa pernah kuduga ia pergi secara tiba-tiba pula. Cinta begitu rumit.
Entahlah, sejak pertemuan pada malam itu, aku dan mas Gangga sering menghabiskan waktu berdua. Sekedar ke toko buku, bertukar tulisan, atau sharing tentang lomba menulis.
"Khurbi mau baca cerpen ku?" Tanyanya di sebuah pesan chat yang dikirim pada suatu malam.
"Mau banget Mas," jawabku penuh semangat.
"Oke, aku mau buat buku Bi. Kasih komentar ya,?" Begitulah kedekatan kami. Goresan cerita yang dibuat Mas Gangga mulai mendekatkanku dengan nya. Aku jatuh cinta pada tulisannya. Juga sang penulis cerita yang kubaca.
Pada awalnya aku berfikir mas Gangga hanya dekat dengan ku. Ia tercipta untukku, menjagaku dan mencintaiku. Namun, di suatu sore ketika aku dan Runi tengah mengobrol didepan rumah, tiba-tiba saja Runi mengungkapkan suatu hal tentang dirinya.
"Bi, aku mau jujur sama kamu," katanya dengan penuh teka-teki.
Tentang?"
"Aaa, aku. Aku lagi jatuh cinta," kata Runi dengan sedikit terbata-bata.
"Wahh? Sama siapa Ta?" tanyaku dengan semangat. Bagaimana tidak bahagia, akhirnya sahabatku menemukan cintanya kembali.
"Sama Mas Gangga, ingat kan? Laki-laki yang kita temui dimalam tahun baru dulu?" aku terdiam. Perlahan kulepas tanganku dari genggaman Runi, "Aku punya firasat mas Gangga bakal nembak aku Bi," Runi memang seorang gadis yang cantik, idaman para lelaki. Cinta begitu mudah ia dapatkan. Tak seperti diriku. Aku tak tau, apakah hal ini biasa dalam setiap kisah cinta. Atau hanya aku yang merasakannya.
Cahaya cinta yang kutemui di malam tahun baru itu seolah mulai redup. Tenggelam ditelan awan mendung. Cinta yang kufikir akan kuraih, ternyata menjauh. Dibawa pergi oleh seseorang.
"Gimana Bi?" masih belum ada jawaban dariku. Aku menatap Runi dalam.
"Kamuuu? Dekat sama Mas Gangga? Sejak kapan?"
"Kami sudah lama dekat. Namun, semenjak pertemuan kita ditahun lalu kita jadi dekat lagi. Maaf baru cerita ke kamu. Kamu sih terlalu sibuk baca." jelas Runi panjang lebar. Aku hanya bisa diam dan tersenyum.
Dan dimalam tahun baru... Firasat Runi benar. Tepat satu tahun setelah kami bertiga bertemu. Dimalam yang sama. Malam tahun baru, Mas Gangga menyatakan cinta. Dibawah cahaya lampion dan kerlap kerlip bunga api Runi dan Mas Gangga seolah menjadi bintang dimalam itu. Semua mata tertuju pada mereka. Mas Gangga memberikan sebuah buku pada Runi, dan baru kusadari. Buku itu berisikan cerita-cerita yang dikirim padaku. Maka, selama ini kisah yang kubaca adalah cerita mereka berdua.
Aku terlalu cepat mengambil kesimpulan. Dan cahaya yang ketemui bukanlah cahaya untukku. Namun milik orang lain. Aku patah hati, oleh ia yang membuatku jatuh hati. Dari kejauhan, mas Gangga tersenyum padaku. Itu adalah Desember terburuk pada perjalan cintaku.

Profil penulis
Ria Dwi Anggarawati.
Lahir di Bojonegoro, 21 September 1997. Saat ini menempuh pendidikan di Universitas Trunojoyo Madura jurusan Pg-Paud. Hobby menulis, dan penggemar warna biru. Blog; Anggarawati.blogspot.com, Facebook; Ria Dwi Anggarawati, Twitter; @anggarawati21, Instagram; @Ria_anggara


0 comments:

Post a Comment