![]() |
| Sumber. Google |
“Kids
Zaman Now” akhir-akhir ini kita
sering kali mendengar kalimat tersebut. Kalimat
yang barang kali juga sering kita ucapkan. Entah sebagai sindiran atau sebagai
sebutan untuk anak-anak zaman sekarang. Kata “Kids Zaman Now” merupakan sebuah gabungan antara bahasa inggris dan
bahasa indonesia. kids yang berarti anak, now
yang berarti sekarang.
Kids
Zaman Now ini juga sering
disebut dengan gerenasi micin. Barangkali karena ditahun-tahun belakangan ini
banyak makanan yang mengandung MSG seperti
halnya micin. Hal itu berbeda sekali dengan anak jaman dahulu, yang bisa
dikatakan belum banyak makanan yang mengandung MSG atau bahan pengawet. Banyak yang menyebutkan keanehan sifat dan
pemikiran Kids Zaman Now ini disebabkan
oleh micin. Makadari itu selain disebut dengan “Kids Zaman Now” generasi ini juga disebut dengan “Generasi Micin”.
Lalu, sebenarnya apa sih Kids Zaman Now. Bagaimana bisa tiba-tiba ada istilah Kids Zaman Now? Saya pernah membaca
sebuah artikel, disana menyebutkan bahwa pertama kali yang menggunakan istilah Kids Zaman Now hingga menjadi viral sampai detik adalah sebuah akun
palsu yang mengatasnamakan tokoh pemerhati anak. seperti yang kita tau, media
sosial adalah tempat yang paling cepat dalam menyebarkan sesuatu hingga dapat
menjadi viral. Maka tak butuh waktu lama untuk membuat para pengguna media
sosial tau akan kalimat Kids Zaman Now.
Kids
Zaman Now. Yang saya
bingungkan mengapa anak-anak justru bangga akan istilah itu. Mereka bahkan sering
menyebut-nyebut dirinya sebagai generasi Kids
Zaman Now disetiap postingan yang dibagikan. Padahal, menurut saya itu
adalah cibiran. Lalu bagaimana pendidikan di mata Kids Zaman Now? Pendidikan yang merupakan sebuah pondasi untuk
membangun bangsa menjadi lebih baik lagi. Namun, jika generasi yang tumbuh
seperti itu, bagaimana membangun pondasi yang baik?
Apa maksud dari kata “seperti itu”? Kita mulai dari
kebiasaan-kebiasaan kecil saja yang dulu sering dilakukan oleh Kids Zaman Old. Seperti bermain dengan
teman sebaya dilingkungan sekitar rumah. Berlari larian, bersosialisasi, dan
sering bertatap muka secara langsung. Lalu apa yang dilakukan oleh anak
sekarang? Apakah sering terlihat anak-anak kecil berlarian disekitar kompleks
perumahan?
Coba perhatikan saat kalian melewati suatu jalan sempit
yang padat pemukiman. Pasti, disana tertuliskan “pelan-pelan banyak anak-anak”
namun nyatanya sepi. Bahkan jarang sekali dijumpai anak-anak bermain di
jalanan. Mereka lebih asyik bermain didalam rumah sembari menatap gadget pembelian orang tuanya yang
merasa cerdas.
Lalu apakah dalam hal ini gadget menjadi sumber masalah? Apakah gadget perlu dibasmi dari dunia anak-anak? hmm.. melakukan hal itu
sangatlah tidak mudah. Apalagi jika sudah benar-benar melekat seperti halnya
permen karet yang menempel dirambut. Susah sekali untuk lepas dan dibersihkan.
Jika gadget sudah menjadi teman anak atau
mungkin sahabat, mereka pasti akan merengek dan bersikeras memintanya kembali.
Saya tau karena saya punya seorang keponakan perempuan di rumah.
Umurnya sekitar 5tahun. Tak memilik saudara yang usia nya
sebaya didedat rumah. Temannya hanya para orang tua. Ibunya bekerja di luar
kota. Maka, sebagai pengganti teman, ibunya membelikan gadget. Agar anaknya tak ketinggalan atau apa tidak tahu juga. Namun
yang pasti hal itu makin memperburuk perkembangan pada anak. Hingga sat ini, di
usianya yang menginjak 5tahun bicara nya masih terbata-bata. Belum benar-benar
fasih. Ia memiliki sepupu, namun sepupunya itu hanya pada hari minggu saja
bermain dirumahnya. Maka, selebihnya hanya bermain dengan gadget.
Sebenarnya, melepaskan
gadget dari tangan anak-anak bukanlah hal yang sulit jika semuanya
dibiasakan mulai dari sekarang. Berhentilah untuk menuruti keinginan anak. Karena
dengan menuruti keinginan anak setiap waktu, hal itu malah semakin berdampak
buruk bagi anak. Bolehlah sesekali bermain gadget,
namun batasi juga jamnya. Lakukan perjanjian terlebih dahulu pada anak sebelum meberikan
gadget. Misalkan saja “adek boleh main gadget, tapi Cuma satu jam
ya sehari. Kalau adek mainnya lebih dari itu, besok adek gak boleh pegang
gadget.” Melakukan kesepakatan pada anak itu sangat penting. Selain
mengajari anak untuk memengang janji, hal itu juga dapat menjadi senjata bagi
orang tua saat anak ketagihan main gadget.
Katakan pada anak “kan adek udah janji
Cuma main satu jam, kalau lebih besok gak boleh main lagi lo ya” saat anak
ketagihan pada gadget.
Bagaimana jika anak menangis? Biarkan. Seperti yang kita tau, menagis adalah senjata
anak. Dan kelemahan orang tua adalah tidak tega melihat anaknya menangis.
Pertanyaannya simple saja. Mau anaknya menangis sekarang atau nanti? Mau
anaknya tumbuh jadi generasi emas atau jadi generasi Kids Zaman Now?
Saat anak menangis, lalu orang tua memberikan hal yang di
inginkan anak maka esok anak akan menangis lagi saat apa yang ia inginkan tidak
di kabulkan. Mengapa demikian, karena dalam pemikiran anak akan seperti ini “jika dengan saya menangis bisa membuat ibu
memberikan yang saya mau, maka saya akan melakukan hal itu lagi” percaya atau
tidak, perhatikan saja anak disekitar anda.
Kids
Zaman Now memang tak selamanya
tentang gadget dan media sosial.
Namun juga perihal sifat dan kebiasaan yang berbeda sekali dengan anak-anak
jaman dulu. Jika anak-anak jaman dulu sering menangis saat bermain dengan teman
sebaya, anak jaman sekarang lebih sering menangis saat gadget mereka diambil.
Jika anak jaman dulu lebih sering gelisah saat tak punya teman, anak jaman
sekarang gelisah saat tak bisa update status. Saat anak jaman dulu sedih saat
tak dapat perhatian dari orang tuanya, anak jaman sekarang sedih bahkan hingga
berlarut larut saat tak dapat perhatian dari pacarnya.
Miris? Ya bagaimana lagi. Itulah wajah anak jaman
sekarang. Siapa yang disalahkan? Gadget?
Perkembangan zaman? Orang tua? Guru? Atau pergaulan anak? mungkinkah karena
acara televisi? Sebenarnya tidak ada yang disalahakan. Semua yang hadir didunia
ini selalu memiliki dampak buruk dan dampak baik. Hanya saja pintar-pintarnya
individu dalam menyikapi hal itu.








0 comments:
Post a Comment