![]() |
| sumber. Google |
Hai, apakabar.
Semoga kamu yang membaca tulisanku ini selalu bersyukur karena masih bisa bernafas sehingga dapat membaca tulisanku.
Kali
ini, aku ingin bercerita kembali lewat sebuah tulisan. Karena aku suka
bercerita. Tak selalu bercerita pada sesama manusia, pada labtop atau kertas
saja rasanya sudah lega. Karena kadang, bercerita pada sesama manusia itu gak
asik.
Hari ini (09/03/18) aku dan temanku (baca: Fira)
berencana untuk takziah dirumah Reza. Rumahnya di Sidoarjo, dan karena siangnya
Fira harus mengikuti makrab salah satu organisasinya kami berangkat pagi agar
bisa sampai Madura lagi pada siang nanti. Aku berangkat dari kost bersama Fira.
Namun sesungguhnya ada 3teman yang juga ikut. Desi (rumahnya di gresik) dan mas
Davit ditemani temannya.
Aku dan
Fira berangkat pukul 6 dari kost. Kami naik sepeda motor. Kira-kira pukul set 7
kami turun dari kapal. Sebelum kerumah reza kami kumpul dulu dirumah desi.
Karena Cuma desi yang tahu rumahnya Reza. Dan sebelum kerumah desi, kami masih
harus menunggu Mas Davit dan temannya agar pas kerumah desi kami bisa berangkat
bersama-sama. Agak lama menunggu Mas Davit, sampai kira-kira pukul setengah
delapan kami baru berangkat dari surabaya.
Jalanan
macet pagi itu, banyak trek dimana-mana. Dan barangkali satu dari beberapa trek
itu hampir bisa kupegang. Menyelip di antara dua trek itu sangat menegangkan.
Untunglah Fira bisa menyalip dengan baik dan benar. Hingga pukul setegah sembilan
kami berempat sampai di Gresik. Bernapas sebentar, meluruskan kaki dan ternyata
Desi sudah menyiapkan makanan untuk mengisi perut kami.
Sudah
puas beristirahat, kami langsung memutuskan untuk berangkat kerumah Reza.
Jangan salah paham ya, Reza itu seorang perempuan, bukan seorang laki-laki.
Sebenarnya,
jarak rumah Desi dan Reza tak begitu jauh. Barangkali kalau dihitung kira-kira
Cuma 45menit perjalanan saja. Namun, pagi itu jalan raya agaknya sedang
menggoda kami, perjalanan menuju rumah Rezapun menjadi semakin lama.
Aku dan
Fira berada paling belakang. Desi berada didepan, dan mas Davit di urutan ke-2.
Jalanan dari Gresik ke Sidoarjo dipenuh dengan kendaraan proyek. Trek ada
dimana-mana. Alhasil harus pintar menyalip. Kalau tidak perjaanan akan semakin
lama karena berada di belakang trek yang jalannya lambat. Dan jelas saja, kami
terpisah. Aku dan Fira kehilangan jejak Desi dan Mas Davit.
Di
sebuah pertigaan jalan, aku dan Fira ragu-ragu. Harus belok kanan, atau lurus
saja. kukatakan pada Fira untuk belok kanan saja. karena saat itu tak ada motor
yang terlihat berjalan lurus. Namun, setelah agak lama kami tak juga menemukan
keberadaan Desi. Kami mulai bimbang.
Ragu. Apa mungkin salah jalan. Hingga pada akhirnya kami memutuskan untuk
kembali. Lamaaa Fira mengendarai motor, namun tak kunjung menemukan Desi dan
Mas Davit. Dan ternyata disisi lain, mas Davit sedang mencari kami berdua.
Jadi, intinya kami saling mencari satu sama lain.
