![]() |
| Sumber. Google |
“Beri aku 10 pemuda maka akan
kuguncangkan dunia”
Pernah mendengar kalimat tersebut? Tentunya sebagai
pemuda indonesia kita harus tau kalimat tersebut. Kalimat yang diucapkan
Soekarno kepada pemuda-pemuda indonesia. Mengapa hanya 10 pemuda? Mengapa tidak
100 atau bahkan 1000? Hal itu berarti peran pemuda memanglah begitu penting.
Dan pemuda adalah mereka yang dapat mengubah dunia. Memiliki peranan penting
dalam membangun Indonesia.
Siapa yang membuat indonesia menjadi merdeka seperti
sekarang ini? Apakah soekarno? Tentu tidak, Soekarno tak akan mungkin bisa
memerdekakan Indonesia tanpa bantuan para pemuda yang menculik Soekarno ke Rengasdengklok.
Mendesak Soekarno agar segera membacakan teks proklamasi.
Itu hanyalah gambaran tentang pemuda dimasa sebelum
kemerdekaan Indonesia. Lalu bagaimana pemuda setelah indonesia merdeka? Pemuda
yang diharapkan soekarno dapat merubah indonesia menjadi lebih baik. Pemuda
berintelektual yang menjadi aset negara Indonesia. Tak perlu menilik jauh, kita
lihat saja pemuda yang berada disekitar kita. Yaitu mahasiswa. Apakah mahasiswa
sudah dapat dikatakan mahasiswa? Maha yang berarti tinggi.
Kita lihat saja Mahasiswa disekitar kita. Mulai dari hal
kecil, dalam lingkup Fakultas Ilmu Pendidikan misalnya. Calon guru yang akan
menjadi contoh bagi murid-muridnya nanti. Apakah sudah dapat memberi contoh
yang baik atau belum. Lihat saja dari contoh kecil seperti membuang sampah, hal
sederhana yang ketika dilanggar dapat menjadikan masalah besar. Di ruang kelas
gedung RKB-D masih banyak sampah berserakan dibawah bangku. Hal ini memang
perlu kesadaran dari dalam diri. Dan mungkin saat ini hal itu sudah menjadi
kebiasaan para mahasiswa, kebiasaan menaruh sampah dibawah kursi.
Contoh lainnya, kurang mentaati peraturan. Kita semua
tau, Fakultas Ilmu Pendidikan adalah tempat menuntut ilmu untuk calon guru. Dan
sekolah adalah tempat bekerja setelah lulus nanti. Maka adap berpakaian perlu
diperhatikan dengan baik. Seperti kita tau, larangan menggunakan celana
berbahan jeans sudah di
gembor-gemborkan saat masuk sebagai mahasiswa baru. Namun pada kenyataannya
hingga saat ini masih saja terdapat mahasiswa yang melanggar hal tersebut. Hal
yang sering kita alami namun kurang diperhatikan. Agaknya mahasiswa terlalu
apatis akan hal itu. Sama halnya dengan larangan merokok. Walau sudah
jelas-jelas tak diperbolehkan merokok di area RKB-D namun masih saja terpergok
beberapa mahasiswa asik menikmati seputung rokok disekitar gedung RKB-D.
Hal tersebut seolah sudah menjadi sebuah budaya. Bahwa seolah
olah adanya peraturan memang untuk dilanggar. Lalu, jika kita saja tak dapat
mengatur diri sendiri, bagaimana kita akan mengatur anak didik kita. Bukankah
guru adalah contoh untuk murid-muridnya.
Pemuda memang bermacam-macam jenisnya, dan mungkin bisa
dikatakan banyak jenisnya. Ada yang apatis, ada kritis. Ada yang pandai
beraksi, ada yang pandai ber argumentasi. Ada yang ingin merubah hal
disekitarnya menjadi lebih baik, ada juga yang masih asik membenahi diri
sendiri. Alhasil tak punya waktu untuk melihat sekeliling. Ada yang asik
belajar untuk diri sendiri, adapula yang asik membagi ilmunya untuk dipelajari
orang lain. Ada yang peduli lingkungan, ada juga juga yang peduli sosial. Dan
yang pasti ada yang tak peduli sama sekali. Yang penting hidup bisa makan, bisa
kenyang, bisa senang dan melanjutkan umur tanpa mendapat manfaat dan pelajaran.
Lalu, kamu termasuk pemuda yang mana?
Pemuda adalah penengah. Mengapa dikatakan seperti itu?
Karena pemuda ada ditengah-tengah masa anak-anak dan masa lanjut usia. Penengah
yang diharapkan dapat membawa indonesia kedepan. Lalu, apakah saat ini ada
pemuda yang dicari Soekarno seperti yang disebut diawal paragraf tadi? Tentu
ada, namun layaknya mencari jarum dalam jerami. Agak sulit, dan tersembunyi.
Kemana pemuda itu? Mungkinkah kita salah satunya?
Sebagai pemuda, tentu kita harus lebih peduli. Dilarang
apatis. Sebenarnya bukan dilarang, diusahakan jangan apatis. Karena segala yang
diusahakan akan berbuah manis.
Tak perlu merubah dari hal yang jauh. Dari hal sederhana
saja, seperti menuang sampah pada tempatnya. Dari hal tersebut kita akan lebih
peduli pada sekitar. Peduli dari hal kecil saja, seperti sampah. Kemudian
peduli kepada hal-hal yang lebih besar. Melihatlah dari hal yang hal paling
dekat kita, baru kemudian lihat hal yang agak jauh.
Mahasiswa itu bukan anak sekolah lagi. Yang jika guru
berkata A murid ikut berkata A. Yang jika guru pergi ke bagian kanan, murid
ikut pergi ke bagian kanan. Mahasiswa tidak seperti itu, mahasiswa itu kritis.
Jangan langsung menelan hal baru mentah-mentah. Semua perlu di filter. Jangan jadi mahasiswa abal-abal.
Tapi jadilah mahasiswa yang kritis pada banyak hal.








0 comments:
Post a Comment