Barangkali
sekitar setengah jam lebih kami saling cari. Hingga pada akhirnya, memanglah
jalan kearah kanan di pertigaan tadi yang benar. Dan ternyata dipertigaan itu
ada petunjuk arah. Ah, aku dan Fira tak melihatnya tadi. Setelah menuju arah
yang benar, kami masih belum juga bertemu desi dan Mas Davit, lalu aku dan Fira
memutuskan untuk menunggu Desi dan Mas Davit di indomart. Dan setelah sekian
lama, mereka datang juga. Dengan format yang berbeda. Desi membonceng teman mas
Davit, dan mas Davit naik motor sendiri. Dan karena tak mau mengulang kesalahan
yang sama, teman mas Davit berangkat duluan dengan membonceng Desi, kemudian Fira
dan aku lalu disusul mas David dari belakang.
Setelah
kejadian saling mencari satu sama lain, perjalanan kami berjalan dengan baik.
Kami sampai kerumah Reza dengan selamat tanpa kurang suatu apapun. Sebenarnya,
karena kejadian nyasar tadi mas Davit sempat ingin mengurungkan niat untuk
kerumah Reza. Kamu jangan tanya mas Davit itu siapa ya. Kuharap kalian sudah
peka dan tau dengan sedirinya. Yang pasti, mas Davit tidak satu kampus dengan
kami.
Agak
lama kami dirumah Reza. Disuguhi makanan lagi. Dengan beraneka ragam makanan ringan
pula. Mengobrol ini dan itu. Karena itu hari jumat, maka Mas Davit dan temannya
harus jumatan dulu. Sampai pukul satu siang, kami memutuskan untuk pulang.
Namun, sebelum pada akhirnya memutuskan untuk kembali ke Madura, kami mampir
lagi kerumah Desi. Mengistirahatkan kaki. Sekitar pukul setengah tiga sore kami
melanjutkan perjalanan. Akhirnya pulang juga. Mas Davit sudah meluncur lebih
dulu dengan jalur berbeda.
Sore itu,
aku dan Fira pulang lewat Gresik Kota. Melewati sebuah Universitas yang mengingatkan
ku pada seseorang. Aku tau, seseorang itu tak akan membaca tulisan ini. Maka
aku berani untuk menuliskan ini.
Dan tanpa
pernah kuduga. Barangkali Fira juga tak pernah menduganya. Kami terserempet.
Dipinggir kami banyak sekali trek. Maklum, jalanan proyek. Dan secara tiba-tiba
dari sisi kiri salah seorang pengendara motor menyenggol setir sepeda yang kami
naiki. Dan motor sebelah kanan juga menyenggol kami. Kakiku dipepet. Fira oleng
dan akhirnya jatuh. Tidak sampai jatuh ketanah memang. Namun aku hampir jatuh
ketanah saat itu, aku spontan turun. Kubantu fira yang kesusahan untuk
mendirikan motornya. Tangan kirinya yang memegang setir seperti terlihat kesleo
saat itu. Dan setelah motor berhasil berdiri, aku naik kembali.
“wakmu
gak opo kan ri” itu kalimat pertama yang Fira tanyakan ke aku. Huh, aku tak
apa. Justru Fira yang kenapa-kenapa. Kejadian itu terjadi begitu cepat. Aku tak
bisa menjelaskan dengan detail.
Karena
terjatuh tadi, ban motor Fira langsung kempes. Setir motor menjadi oleng.
Akhirnya kami berhenti. Dan untunglah, tambal ban berada di sekitar lokasi
kejadian. Kami menuntun motor tak begitu jauh. Tangan Fira masih bergetar.
Kusuruh dia minum dulu. Aku tau, pasti dia begitu shock. Untung saja tak ada
yang menabrak kami dari belakang. Ataupun trek. Kalau ada, aku tak bisa
membayangkan apa yang terjadi.
Sekitar
pukul setengah lima kami sampai di kost. Alhamdulillah selamat. Kami sempat
membicarakan bagaimana tabrakan tadi bisa terjadi diatas motor menuju
perjalanan pulang. Semoga Fira baik-baik saja. Pasalnya jam enam nanti dia
harus pergi ke Pamekasan untuk acara pengakraban.
Hari itu
nano-nano sekali. Namun alhamdullah kejadian terserempet tadi tak begitu parah.








0 comments:
Post a Comment